Sudah setengah jam Dara duduk disamping Aron.
"Saya duluan kak." ucap Dara sambil menunjukan seulas senyum tipisnya lalu melangkah pergi meninggalkan Aron.
Aron diam. Aron menatap punggung Dara yang makin lama semakin memudar. Aron masih bingung. Ada hubungan apa Dara dengan dirinya? Atau Dara ada kaitannya dengan masa lalu Aron? Atau Dara membutuhkan bantuan Aron?
"Arghhhhh!" teriak Aron frustasi.
Lalu, Aron memutuskan untuk pulang ke rumah. Aron tidak ingin memikirkan Dara. Karena itu membuat kepala Aron sangat sakit.
Disisi lain, Dara yang sedang melakukan perjalan menuju ke rumahnya, tiba tiba merasa lapar. Dara ingat, bahwa di rumahnya sudah tidak ada makanan, ditambah bunda dan ayahnya sedang ada di rumah. Dara berbelok ke kiri, menuju warung makan padang yang ada di sebelah rumah besar dengan tumbuhan berduri. Mitosnya rumah itu angker.
Sesampainya di sana. Dara segera memesan Tiga porsi nasi padang dengan lauk sayuran dan rendang. Rendang menjadi favoritnya sejak Dara sudah duduk di bangku sekolah dasar.
"Ini mbak pesanannya." ucap salah satu pegawai warung padang sambil menyerahkan satu plastik ukuran sedang.
"Eh iya mas. Berapa totalnya?"
"54 ribu saja mbak."
"Terimakasih ya mas." jawab Dara sambil menyerahkan uang satu lembar 50 ribu dan dua lembar uang 2 ribu, lalu pergi meninggalkan warung padang itu.
Sesampainya di rumah, Dara segera menuju ke meja makan untuk meletakan makanan yang sudah ia beli. Dara ingin langsung makan. Tetapi ia sangat bau badan. Jadi, Dara memutuskan untuk pergi ke kamar , lalu mandi.
Sudah satu jam Dara berada di kamarnya. Kemudian, ada suara yang memanggil Dara.
"Dara, makan duluu. Ini nasi padang nya sudah menunggu." teriak Bunda dari arah meja makan.
"Iya bun, Dara turun." jawab Dara sedikit mengeraskan suara.
Sesampainya di meja makan, ternyata bunda dan ayah sudah menunggu.
"Duh, anak ayah cantik banget!" ucap ayah sambil mencium pipi Dara yang agak chubby itu.
"Kan anak ayah" jawab Dara dengan senyuman manis nya.
"Sudah, sudah. Ngobrol nya nanti saja. Sekarang kita makan, sudah sangat lama kita tidak makan sama sama." ucap bunda Dara dengan sajak rapi di belakangnya. Maklum saja, bunda Dara dulu berkuliah di UGM jurusan bahasa dan sastra indonesia.
Hening. Dara dan kedua orang tuanya sedang fokus makan. Lalu akhirnya, ayah Dara memulai pembicaraan. Kali ini serius. Ada hal penting yang ingin ayah Dara sampaikan kepada Dara.
"Dara, ayah dan bunda disini hanya besok dan lusa. Sebenarnya kami mempunyai niatan untuk membawa mu ke Singapore. Karena kami disana akan lama. Urusan ayah belum selesai. Dan kemungkinan besar, kami akan menetap disana. Karena bunda kamu juga sudah mendapatkan pekerjaan di Singapore. Kamu mau pindah ke Singapore?" jelas ayah Dara yang diakhiri sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab Dara.
Dara masih berpikir. Dia tidak mau pindah. Dara sudah sangat nyaman berada di Jakarta. Meskipun semua kenangan pahit nya ada disini, tapi jakarta seperti sudah menjadi teman dara sejak kecil. Teman teman Dara juga sudah sangat banyak disini. Dara tidak tega meninggalkan Tiara dan Keyna, dua sahabatnya sejak SD yang mengetahui semua tentang Dara. Dan satu lagi, ini yang sangat penting. Dara belum menemukan siapa dia yang membantu Dara dulu. Dara lupa namanya.
"Bunda dan ayah mengajak kamu, karena bunda sama ayah khawatir sama kamu. Apalagi sejak bunda tahu , kalo kamu masih sering mimpi buruk. Bunda ingin kamu melupakan semuanya Dara. Kami ini sayang banget sama kamu. Kami mau yang terbaik buat masa depan kamu." jelas bunda.
"Jadi gini, bunda sama ayah ngga perlu khawatir sama Dara. Dara sudah besar. Dara juga punya Tiara dan Keyna yang selalu ada buat Dara. Dara juga sayang sama ayah dan bunda, tapi maaf, Dara ngga bisa ikut ayah dan bunda ke singapore. Disini tempat Dara, di Jakarta. Mungkin Dara yang akan berkunjung ke sana , sebulan dua kali atau bahkan seminggu sekali." jawab Dara
Ayah dan bunda Dara saling tatap. Dari sorot mata mereka, Dara bisa melihat sebuah kekecewaan akan jawaban Dara tadi. Tapi bagaimana lagi, Dara tidak mau meninggalkan Jakarta.
"Kamu yakin dengan keputusan kamu itu? " tanya Bunda.
"Yakin , bun. Seratus persen yakin." jawab Dara meyakinkan.
"Jika itu mau kamu, kamu boleh tetap tinggal di jakarta. Tapi ada syaratnya."
ayah Dara angkat bicara."Apa yah syaratnya?"
"Harus ada yang menemani kamu di rumah ini." jawab ayah Dara.
"Tapi siapa yah? Keyna dan Tiara tidak mungkin menginap selamanya disini. Keluarga mereka pasti tidak akan mengijinkannya."
"Kebetulan teman satu kantor bunda , anaknya tinggal sendiri di jakarta. Tapi anak teman bunda, cowo, dan dia lebih tua dari kamu. " kali ini bunda yang berbicara. Sambil melirik ke ayah Dara meminta persetujuan.
"Ooh, anak nya Mira? Kalo anak dia , ayah sangat setuju. Karena Mira orangnya baik, pasti anaknya baik juga. Dan anaknya juga cowo, dia bisa lebih menjaga kamu, jadi ayah dan bunda tidak akan khawatir." jawab ayah Dara menyetujui
"Kalo itu syaratnya, Dara setuju. Asal Dara masih tinggal di rumah ini." jawab Dara juga menyetujui.
Dara akan menuruti syarat dari kedua orang tua nya itu. Meski harus tinggal bersama pria yang Dara tidak kenal.
Bunda Dara sedang menelpon. Mungkin sedang menelpon teman bunda tadi. Siapa ya namanya? Dara lupa.
"Bunda sudah ijin kepada tante Mira, dan dia setuju, malah dia sangat senang. Ini bunda sudah dapat alamat anak tante Mira. Lusa, sebelum ayah dan bunda kembali ke Singapore , kita akan menemui anak tante Mira." jelas bunda Dara.
"Iyaaa bun. Kalo gitu, Dara ke kamar dulu ya bun, yah. Dara mau tidur ngantuk."
"Yasudah sanah, nanti sore kita jalan jalan ya sayang." jawab ayah Dara
Dara hanya tersenyum senang. Lalu dia naik ke kamarnya dan segera tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara
Teen FictionSemua menganggap aku sempurna, padahal aku sangat tidak sempurna dan aku selalu merasa sendiri. Hingga suatu ketika ada seorang Pria mengetahui semuanya. -Adara Fradella Ulani Aku tidak suka menjadi tampan. Karena aku benci disukai banyak orang. Dan...