Terpaksa sudah liburan di Bali gagal. Dara sudah sehat bahkan, tetapi Aron memaksa agar Dara pulang ke Jakarta. Istirahat total.
Berlebihan. Dara hanya mengalami luka kaki dan tangan saja. Tidak ada luka dalam. Tapi, Aron membuatnya seakan akan dia mengalami kecelakaan yang parah.
Dara mungkin merasa tidak apa apa jika liburannya gagal. Tapi teman teman nya? Ah, Dara merasa sangat tidak enak.
"Kenapa melamun? Masih marah karena gajadi liburan?" tanya Aron yang duduk di sebelahnya.
Kini mereka sedang berada di dalam pesawat. Menuju jakarta.
"Yang penting kan kita sudah liburan 1 hari disana Ra," bujuk Aron.
Tidak ada jawaban. Dara hanya merasa bersalah disini. Seakan akan liburan itu gagal karena Dara kecelakaan.
"Gosah ngrasa bersalah woi, bukan salah lo kali," ucap Delon di depan mereka.
"Iya ih. Bukan salah kamu juga Ra," timpal Keyna.
"Kamu ga nengok dalam 3 detik aku cium," ucap Aron dan segera menghitung.
"Tiga. Aku ga main main Ra," ucap Aron dengan senyum devilnya.
Aron membalikkan tubuh Dara kasar. Dia melepas kacamata yang sedang dipakai Dara. Dan ternyata Dara sudah tertidur. Pantas saja dari tadi dia tidak bergeming sedikitpun.
"Aku akan menepati ancamanku nanti ," bisik Aron tepat di telinga Dara.
Aron menyenderkan kepala Dara ke pundaknya. Dewi Fortuna masih berpihak padanya kemarin. Dara tidak pergi. Dara masih bersama nya hingga saat ini. Aron bahkan tidak bisa membayangkan, jika Dara benar benar pergi. Aron janji, dia akan menjaga Dara dengan segenap hati.
Dara terbangun dari tidurnya. Dan melepas kacamata hitam yang sedari tadi ia kenakan.
"Ron dah mau sampe ya?" tanya Dara.
"Iya," singkat tapi menjelaskan.
15 menit kemudian, mereka sudah sampai. Dan segera di jemput oleh mobil Tiara. Mobil yang cukup untuk 10 orang.
"Besok pada sekolah ga?" tanya Keyna.
Para lelaki kompak menjawab Tidak.
"Ya ga lah Key, udah diijinin sama Delon. Mubazir kalo liburnya gajadi hehe," jawab Tiara.
"Setujuuuu," sahut Moza.
"Plagiat!" ketus Tiara.
"Bodo amat! Yang penting ganteng!" Moza menampilkan senyum sok ganteng nya.
Tiara membuang muka malas. Lebih tepatnya, dia tidak ingin menatap Moza. Takut jatuh sendiri, sedangkan Moza hanya mempermainkan hati.
**
Sesampainya di rumah, Dara akan naik ke kamar nya."Pelan pelan," ucap Aron menuntun Dara.
"Berasa sakit parah kalo di giniin terus Ron," Dara menanggapi.
"Aku gapapa," sambungnya.
"Aku juga gapapa ngrawat kamu kayak gini Ra," sahut Aron.
Dara mengalah. Aron memang keras kepala.
Dering ponsel Dara berbunyi.
"Halo sayang, kamu gapapa?" tanya perempuan di telepon.
"Gapapa bun," jawab Dara.
"Kamu yakin?" tanya bunda Dara.
"Iya ih, jangan khawatirin Dara. Dara udah besar bundaa," rengek Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adara
Teen FictionSemua menganggap aku sempurna, padahal aku sangat tidak sempurna dan aku selalu merasa sendiri. Hingga suatu ketika ada seorang Pria mengetahui semuanya. -Adara Fradella Ulani Aku tidak suka menjadi tampan. Karena aku benci disukai banyak orang. Dan...