_5_

50 9 0
                                    

"tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan(pula)."
.
.
.

Sepulangnya sekolah,fio menepatkan janji kepada ibunya untuk membawa areta ke rumahnya.

Dan ya, sekarang fio dan mereka
'ya mereka, karna fio dateng ke rumah ngak bawa areta aja. Tapi bawa juga geng nya'.sedang ada di tengah rumah, bersama ibu fio yang sedang mendengarkan cerita areta.

"hmm, ngomong ngomong areta kenapa kamu sekarang diam sendirian?bukankah kamu dulu tinggal di panti asuhan?" bingun ibu fio.

"e-eum sebenarnya aku kabur, karena aku mendengar ibu akan menjodohkanku dengan om om yang aku tidak kenal, bibi."

"dijodohkan? Kenapa bisa? Umurmu bahkan belum cukup umur, sewaktu itu memang kau masih berumur berapa tahun?"

"sewaktu itu umurku masih 16 tahun bibi, katanya akan menjodohkan ku ketika aku sudah lulus sma. Tapi aku tidak mau, bukannya aku tidak menurut kepada ibu, tetapi aku tidak ingin menikah muda, apalagi aku harus menikah dengan orang yang umurnya cukup jauh dariku" tunduk areta.

"hmmm ya bibi mengerti, apakah kamu tidak ada niat untuk mencari orang tuamu? Atau saudaramu?" tanya ibu fio

"bagaimana aku bisa mencari mereka bibi? Alamat rumah orang tuaku pun aku tidak tahu,hiks" tangis areta pun pecah, dan tiba tiba saja dia memeluk ibu fio itu.

Ibu fio pov

Malang sekali nasib gadis ini. Ahh,aku jadi mengingat anakku fio. Kalo anakku ada di posisi seperti ini, dia tidak akan bisa bertahan seperti dia. Aku akui, Fio itu anak yang sangat  manja dan selalu bergantung kepada orang tua.

Melihat gadis ini, aku jadi tidak tega.

Ketika kita sedang berbincang tentang kehidupan areta si gadis malang. Tiba tiba saja dia menangis dan memelukku, aku sedikit terkejut, tetapi aku secara reflek membalas pelukan gadis itu.

Sedikit lama dia memelukku, dan aku pun melepaskan pelukannya, lalu ku sentuh pundak gadis itu,"bibi, dan saudara saudara mu akan membantumu mencari orang tuamu sayang, tenanglah" ucapku sembari menenangkannya.

"sebelumnya terimakasih banyak bibi, fio, rose, selgi, rena, dan dea kalian sudah banyak membantuku. Aku jadi berhutang budi kepada kalian" katanya sembari menghapus air matanya.

"ahh, tidak reta, kita senang membantumu" ucap rose dan di angguki oleh ke empat temannya.

"omong- omong kamu tidak usah panggil bibi lagi, ya? Kamu bisa panggil dengan sebutan ibu, ya , ibu " ucapku sembari tersenyum lembut padanya.

"ah, ya terimakasih bi-- ibu" angguknya dengan senyuman yang sangat manis.

"omong omong juga, kamu tinggal saja disini nak, itung itung menjadi teman di rumah untuk fio. Soalnya ibu dan ayah fio selalu pergi keluar negri karena pekerjaan. Jadi kau bisa menemani fio. Dan juga ibu tidak akan selalu merasa cepas kalo ibu pergi pergian"

"a-ah, sebelumnya terimakasih ibu, ta-tapi aku ti-tid---

Belum gadis itu menyelesaikan omongannya, aku sudah memotongnya. Karena aku tahu, dia pasti akan menolak permintaanku.

"ah areta, tidak ada penolakan." tegasku

"hah?ba-bagaimana ibu?"

"tidak ada penolakan aretaa"kata fio tiba tiba.

"a-ah y-ya ba-baiklah bu, terimakasih banyak ibu sebelumnya, aku sayang ibu dan kalian semua" lalu areta pun memelukku dan semua saudaranya.

Ibu fio pov end.

Love In Silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang