_16_

23 7 0
                                    

"aku tidak membenci perpisahan. Karena nyatanya ia mampu menciptakan suatu pertemuan."


Setelah kejadian beberapa tempo hari. Kejadian dimana reta mengetahui soal perasaan adit, dan adit yang merasa senang karena orang yang di cintainya membalas perasaanya,walau dia tau tidak sepenuhnya cinta itu dibalas.

Sekarang reta tengah duduk di sisi ranjang dengan pandangan yang kosong dan pikiran yang terus saja memikirkan dua orang yang tengah ia bingungkan.
Hati yang sedikit cemas karena dia takut tidak akan bisa membalas cintanya adit. karena ia tahu sendiri dia masih tidak bisa melupakanya renal, sedikitpun tidak bisa.

Tiba tiba saja ponsel reta bergetar, membuat dia tersadar dari lamunannya. Dia melihat siapa yang menghubunginya, dan ternyata itu bunda fio. Dengan cepat ia mengangkatnya.

"hallo" ucap bunda fio

"iya bun? Ada apa?" tanya reta bingung karena mendengar suara bunda fio yang sepertinya sedang bahagia.

"retaaaa, kau tahu? Kau masih memiliki keluarga sayang" girang bunda fio

Deg
'apa? Keluarga?'

"ma-maksud bunda?"

"iya sayang keluargamu masih ada" jelasnya

"ma-maksud bunda? Ayah ibu re-reta ma-masih a-ada?"gugup reta karena terkejut

"bunda tidak tahu jika ayah ibu reta masih ada, tetapi ini bunda sedang bertemu dengan kaka kandungmu"

"kaka? Ka-kaka ka-kandungku?"

"iya sayangg, kau ingin berbicara dengannya?" tanya bunda fio

'apakah benar itu kakaku?'

"hallo?"

"y-ya?" gugup reta

"retaaaa, ini kaka. Kaka kandungmu" terdengar suara isakan disana, sepertinya dia menangis.

"a-apakah ka-kau be-bernama alfi?" tanya reta penuh harapan. Dia tahu nama kakanya, bahkan ia juga tahu nama ibu dan ayahnya, karena waktu itu dia pernah di beritahu nama keluarganya oleh ibu asuhnya.

"iya, namaku alfi"
Dari situ, reta langsung menangis sejadi jadinya. Dia sangat bersyukur bisa di pertemukan dengan kaka kandungnya. Karena bertahun tahun dia sudah hidup sendiri, dan sekarang dia tidak akan pernah merasakan sendirian, kesepian lagi.

"kenapa kaka bisa bertemu dengan bunda?" tanya reta dengan suara sesegukan.

"panjang ceritanya, kaka akan ceritakan jika kaka bertemu denganmu langsung" jelas sang kaka. "kalau begitu tunggu kaka besok ya"lanjutnya.

"kaka akan menemuiku?"tanya reta langsung menangis lagi

"tentu. Sudah jangan menangis lagi sayang" jelas sang kaka dan di balas anggukan oleh reta. Lalu ia pun menutup panggilan itu dan menangis sejadijadinya.

Dia tidak percaya, sungguh. Dia berfikir, dia akan selamanya hidup dalam kesendirian, kesepian, tetapi rencana tuhan memang indah.
Dia juga berfikir apakah benar itu kakanya? Apakah benar keluarganya masih ada? Walau tidak utuh. Apakah dia sedang tidak bermimpi dalam hal ini?

.
.

Hari sudah sedikit larut. Reta kini sedang membaringkan tubuhnya di atas ranjang,sedari tadi dia tidak keluar dari kamarnya. Dia tidak memperdulikan kondisinya sekarang, tidak mempedulikan perutnya yang sedari tadi minta di isi.

Dia hanya melamun, memikirkan apakah benar dia masih memiliki keluarga? Bahkan dia melupakan aditya yang sedari tadi menghubunginya. Dia hanya ingin memiliki waktu sendirian sekarang.

Jujur, perasaannya kini tengah campur aduk. Di sisi lain dia bahagia, di sisi lain juga dia sedih. Entah mengapa.

Tiba tiba saja pintu terbuka. Menampakan sosok perempuan yang sudah pasti reta kenal.

"eumm, apakah kamu ada di sana reta?" tanyanya, karena reta akui sedari tadi pagi kamarnya gelap.

"aku disini fi" jelas reta masih dengan wajah masamnya.

"uhh, reta kamu kenapa? Sakit?" tanya fio yang melihat wajah reta sedikit pucat dan mata yang sembab.

"tidak, aku tidak apa apa"jelas reta dan memperlihatkan senyuman terpaksanya.

"kamu ngak usah ngebohong gitu deh ret" kata fio."kamu boleh cerita tentang apa aja yang kamu mau ceritain"

"boleh?"

"tentu"ucap fio lalu dia duduk di ranjang reta dengan posisi berhadap hadapan.

"sebenernya ta-tadi bunda nelfon aku"

"lalu?"

"bunda ketemu sama kaka kandungku" jelas reta lalu sedikit tertunduk.

"hah? Kaka kandungmu? Maksudmu?kau masih memiliki keluarga"tanya fio heran

"entahlah. katanya mereka akan datang besok dan menceritakan apa yang terjadi sampai sampai mereka bisa bertemu"reta membuang nafas lelahnya perlahan." semoga saja dia memang benar kakaku fi"lanjutnya

"semoga. Aku yakin dia pasti kaka kandungmu. Kamu harus percaya. Tidak usahh sedih seperti itu" tenang fio dan di balas anggukan lalu setelah itu mereka berpelukan seperti teletubis.

"terimakasih fio" jelas reta dengan senyuman lebarnya dan fio hanya mengangguk.

Mereka memang terlihat seperti adik kaka sesungguhnya. Saling melengkapi dan memberikan kasih sayang satu sama lain.

Tetapi reta merasa sedikit bersalah, karena dia seolah olah seperti merebut kebahagiaan kakanya itu secara perlahan. Tetapi, ia juga bingun dengan hatinya yang selalu terus menginginkannya.

'maafkan aku fio'

Love In Silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang