_14_

23 10 0
                                    


"mungkin lebih baik begini, aku takut merusak suasana jika harus mengatakan apa yang di rasa"



Sekarang kedua orang itupun sedang asik bermain di taman. Tanpa mereka sadari ada satu orang yang sedari tadi mengintip mereka.

Flasback on.

Seseorang yang sudah mendengar perkataan temannya yang mengajak pergi untuk bermain kepada teman yng satunya, dia jadi sedikit tidak tenang. Perasaan nya kini campur aduk.

Lalu dia pun mempunya niat untuk menyusul tepatnya lagi bukan menyusul tapi mengikuti mereka dari belakang.

Dengan tidak sabaran dia pun langsung saja pergi untuk mengikuti mereka.

Di perjalanan dia pun sedikit bingung, kenapa mobil itu tiba tiba diam. Ia pun menjadi ikut diam dengan jarak tidak jauh dari mobil itu.

Lalu ketika mobil itu melaju lagi, ia pun ikut melaju. Dan ternyata mobil itu berhenti tepat di depan taman yang sedikit bagus menurut dirinya.

Tidak mengambil Waktu lama, ia pun langsung bergegas dan menyembunyikan diri di balik dinding yang ada di taman atau pun pohon pohon.

Flasback off.

Dia selalu mengikuti jejak kemana arah mereka. Dan sampai mereka duduk di kursi taman tersebut lalu dia bersembunyi di balik pohon.

Dia berpikir. Untuk apa dia seperti ini? Bahkan dipikir pikir dia seperti orang gila. Memalukan memang, tapi dia merasa gelisah jika dia tidak mengikuti mereka.

Renal pov.

Aku sedikit kesal mendengar percakapan mereka yang sepertinya asik sekali.
Tetapi aku memilih untuk bersabar.

"ret, gimana perasaanmu sekarang ke dia?" tanya adit tiba tiba.

"bentar bentar, apa tadi dia bilang? Perasaan ke dia? Siapa dia? Kenapa reta ngak pernah cerita? Bahkan aku temen deket pun ngak tau." ucapku sembari melamun di atas pohon besar.

"tidak ada perubahan dit"terdengar helaan nafas beratnya dan melanjutkan pembicaraannya. "sulit melupakanya. Bahkan sekarang aku malah lebih mengiinkanya" terdengar dari suara perempuan itu sepertinya bersedih

"sebenarnya reta itu menyukai siapa sih" aku jadi sedikit penasaran,ingin rasanya aku menghampiri mereka, tapi dengan susah aku pun harus menahan niatku, karena jika aku menghampiri mereka mati aku.

"kenapa? Kenapa kamu malah jadi menginginkan?" terdengar protes adit

"yak! Aku bertemunya tiap hari dit. Aku sering mengobrol asik denganya, aku sering dibuatnya nyaman. Lalu? Sekarang aku harus melupakanya, itu semua sulit dit sulit" kata reta dengan nada sedikit menyentak

Deg.
'apa? Bertemu tiap hari? Sering mengobrol?. Perasaan reta tidak pernah sedekat itu dengan lelaki di sekolah selain aku.'

Aku berpindah tempat dari sembunyai pohon ke sembunyian pohon yang lebih dekat dengan mereka. Biar aku bisa lebih jelas mendengarkan apa yang mereka ceritakan.

"tapi jika kamu berniat untuk melupakanya! Kamu bisa reta!" bentak si adit.

'arggggg siapa sih orangnya'aku frustasi dengan ini.

"aku sudah berniat adit, akupun tidak tau dengan hatiku yang begitu menginginkannya. Terkadang otakku bilang aku harus mundur, tidak boleh menyukainya. Tetapi di sisilain juga hatiku memberontak untuk aku selalu menyukanya dan seakan tidak diperbolehkan untuk pergi dit. Lelah memang dengan keadaan saat ini, tapi aku harus bagaimana lagi"  terdengar olehku suara reta bergetar, seperti ingin menangis.

Aku pun dibuat bingung oleh mereka. Sampai tiba tiba ada orang yang melempar batu ke arahku dan mengenai jidatku.sakit sekali rasanya dan siapa orang yang melempar batu sebesar itu? Bodoh sekali.

Dengan refleks aku pun meringis kesakitan.

"awhh"teriakku, dan ternyata mereka pun melihatku

"Renal?" teriak mereka berdua berbarengan

Langsung mereka pun menghampiriku.

'sial' umpat ku dalam hati

Renal pov end.

Sekarang dua sejoli pun sedang duduk di kursi taman itu. Dan tiba tiba saja adit menanyakan hal yang sedang tidak ingin reta bahas.

"ret, gimana perasaanmu sekarang ke dia?" tanya adit tiba tiba.

Reta pun merilik adit sekilas, lalu membalas"tidak ada perubahan dit"kata reta lalu menghela nafas beratnya."sulit melupakanya. Bahkan sekarang aku malah lebih menginginkanya" jelas reta.

"kenapa? Kenapa kamu jadi menginginkannya?" protes adit

"yak! Aku bertemunya tiap hari dit. Aku sering mengobrol asik denganya, aku sering dibuatnya nyaman. Lalu? Sekarang aku harus melupakanya, itu semua sulit dit sulit"jelasnya dengan sedikit membentak.

"tapi jika kamu berniat untuk melupakanya! Kamu bisa reta!" bentak si adit tak mau kalah.

"aku sudah berniat adit, akupun tidak tau dengan hatiku yang begitu menginginkannya. Terkadang otakku bilang aku harus mundur, tidak boleh menyukainya. Tetapi di sisilain juga hatiku memberontak untuk aku selalu menyukanya dan seakan tidak diperbolehkan untuk pergi dit. Lelah memang dengan keadaan saat ini, tapi aku harus bagaimana lagi"ucap reta sembari menunduk karena dia pusing rasanya ingin menangis.

Adit yang akan membalas ucapan reta pun tidak jadi, karena mereka lebih dulu mendengar ada suara yang berteriak di belakang mereka, dengan refleks mereka berdua pun menoleh ke belakang.

Dan mereka melihat ada orang di belakang mereka. Setelah itu mereka pun terkejut. ternyata orang itu adalah renal.

Dengan refleks mereka berdua berlari ke arah renal.

Reta yang sudah terkejut dan langsung di buat terkejut lagi oleh jidat renal yang sudah mengeluarkan darah.

Ia pun dengan memberanikan dirinya mendekat dan memegangi jidat renal yang sudah berdarah sedikit banyak.

"kamu tidak apa apa renal?" dengan cemas ia pun tidak sadar bahwa ia sudah meneteskan air matanya sendiri.

"uh? Eum tak apa" ucap renal ikut terkejut juga

Sedangkan adit? Ia hanya bisa melihat adegan yang tidak ingin ia lihat. Dia hanya tersenyum masam saja, menerima takdir bahwa orang yang di cintainya memang tidak akan pernah membalas cintanya, sampai kapanpun.

Love In Silence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang