Part 8

3.6K 304 2
                                    

Happy Reading.....

Jantung Zidni berdegup kencang saat mobil keluarga Anwari berada di depan rumahnya.

"Nak, ayo bersiap-siap!" titah Rusdi dan gadis itu pun berjalan di belakang Rusdi sambil mendorong Sulastri yang duduk di kursi roda.

Fatma terlihat takjub melihat kecantikan Zidni yang alami dan seperti biasa Yunus acuh tak acuh menghadapi keluarga Rusdi.

Mereka pun membicarakan tentang keluarga masing-masing dan akhirnya di putuskan bahwa Zidni dan Yunus akan menikah minggu depan di resort Anwari.

"Untuk sementara kalian tinggallah disini!" ucap Sulastri.

"Baiklah, kami akan menginap sementara sampai kamar kami di resort siap, terima kasih!" ucap Levan

"Zidni, bawa Mas Yunus jalan-jalan. Cobalah untuk mengenal satu sama lain sambil lihat-lihat pemandangan." ucap Rusdi

"Benar Yunus, kau harus tahu bagaimana lingkungan tempat tinggal calon istrimu." imbuh Levan dan mereka pun terpaksa menuruti permintaan orang tuanya.

Yunus berjalan agak jauh dari Zidni, dia merasa risih ketika orang kampung menatap aneh ke arah mereka.

"Assalamualaikum, Zidni!" sapa Ismail.

"Wa'alaikum salam Mas Ismail!" sapa gadis itu sopan membuat Yunus sebal, melihat keakraban Zidni dan Ismail

"Ini pasti calon suamimu itu, kan?" tebak Ismail sambil menyodorkan tangannya.

"Ismail!" sapa Ismail namun Yunus malah membuang muka sambil menyilangkan tangannya di dada. Ismail menarik tangannya, dia tak menyukai kesombongan lelaki itu.

"Maaf Mas..." ucap Zidni tak enak

"Mungkin calon suamimu itu cemburu!" canda Ismail dan Zidni hanya menundukkan wajahnya.

"Baiklah, Assalamualaikum." pamit Ismail

"Wa'alaikum salam Mas." balas Zidni.

Yunus langsung berjalan cepat meninggalkan Zidni hingga gadis itu pun setengah berlari untuk mengejar Yunus.

"Didepanku saja kau sudah berani main mata, dasar genit!"

"Maksud Mas?"

"Apa kurang jelas?"

"Jelas apa Mas? Mas Ismail itu menyapa Mas!"

"Aku tak sudi disapa oleh lelaki itu!"

"Kenapa Mas?"

"Pokoknya aku tak mau!"

"Mas cemburu?" tebak Zidni seperti apa yang di ucapkan Ismail dan membuat Yunus kesal.

"Kau ini pintar atau apa sih?"

"Zidni hanya lulusan pesantren dari kampung Mas!" sindir Zidni membuat Yunus semakin kesal.

"Andai bukan karena warisan, Aku tak sudi menikahi gadis bodoh seperti kamu!" bentak Yunus membuat Zidni tertegun.

Warisan? Oh jadi Yunus mau menikahinya hanya karena warisan?

"Ke... Kenapa Mas berkata seperti itu?"

"Kau pikir saja sendiri dengan otak bodohmu itu!" ucap Yunus ketus membuat Zidni menangis.

"Shit, aku tak suka gadis cengeng!" rutuk Yunus kesal.

"Maaf jika Zidni sudah membuat Mas kecewa." ucap Zidni lalu pergi meninggalkannya.

Yunus hanya bisa menghela napas lelah.

"Patricia, ternyata ini tidak mudah!" guman Yunus lalu berjalan menuju arah pulang.

*****

Levan dan Rusdi terkejut ketika melihat Zidni pulang sendiri dalam keadaan menangis.

"Loh, kenapa Nak?" tanya Rusdi namun gadis itu hanya menggelengkan kepala lalu masuk ke kamarnya.

"Biar aku yang bicara sama Yunus." ucap Levan merasa tak enak pada Rusdi dan sahabatnya itu hanya mengangguk pelan.

Levan berjalan mendekati Yunus yang baru saja sampai di halaman rumah.

"Apa yang terjadi?" tanya Levan.

"Apa Yah?"

"Kenapa Zidni pulang dalam keadaan menangis?"

"Oh itu, Zidni menolak menikah denganku."

"Apa? Itu tidak mungkin!" ucap Levan tak percaya.

"Maaf Levan, mungkin Zidni memang masih terkejut. Nak Yunus mana mungkin berbohong kan?" ucap Rusdi lembut namun menohok perasaan Yunus.

"Aku akan bicara dulu dengan anakku." pamit Rusdi.

Levan pun menatap tajam anaknya.

"Kalau kau sampai batal menikah, tak ada fasilitas dan warisan untukmu!" ancam Levan membuat Yunus mendengkus kesal.

" Ini tak adil!"

"Ini buat kebahagiaanmu sendiri!" balas Levan dan Yunus hanya menggeram kesal lalu masuk ke dalam kamarnya.

"Sabar Ayah, biar nanti Bunda yang bicara sama Yunus." ucap Fatma dan Levan hanya bisa mengangguk pelan

Fatma memasuki kamar Yunus, dia melihat pemuda itu mengepalkan tangannya hingga jari-jari bukunya memutih.

"Apa kau serius mencintai gadis itu?" tanya Fatma hati-hati, Yunus menatap ibunya.

"Bunda tahu, bagimu Patricia hanya teman bersenang-senang, kau tak serius padanya."

"Bunda..."

"Jangan memanjakan wanita dengan harta, tapi lihatlah apa dia memiliki cinta dan ketulusan."

"Hanya Patricia yang setia pada Yunus!"

"Apa kau yakin?"

"Dengan dia dekat denganku saja aku sudah bahagia." ucap Yunus, meski jujur saja hatinya baik-baik saja ketika jauh dari Patricia, tak pernah ada rasa rindu.

"Jodoh memang sudah ada yang mengatur, tapi kita juga harus berusaha memilih pasangan yang benar-benar baik untuk kita. Apa lagi Patricia berbeda keyakinan, kecuali kamu bisa membimbingnya."

"Bunda, intinya aku tak mau menikah." ucap Yunus sambil memeluk Fatma.

"Maafkan Bunda, Bunda tak bisa menolongmu."

"Aku mengerti Bunda." ucap Yunus.

Sebenarnya Yunus juga tak tahu apa yang dia mau, dia hanya ingin bersenang-senang tanpa terikat seperti Patricia yang mengerti dan membebaskannya melakukan apa saja, membawanya ke surga dunia.

Yunus menatap Fatma, ya mungkin juga ini waktunya dia serius. Entahlah, Yunus merasa galau dan pusing. Rasanya kepalanya mau pecah!


Tbc

Mas Yunus (Tamat) Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang