Part 14

3.4K 373 6
                                    

Sambil menunggu Imsak....

Konflik di mulai dan...

Happy Reading...

Yunus tak suka Ismail mendekati Zidni. Patricia yang melihat gelagat tak beres kekasihnya mulai merasa takut.

"Jaketku, Sayang!" ulang Yunus dan Zidni pun memberikan kantongnya. Ismail menatap aneh pada gerakan Zidni yang kaku.

"Mas ke dalam dulu!" pamit Ismail dan Zidni mengangguk.

"Assalamualaikum!" ucap Ismail.

"Wa'alai...."

"Tidak wa'alaikum salam!" potong Yunus membuat Ismail menggelengkan kepala melihat sikap kolokan Yunus dan langsung meninggalkan mereka.

"Mas...."

"Kenapa? Mau main genit-genitan? Gak pantas tahu!" ejek Yunus lalu mengembalikan kantong itu.

"Jaketnya?"

"Ya bawa pulang!"

"Tapi...."

"Awas kalau kamu berbicara lagi dengan Ismail!" ancam Yunus dan Zidni mengangguk patuh.

"Assalamualaikum, Mas!" pamit Zidni.

"Wa'alaikum salam." balas Yunus membuat Zidni tersenyum senang lalu berjalan meninggalkan mereka.

Patricia yang memperhatikan cara berinteraksi mereka merasa cemburu.

"Tak suka main genit-genitan ya? Kamu sendiri?" tanya Patricia sebal.

"Kan aku genitnya cuma sama kamu!" goda Yunus sambil terkekeh membuat wajah Patricia merona.

"Kenapa kamu kemari? Jangan kacaukan suasana Pat!"

"Kenapa kau tak mengangkat teleponku? Aku tak mau kekasihku macam-macam!" rajuk Patricia mengeluarkan rayuannya.

"Kalau sampai aku batal menikah dan tidak mendapatkan warisan. Kamu jangan marah!" ucap Yunus membuat Patricia semakin mengerucutkan bibirnya.

"Oke, oke, aku takkan macam-macam!" ucap Patricia membuat Yunus terkekeh geli.

"Jadi kau mau menghadiri pernikahan kekasihmu ini?" goda Yunus membuat Patricia semakin kesal.

"Yunus!"

"Sudahlah, ayo kita ke kamar!" ajak Yunus membuat wajah Patricia berubah ceria. Mereka pun pergi ke kamar Yunus yang tak jauh dari situ.

*****

Sepanjang perjalanan Zidni memikirkan Yunus, dia merasa aneh dengan sikap calon suaminya. Kenapa Yunus menyebut sayang pada wanita itu? Dia siapanya Yunus? Apa mungkin itu adiknya Yunus?

Zidni tersenyum tipis, dia tak boleh berburuk sangka meski sebenarnya ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

"Assalamualaikum, Ni!" sapa Ismail membuat Zidni terkejut, apa Ismail mengikutinya sejak tadi?

"Wa'alaikum salam Mas!" jawab Zidni.

"Kamu bawa lagi kantong itu?" tanya Ismail heran, bukannya tadi Yunus meminta kantong itu? Lalu kenapa kembali ke tangan Zidni?

"I.. Iya Mas, Mas Yunus meminta Zidni menyimpannya."

"Lalu gadis yang bersama Yunus?"

"Mungkin adiknya Mas Yunus."

"Mungkin? Masa Yunus tidak mengenalkan adiknya padamu, Ni?" tanya Ismail yang terkejut dengan kepolosan gadis itu.

"I.. Iya Mas!" ucap Zidni bingung.

"Ikut Mas!" titah Ismail dan Zidni pun terpaksa mengikuti Ismail, mereka berjalan menuju resort itu.

Sesampai di sana mereka tidak menemukan Yunus atau pun gadis itu di tempat semula.

"Kamu tunggu disini, Mas lihat dulu ke dalam!" ucap Ismail.

"Tapi Mas, mau apa?"

"Kamu jangan banyak tanya, diam dan tunggu Mas!" ucap Ismail dan Zidni pun mengangguk pasrah. Ismail segera berjalan menuju ke dalam ruangan.

Zidni menunggu dengan cemas, apa yang akan Ismail perbuat? Zidni hanya bisa berdoa semoga Ismail tidak berbuat nekad. Zidni melangkah mondar-mandir sambil menunggu kedatangan Ismail, rasanya terlalu lama dan Zidni mulai merasa jenuh, dia berjalan menyusuri kolam.

Dia mencoba menenangkan hatinya yang terus merasa gundah. Zidni menatap ke sekeliling tempat itu, sangat indah dan bagus. Ini adalah tempat yang akan menjadi saksi bisu dimana janji sehidup sejatinya akan di ikrarkan oleh Yunus kepadanya.

Zidni menatap ke sebuah jendela kamar, wajahnya seketika memias, Zidni mempertajam penglihatannya untuk meyakinkan hatinya. Ini bukan fitnah, ini bukan hasut mata. Zidni melihat dengan mata kepalanya sendiri Yunus sedang berzina dengan perempuan tadi.

"Astaghfirullah, Ya Allah..." guman Zidni lalu tanpa sadar menjatuhkan kantong jaketnya ke lantai.

Tubuhnya terasa kaku, hatinya terasa sakit. Dia segera berlari meninggalkan tempat itu, dia tak menghiraukan permintaan Ismail untuk menunggunya di sana. Zidni berlari sekuat tenaga dengan air mata yang membasahi wajahnya yang cantik.


Tbc

Mas Yunus (Tamat) Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang