Part 11

3.7K 337 6
                                    

PDF Musa sudah ready ya, harga 35K belum termasuk diskon. Untuk info lebih lanjut bisa wa ke 0819 1221 1433



Happy Reading.....

Rusdi dan Sulastri khawatir, kenapa anaknya belum juga sampai padahal ini hampir maghrib. Rusdi menatap hujan yang turun begitu derasnya.

"Yunus pasti menjaga anak kita dengan baik. Mungkin dia membawa anak kita ke resortnya pak Anwari." ucap Sulastri mencoba menenangkan.

"Bapak ke resort dulu kalau begitu."

"Tapi pak, hujan sangat deras. Tunggu hujan reda."

Sulastri merasa khawatir dan Rusdi hanya bisa menghela napas lelah. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa dengan anaknya itu.

Sementara itu....

Yunus menyalakan AC karena jika di matikan suasana mobil menjadi panas dan berembun, wajah Zidni tampak memucat sehabis Yunus bentak karena menanyakan sesuatu hal yang konyol.

Yunus tahu Zidni menahan tangisnya, dan berusaha menghapus air matanya. Sialnya hal itu membuat Yunus merasa bersalah.

"Kita terjebak!" ucap Yunus mencairkan suasana dan Zidni hanya mengangguk pelan.

"Kau takut?"

"Iya Mas."

"Kau tak usah takut, ada aku!"

"Justru karena ada Mas, Zidni takut!" ucap Zidni membuat Yunus tertawa geli.

Kenapa ucapan gadis ini selalu terdengar konyol di telinga Yunus?

"Kamu takut sama Mas?" tanya Yunus tak percaya dan Zidni mengangguk cepat.

Yunus menatap wajah Zidni dengan seksama. Gadis di hadapannya terlihat manis dengan kulit putih dan wajah ayunya. Mata bulat dengan halis tebal rapi, bulu mata lentik, hidung kecil mancung dan bibir tipis berwarna merah alami.

"Mas?" tanya Zidni was-was membuyarkan lamunan Yunus.

"Ehem..." Yunus berdehem, kenapa AC mobilnya seketika terasa panas?

"Mas tak apa? Kenapa wajah Mas memerah?" tanya Zidni khawatir.

Yunus menenangkan detak jantungnya yang terus berdegup kencang dan mencoba mengatasi rasa gugup.

Sial kenapa mesti gugup?

Yunus memberanikan menatap wajah Zindi.

"Mas tak apa?"

"Aku baik, hanya sedikit mual mungkin karena tadi makan bakso!" ucap Yunus beralibi dan Zidni menatap Yunus lega.

"Zidni pikir Mas sakit!" ucap Zidni sambil mengeluarkan minyak kayu putih dari tasnya lalu memberikannya pada Yunus.

"Aku bukan bayi gadis kampung!" rutuk Yunus tak suka Zidni menyodorkan benda seperti itu kepadanya.

"Agar mual Mas sedikit berkurang!"

"Justru melihatmu, Mas tambah mual!" ucap Yunus kesal.

Zidni terkejut dengan ucapan Yunus lalu terdiam, dia memalingkan wajahnya agar tak terlihat oleh Yunus.

"Gadis bodoh!" ucap Yunus pusing melihat tingkah aneh Zidni.

"Biar Mas tak mual!" celoteh Zidni membuat Yunus memiliki ide gila.

"Gosok perutku!"

"Apa?" tanya Zidni sambil melihat ke arah lelaki itu.

Dengan cuek Yunus membuka kaosnya sampai ke dada, memperlihatkan dadanya yang berbulu dengan perut six pack-nya.

"Astaghfirullah,Mas..." pekik Zidni langsung memalingkan wajahnya.

"Katanya biar Mas gak mual?"

"Tapi Mas gosok sendiri saja, kita bukan mahram!"

"Oh jadi mesti mahram dulu baru bisa menolong orang?"

"Tapi Mas..."

"Ya sudah, Mas tahu kamu memang calon istri durhaka!"

"Apa?"

"Iya, kamu lupa ya sama apa yang di omongkan pak Komar tadi?" tanya Yunus sambil terkekeh geli.

"Iya kalau sudah sah, Maaaasss....!" jerit Zidni ketika Yunus menarik tangan Zidni untuk menyentuh perutnya.

Zidni merasakan jari-jarinya menyentuh perut Yunus yang berotot lalu menatap perut lelaki itu.

"Tidak terjadi apa-apa, kan?" goda Yunus membuat wajah Zidni merona.

"Ih, Mas ini apa-apaan sih!" ucap Zidni kesal lalu mencabut bulu-bulu yang ada di perut Yunus dengan kesal.

"Akh.. Kau berani!" pekik Yunus lalu menarik tubuh Zidni ke arahnya dengan sekuat tenaga hingga Zidni jatuh ke pelukan Yunus.

"Maaasss!" jerit Zidni kesal dan Yunus menatap wajah cantik Zidni dari dekat.

Zidni cantik, sangat cantik!

Yunus mendekatkan wajahnya hendak mencium gadis itu namun dia langsung menutup bibirnya dengan tangannya.

"Mas, haram. Kita belum sah!"

"Ya ampun Zidni, dari tadi sah-sah terus lama-lama kamu jadi mirip pak Komar saat latihan ijab kabul tadi!" rutuk Yunus kesal lalu mendorong tubuh Zidni ke tempatnya membuat gadis itu terhenyak.

"Mas sakit!" protes Zidni saat punggungnya membentur pintu mobil.

"Hujan kapan reda!" gerutu Yunus dan Zidni hanya diam, dia terus berdoa di dalam hati semoga ada orang lewat dan membantunya, walau hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Zidni takut Yunus kebablasan, karena bapaknya bilang jangan pernah berdua-duaan dengan yang bukan mahram karena yang ketiganya setan.

Namun sepertinya doa Zidni mustahil terkabul karena hari semakin gelap dan hujan turun dengan deras tiada hentinya.

Zidni berharap orang tuanya segera mencari mereka, Zidni takut gelap apa lagi dia berada bersama orang aneh macam Yunus.

Yunus melihat gadis itu, ya dia sudah memperlakukan Zidni dengan kasar. Tapi mau bagaimana lagi, Yunus kesal pada tingkah gadis itu.

"Mas, aku kedinginan!" ucap Zidni meski volume AC sudah paling terendah.

Yunus menghela napas, dia juga memang kedinginan. Yunus menatap bahan bakar mobilnya yang juga menipis lalu mematikan mesin mobilnya.

"Gelap!"

"Mau bagaimana lagi, kita harus menghemat bahan bakar." ucap Yunus mulai melunak.

Yunus tak tega melihat Zidni kedinginan lalu mengambil jaketnya yang berada di kursi belakang.

"Pakailah!" ucap Yunus lalu memakaikannya pada gadis itu.

"Tapi nanti Mas..."

"Aku lelaki, bukan banci!" ucap Yunus namun tak lama Yunus pun bersin-bersin karena kedinginan.

"Oh sial!" rutuk Yunus sambil menatap gadis di sampingnya yang terus memperhatikan Yunus.

"Pindah duduk ke belakang!"

"Apa?"

"Cepat pindah!" titah Yunus dan Zidni pun menurut, Yunus pun ikut pindah ke belakang lalu memeluk Zidni.

"Jangan ge-er, aku peluk kamu karena aku juga kedinginan!" ucap Yunus namun Zidni hanya diam.

Yunus membiarkan Zidni tidur di dadanya. Sementara gadis itu sedang sibuk menata jantungnya yang terus berdegup kencang.

"Astaghfirullah, ya Allah kuatkan Zidni, Ya Allah!" doa Zidni karena jantungnya tidak mau berdetak normal. Zidni takut dia mati tidak dalam keadaan suci dan husnul khotimah.

Zidni mendengarkan detak jantung Yunus karena kepalanya menempel di dada lelaki itu. Lambat laun Zidni merasakan matanya sulit di buka karena lelah yang menyerang dan dia pun tertidur lelap dipelukan calon suaminya.

Yunus yang mendengarkan napas Zidni yang mulai teratur merasa lega, dia pun ikut memejamkan matanya.


Tbc

Mas Yunus (Tamat) Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang