Part 18

3.5K 426 9
                                    

Kesiangan sahur gaesss  😂

Happy Reading....

Zidni menatap uang yang diberikan Yunus dengan kasar,  setelah di hitung ternyata berjumlah sembilan juta, padahal Zidni hanya perlu uang seratus ribu untuk membeli sayuran, ayam dan telur di pasar.

Zidni pun menyimpan uang itu di dalam toples yang di simpan di lemari dapur lalu berjalan keluar dari apartemen Yunus, kemarin dia sudah di ajarkan bagaimana cara keluar atau masuk ke dalam apartemen itu oleh Yunus.

Meski lelaki itu mengajarinya dengan malas tapi bagi Zidni, Yunus sudah cukup baik mau mengajarinya. Walau setelah mengajarinya Yunus pergi dan menolak Zidni untuk mencium tangannya.

"Tak usah, aku tak suka kamu sentuh!"

Itulah ucapan menyakitkan dari Yunus, padahal Zidni hanya ingin menjadi istri solehah dan tidak bermaksud untuk menyentuhnya atau mencari muka. Menyentuhnya? Bukankah mereka sudah sah?

Zidni tersenyum pahit, Zidni lupa jika pernikahan ini hanya di selembar kertas saja dan pada kenyataannya mereka hidup masing-masing, satu rumah tapi hanya menumpang istirahat.

Zidni berjalan menuju halte bis setelah bertanya naik apa ke pasar kepada seorang ibu yang berjualan kue.

"Assalamualaikum!" sapa seorang lelaki yang membuat Zidni menunduk.

"Wa'alaikum salam!"

"Hai nama saya Azra, maaf bus yang menuju ke pasar disini kan?" tanya pria itu sopan,

"Sepertinya iya Mas, saya baru di Jakarta!" ucap Zidni polos.

"Ya Allah, saya juga sama tapi saya harus membeli benang untuk kakak saya di pasar!" ucap Azra sambil terkekeh.

Bus berhenti dan mereka pun naik ke dalam bus dan duduk berseberangan

"Kau tinggal di apartemen Tulip?" tanya Azra dan Zidni mengangguk.

"Saya juga!" ucap Azra.

"Ya sudah kita pulang bareng juga ya? Jadi saya punya teman jika tersesat!" celoteh Azra membuat Zidni terkekeh geli dengan ucapan pria itu.

"Baiklah Mas Azra!" ucap Zidni yang juga memang butuh teman tersesat. Azra tersenyum tulus lalu mengangguk senang.

*****

Yunus menceritakan semua sikap Zidni kepada Patricia dan perempuan itu tampak kesal memiliki saingan yang tak sepadan. Patricia tak menyangka ternyata gadis kampung sekarang sudah canggih kepintarannya!

Patricia berencana akan mendatangi Zidni tanpa sepengetahuan Yunus, namun dia harus tahu dulu dimana tempat Yunus dan wanita kampungan itu berada.

"Yunus, aku ingin melihat wajah gadis itu, aku penasaran!" Patricia merajuk.

"Ya sudah, nanti siang kita ke apartemenku sekalian aku mau membawa berkas yang tertinggal di kamarku." ucap Yunus dan Patricia pun mengangguk senang.

Yunus memang polos dan naif, dia takkan menyadari jika Patricia memiliki niat jahat kepada Zidni agar gadis itu menyingkir dari hadapannya dan Yunus bisa ia kuasai.

Mereka pun pergi ke apartemen, namun apartemen itu kosong.

"Mana sayang?"

"Sebentar, mungkin dia ke bawah!" ucap Yunus lalu pergi ke bawah untuk menanyakan pada security di sana.

Sepertinya Zidni langsung pergi ke mall untuk membelanjakan uangnya, Yunus jadi tak sabar untuk mencek kartu kreditnya. Apa saja yang Zidni beli untuk keserakahannya.
Tiba-tiba Yunus melihat Zidni dan seorang pemuda berjalan bersama  sambil mengobrol.

Yunus segera bersembunyi dan menguntit mereka. Zidni tampak senang dan sesekali tersipu malu mendengar kelakar lelaki itu.
Yunus pun bergegas ke apartemennya dan menunggu Zidni di sana. Yunus melihat Patricia yang sedang asik menonton infotainment namun segera mengalihkan perhatiannya ketika Yunus datang.

"Mana gadis kampungan itu?" tanya Patricia.

"Ada..." desis Yunus dan tak lama pintu apartemen terbuka. Zidni masuk ke dapur dan menyimpan belanjaannya

"Simpan di meja saja Mas, terima kasih dan maaf sudah merepotkan!" ucap Zidni tulus.

"Tak apa eumm.... "

"Nama saya Zidni Mas, maaf saya baru memperkenalkan diri!" ucap Zidni tak enak.

"Dan tak seharusnya kau juga memperkenalkan dirimu seperti wanita kegatalan, Zidni
Nurafisyah!" ucap Yunus dingin membuat Zidni terkejut.

"Mas Yunus?" tanya Zidni terkejut begitupun Azra yang memandangi Yunus.

"Kenapa melihatku hai pemuda!" tegur Yunus tak suka.

"Namanya mas Azra, Mas!"

"Tutup mulutmu Zidni!" bentak Yunus kesal membuat tubuh gadis itu bergetar ketakutan.

"Kenapa anda begitu kasar kepada wanita Tuan?" tanya Azra yang tak suka melihat seorang lelaki mengasari wanita.

"Saya suaminya dan tolong jangan pernah temui istri saya lagi!" ucap Yunus lalu mendorong tubuh lelaki itu keluar dan menutup pintu dengan kasar.

"Mas kau tak boleh seperti itu, Mas Azra...."

"Tutup mulutmu itu dan berhenti bersikap seperti jalang!" bentak Yunus membuat Zidni menangis. Patricia terkejut dengan sikap kasar Yunus.

Patricia tahu Yunus sedang terbakar cemburu dan ini waktu yang tepat untuk membuat Yunus membenci Zidni namun untuk sementara Patricia bisa menikmati drama yang sedang berlangsung di hadapannya.

"Zidni bukan jalang Mas!"

"Lalu apa tadi? Kau jalan berduaan dia bukan mahram!"

"Zidni tidak jalan berduaan, Zidni naik bis ke pasar dan pulang naik angkot. Zidni tidak berdua-duaan dengan Mas Azra!" bela Zidni.

"Tapi tatapan kalian berbeda, aku rasa mereka saling menaksir. Andai saja kita tidak kemari, mungkin mereka sudah berani berbuat mesum!" tuding Patricia.

"Astaghfirullah.... " ucap Zidni tak percaya di tuding sehina itu.

"Masuk kamar!" bentak Yunus dan Zidni pun pergi ke kamarnya.

Patricia tersenyum puas.

"Mas cepat ceraikan dia, aku rasa dia akan semakin melunjak saja jika kamu membiarkannya apa lagi memanjakannya dengan uang! Bisa bisa dia menghabiskan uangmu dengan pria lain." ucap Patricia.

"Tidak, aku akan membawa pelayan di rumahku untuk mengawasinya dan berbelanja. Aku tak sudi apartemenku di masuki pria lain dan dipakai mesum!" ucap Yunus lalu menelepon Bundanya agar mengirimkan asisten rumah tangga yang galak supaya Zidni takut.

Patricia tersenyum kecewa dengan keputusan Yunus , tapi dia berharap Zidni akan segera pergi karena Yunusdan dirinya akan membuatnya menderita!

Tbc

Mas Yunus (Tamat) Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang