Part 17

3.6K 420 16
                                    

Happy Reading...

Akhirnya mereka pun sampai di Jakarta, ternyata Yunus menolak tinggal di rumah Levan. Yunus akan membawa istrinya ke apartemennya. Tentu saja agar Yunus bebas berkeliaran tak jelas di malam hari.

Zidni hanya bisa pasrah dengan keputusan sepihak Yunus dan mau tak mau mengikuti permainan lelaki itu.

Zidni menatap takjub melihat apartemen mewah Yunus yang terdiri dari dua kamar mandi, satu kamar mandi, dapur sekaligus ruang makan, ruang tamu dan ruang santai di lantai dua.

"Kau di kamar sebelah dan itu kamarku!" tunjuk Yunus dan Zidni tersenyum senang, dia tak perlu menyiksa diri untuk tidur sepanjang dengan lelaki yang tidak dia cintai dan tidak mencintainya.

Yunus pun mengeluarkan bebarapa lembar kertas.

"Baca dan tanda tangani. " ucap Yunus membuat Zidni terkejut lalu membaca kertas itu.

Isinya surat perjanjian dimana Zidni tidak berhak mengganggu rutinitas Yunus dan Zidni pun bebas melakukan apa yang Zidni mau selama itu tidak membuat masalah bagi Yunus dan keluarganya.

"Ini ATM dan kartu kredit, kau bisa pakai sepuasnya. Dan tabungan itu atas namamu jika kau ragu aku akan menipumu." ucap Yunus.

Zidni menatap wajah Yunus tak percaya.

"Setiap bulan aku akan mentransferkan uang ke ATM itu untuk kebutuhan sehari-hari jadi aku tak usah menggangguku untuk urusan uang belanja. Dan itu jumlahnya tidak sedikit." ucap Yunus lalu memberikan buku tabungannya kepada Zidni. Gadis itu terbelalak melihat nol yang berderet banyak di belakang angka satu.

"Mas ini uang?" tanya Zidni tak percaya dan Yunus tersenyum sinis.

Biasanya orang kampung itu bakalan lupa daratan karena merasa menjadi Orang Kaya Baru setelah melihat nominal uang yang tak sedikit itu.

"Tentu, milikmu jadi cepat tanda tangani dan kau bebas mau belanja apapun!" ucap Yunus dan Zidni menggelengkan kepalanya.

"Tapi Mas.."

"Apa kurang? Nanti aku transfer lagi! Cepat tanda tangan!" ucap Yunus kesal dan Zidni pun terpaksa menandatanganinya.

Setelah menandatangani surat itu, Yunus langsung pergi. Zidni menatap dua kartu di tangannya, bagaimana cara pakainya? Zidni tak mengerti jika benda setipis ini mampu mengeluarkan uang banyak. Yunus pasti mengerjainya.

Zidni pun menyimpan kartu itu di dalam kantung bersama surat perjanjiannya lalu memasukannya ke dalam laci kemari.

Zidni merebahkan tubuhnya yang merasa letih, kenapa dia harus menikah dan hidup seperti ini?

*****

Setelah Yunus puas bersenang-senang dengan Patricia, dia pun pulang untuk mengganti pakaian. Yunus melihat apartemennya sudah rapi dan tersedia sarapan di atas meja. Aromanya sangat menggiurkan membuat Yunus lapar lalu menyantap sarapan yang Zidni buat.

Yunus mendengar suara Zidni yang sedang mengaji, dia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Zidni pasti shalat Duha lalu di lanjut membaca Al Quran. Yunus mendengarkan suara merdu yang keluar dari bibir Zidni.

"Sodak Allahu Adziim." ucapkan Zidni lalu menutup Al Qurannya, tak lama dia keluar kamar dengan rambut tergerai indah.

Zidni tidak menyadari kehadiran Yunus, dia merapihkan kerudungnya sambil berjalan sebelum mengenakannya. Yunus terpanah melihat kecantikan Zidni, gadis itu mengenakan kerudung dan terkejut ketika melihat Yunus sedang menatapnya sampai tidak berkedi sama sekali.

"Mas, baru pulang?" tanya Zidni membuyarkan lamunannya.

"Iya, aku makan makananmu. Lapar!" ucap Yunus lalu kembali fokus menyantap makanannya yang tinggal separuh.

"Iya Mas, tak apa. Maaf tadi Zidni lancang membuka lemari es dan memasak. Zidni juga lapar!" ucap Zidni sambil menyalin nasi goreng buatannya dan ikut sarapan.

"Mas.."

"Apa?"

"Boleh Zidni meminta sesuatu?" tanya Zidni membuat Yunus penasaran, dia mengangkat satu alisnya ke atas.

"Makanan di kulkas sudah mau habis, Zidni minta uang!" ucap Zidni malu, namun dia takut Yunus marah jika dia tak bisa menggunakan ATM.

Yunus mendengkus kesal lalu mengeluarkan dompetnya lalu mengeluarkan semua uang yang ada di dompetnya.

"Ambil!" ucap Yunus ketus.

"Tapi Mas.."

"Kurang? uang di dompetku sudah kosong, Zidni!!" ucap Yunus marah sambil meninggalkan meja makan.

Yunus tak menyangka jika Zidni itu sangat rakus, bukan hanya ATM dan kartu kredit, bahkan dompetnya pun berani dia kuras.

Yunus berharap dia bisa segera bebas dari wanita yang ternyata lebih kemaruk dari Patricia Penampilan saja alim tapi kelakuannya seperti iblis!!

Dasar jalang sialan!

Tbc

Mas Yunus (Tamat) Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang