HARI sudah menjelang siang. Mr. Zero mengajakku keluar dari hutan setelah merasa bosan mengambil banyak foto. Aku tidak yakin dia diberi kemudahan dalam memilih satu foto untuk dipajang di mobilnya. Tentu saja begitu, sebab foto kami hari ini cukup banyak dan bervariasi. Namun, biarkan sajalah, itu urusannya.
Awalnya kupikir Mr. Zero mengajakku ke luar hutan untuk pulang—maksudku pulang ke rumahku. Namun, aku salah karena dia justru membawaku memasuki sebuah mansion yang berada di atas tempat parkir bawah tanah.
Ya, mansion.
Dalam selintas, aku bisa menebak jika ini adalah tempat tinggalnya. Aku tidak bisa menolak saat Mr. Zero membawaku memasuki rumah besar yang sudah seperti istana ini. Tidak sopan kalau aku langsung pergi tanpa berpamitan dahulu dengan orang rumahnya.
“Mas Nikiii!” panggil sebuah suara yang terdengar menggemaskan saat kami baru memasuki ruang depan. Seorang gadis kecil menghamburkan diri pada Mr. Zero dan lelaki di sampingku itu cekatan menggendongnya.
“Selamat pagi, Putri Kecil,” sapa Mr. Zero seraya menimang-nimang gadis berusia lima tahun di gendongannya. Menyadari tidak ada reaksi yang keluar dariku, Mr. Zero menoleh dan langsung menjelaskan, “Dia adik sepupu saya. Namanya Nala. Kami jarang bertemu karena dia tidak tinggal di sini. Kebetulan ini akhir pekan dan dia biasa berkunjung ke rumah saya.”
Aku hanya manggut-manggut atas penjelasan Mr. Zero. Kemudian, kulemparkan senyum ramah pada gadis kecil bernama Nala itu. “Halo, Nala, senang bertemu dengan kamu.”
Nala membalas sapaanku dengan raut antusias. “Mbak ini pacarnya Mas Niki, ya?” terkanya seraya menunjuk-nunjuk gemas wajahku.
Mendengar itu, Mr. Zero segera menutup mulut Nala. “Hush, tahu dari mana soal pacar-pacaran? Kamu masih kecil,” protesnya.
Nala terlihat menekuk wajah dengan masygul sambil menepis tangan besar Mr. Zero dari mulutnya. “Kenapa Nala yang salah? Kak Juna bilang sama Nala kalau dia punya pacar dan Mas Niki nggak punya. Nala pikir, Mbak ini adalah pacar Mas Niki sekarang.”
Sontak saja, Mr. Zero kembali membekap mulut Nala setelah mendengar anak itu kelepasan menyebutkan sebuah nama.
Kak Juna?
“Ini tidak seperti yang kamu dengar, kok.” Mr. Zero berusaha berkilah padaku. “Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan pacar kamu. Ini murni karena Nala salah bicara.”
Aku memicingkan mata tak percaya. Masalahnya, tangan Mr. Zero masih membekap mulut Nala sehingga gadis kecil itu terdengar mengerang tidak jelas. “Kamu nggak berbakat kalau mau bohong,” kataku akhirnya. Mr. Zero terlihat panik menyadari suara dinginku. “Aku nggak akan marah kalau kamu mau jelasin semuanya.”
“Saya akan menjelaskan semuanya pada kamu,” kata Mr. Zero cepat. “Tapi jangan sekarang, ya? Kita harus makan siang dulu, baru bisa membicarakan masalah ini dengan baik.”
“Makan siang?” tanyaku memastikan.
Mr. Zero mengangguk. “Kamu mau kan makan siang bersama keluarga saya?”
“Eh?”
“Saya tahu kamu tidak punya alasan untuk menolak,” putus Mr. Zero. “Ayo kita ke meja makan sekarang. Mama saya sudah memasak banyak makanan hari ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush on Mr. Zero ✓
Teen FictionPada awalnya, aku sangat memusuhi Mr. Zero. Tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya musuh. Pertama, dia telah menyabet peringkat pertamaku di sekolah. Kedua, dia telah menganggap remeh diriku. Ketiga, setiap melihatnya, aku selalu tahu ada p...