18;Psychopath

1.3K 89 28
                                    

"Oh kau mau jadi pahlawan kesiangan begitu?"

"Lepaskan irina!!"

Deg...

"Aku kenal suara ini"

"Ini seperti suara....."

Brakkkk

Tubuhku dihempas jauh oleh bibi anne. Sebelumnya tubuhnya ada dikursi tepatnya diikat.

"Irina..." lirih si baju hitam itu.

Si baju hitam itu mulai mendekatiku dan

Jleb....

"Akhh sial" umpat si baju hitam.

Bahu nya ditusuk oleh pisau runcing yang cukup panjang hingga menembus.

"Lemah" ucap bibi anne sambil tertawa kecil.

"Ka---kau tidak apa apa?" tanyaku.

Si baju hitam hanya menatapku lalu mencabut pisau yang ada dibahunya. Aku tahu kesakitan. Aku tau dia sedang menahan rasa sakitnya yang begitu besar. Memang bibi anne benar benar keterlaluan. Aku memang tidak mengetahui pria si baju hitam ini. Hanya saja ketika aku mendengar suaranya, aku teringat dengan seseorang yang berharga.

"Hahaha dengan luka seperti itu kau masih ingin menyerangku? Haha bodoh" ejek bibi anne sambil mentertawakan si baju hitam.

"Ckk berisik" si baju hitam mendecak lalu berlari kearah bibi anne.

"Kesalahan besar" ucap bibi anne sambil menusukan pisau di sisi perut kanannya.

"Arghh" si baju hitam mengerang lalu mencekik leher bibi anne.

"Kita lihat, kau ahli dalam menggunakan pisau dan aku ahli dalam mematahkan leher orang" ucap si baju hitam sambil mengeratkan cekikannya.

"Uhukk uhukkk" bibi anne semakin kehilangan napasnya, wajahnya memerah kekurangan oksigen.

"Ada kata kata terakhir?" tanya si baju hitam.

"Kurasa tidak ada" kata si baju hitam.

Kraakkkk.....

Aku mendengar dengan sangat jelas sekali bahwa tulang leher bibi anne patah. Itu terdengar sangat jelas.

"Irina" panggil si baju hitam.

Deg....

"Apa ini lagi lagi aku merasa di memang benar orang itu, orang yang berharga dalam hidupku"

Set....

Si baju hitam membuka masker yang dipakainya.

Adrian.

Dia adrian.

Aku sudah menduganya bahwa di memang benar benar adrian. Suaranya, cara ia berbicara, serta cara dia memanggil namaku memang terdengar jelas seperti adrian.

"Adrian" air mataku sudah tak terbendung lagi.

Tangisku pecah dipelukannya. Laki laki yang selama ini melupakanku, menyakitin perasaanku, kini telah kembali padaku. Aku senang hal ini terjadi. Aku senang adrian bisa mengingatku. Mengingatku sebagai perempuan yang pernah mengisi hari hari bersamanya, melewati masa masa sulit, senang, duka, gelisah dan apa pun itu selalu bersama. Laki laki yang aku nanti nantikan ingatannya kembali telah ada dihadapanku. Memeluku dengan erat. Memberikan sensasi nyaman yang ada dipelukannya. Aku rindu pelukannya. Aku rindu semua kata kata hangat yang selalu ia berikan padaku.

"Irina maafkan aku, aku terlambat" ucap adrian.

"Tidak, kamu tidak terlambat adrian" isakku.

"Maafkan aku karena pernah melupakanmu" kata adrian.

I Am Psychopath 2 : Am I Psychopath? [Complete] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang