One

393 29 10
                                    

"Nerd."

Itu kata pertama yang didengar Bitna sesampainya di kampus.

Namanya Yoon Bitnaㅡmahasiswi jurusan musik di Universitas Seni Korea.

Penampilan Bitna memang tidak semenarik teman-teman sekampusnya yang lain. Ia memakai kacamata tebal setiap harinya. Rambutnya juga jarang sekali digerai.

Berbeda dengan para perempuan lainnya, ia tidak memakai riasan sama sekali.

Teman? Jangan tanyakan itu. Jumlah temannya bisa dihitung dengan jari. Jika boleh jujur, ia tidak memiliki teman dekat di kampusnya.

***

"Hoi, Bitna!"

Bitna menunduk ketika seseorang memukul kepalanya dengan buku.

"Ngerti maksud kita gak sih?" tanya orang itu. "Ini tempat kita! Awas!"

"Iya, iya, maaf," ucap Bitna lalu membawa tasnya ke kursi lain.

"Gak tau diri banget," ucap orang tadi.

"Lagian aneh banget sih dia. Masa tiba-tiba duduk di bangku kita?" kata temannya yang lain.

"Tau dah. Caper kali."

"Freak banget orangnya. Ngapain dia masuk jurusan musik ya?"

Bitna tetap menunduk. Tentu saja ia mendengar semua omongan teman sejuruannya itu. Ia sudah terbiasa diperlakukan seperti ini.

Rasa sedih seakan sudah tidak bisa ia rasakan. Ia sudah banyak merasa sedih dan hancur selama hidupnya.

Ia sudah terbiasa.

***

"Hai," sapa seseorang. "Boleh aku duduk di sini?"

Sooji menunjuk bangku di sebelah Bitna. Semua bangku di meja Bitna memang tidak ada yang terisi sama sekali.

Bitna hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Sooji.

Setelah itu, Sooji menaruh nampan makannya di meja Bitna lalu duduk di sebelahnya. Bitna terkejut bukan main karena kedatangan orang tersebut.

Masalahnya, semua orang kenal dengan Park Sooji. Ia merupakan mahasiswi musik yang paling populer di angkatannya. Ia cantik dan sangat berbakat dalam bermain piano.

"Aku Park Sooji," ucapnya.

"Yoon Bitna," jawab Bitna.

"Bitna? Namamu cantik," puji Sooji sambil tersenyum.

"Terima kasih, kamu juga," jawab Bitna.

"Kamu biasanya makan sendiri di sini?" tanya Sooji.

"Ehm... iya," jawab Bitna ragu.

"Ah, begitu," ucap Sooji. "Sebenarnya, aku jarang makan di kantin. Jadi aku tidak tahu harus duduk dengan siapa."

"Aku hanya duduk di tempat yang kosong," ucap Bitna.

"Mulai besok, boleh aku duduk di sini lagi?" tanya Sooji.

"Boleh," jawab Bitna. "Tapi mengapa kamu tidak duduk bersama teman-temanmu?"

"Aku belum terlalu kenal dengan yang lain di sini. Rasanya canggung," jawab Sooji.

***

"Yoon Bitna!"

Bitna menoleh mendengar panggilan tersebut.

"Annyeonghaseyo, Profesor," sapa Bitna sambil menunduk ketika melihat orang yang memanggilnya itu.

"Ruang musik kosong. Kamu bilang kamu mau main piano, kan?" tanya Profesor Kim.

"Oh, iya," jawab Bitna. "Terima kasih, Profesor."

Bitna segera berjalan menuju ruang musik. Ia memang sudah bilang bahwa ia ingin meminjam piano di ruang musik saat ruang musik tidak digunakan. Ia sudah menantikan kesempatan ini sejak lama.

Ia memiliki satu proyek yang ingin ia selesaikan bulan iniㅡmenulis lagu untuk Bangtan.

***

Jika ingin sombong, Bitna mahir memainkan piano sejak kecil. Tetapi, keadaan sosialnya tidak ada kemajuan sama sekali.

Sejak SD hingga kuliah sekarang, ia sulit bersosialisasi. Jika tidak ada orang yang mengajaknya bicara, maka ia tidak akan bicara.

Karena alasan tersebut, Bitna selalu menjadi salah satu dari orang yang "terbuang" di kelas. Penindasan tentu saja pernah ia alami.

Tetapi karena teman sekelasnya tidak ingin mendapat poin penalti, mereka semua memutuskan untuk mengabaikan kehadiran Bitna. Menurut mereka, itulah pilihan terbaik.

Bitna sudah pernah mencapai tahap depresi.

Tetapi, semuanya berubah ketika ia mengenal sebuah grup bernama Bangtan Sonyeondan.

Ia menyukai mereka. Ia menemukan kebahagiannya. Ia bisa tertawa bersama mereka. Ia bisa menangis bersama mereka.

Ia ingin sekali menunjukkan rasa terima kasihnya. Di sisi lain, ia tidak ingin menunjukkan siapa dirinya.

"Tulislah lagu sesuai dengan apa yang kamu rasakan agar bisa mendalami," gumam Bitna lalu mulai memainkan tuts piano.

Ia membawa buku not baloknya lalu menggambar not di sana setiap merasa puas dengan nadanya. Ia terus mengulang notnya hingga merasa sempurna.

"Apa terlalu aneh jika menulis 'katakan apa yang kamu tidak suka'? Bagaimana membuat kalimatnya ya?"

"Atau 'jika kamu tidak suka, katakanlah'?"

"Lalu selanjutnya 'jika kamu suka, katakanlah'?"

"Lakukanlah yang kamu mau."

Bitna terus memikirkan lirik yang harus ia buat sambil mengulang not yang ia tulis tadi. Ia memainkannya berulang kali hingga benar-benar mendapat ketukan yang pas.

"Aku akan memberi judul lagu ini..." Bitna menulis di paling atas kertas not balok itu. "Speak Yourself."

========

22-03-2019

That Composer; NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang