"AGATHA, VERONICA, AMARA, MARSYA, FREYA SINI KALIAN!" teriakan Bu Juju yang sangat amat dahsyat membuat telinga para siswa-siswi SMA Senior High School Jakarta pengang seketika.
Panggilan nama itu sudah biasa didengar oleh seluruh siswa-siswi SMA SHS-J.
"Eh ada Bu Juju, apa kabar Bu?" tanya Agatha pemeran utama cerita antik ini. Gadis cantik ini memperlihatkan rentetan gigi putihnya.
"Sehat kan Bu?" timbrung Veronica seraya ingin memegang pundak Bu Juju memastikan bahwa gurunya itu benar sehat atau tidak. Terkesan sangat meledek Veronica. Dan diantara mereka berlima, Veronica lah yang paling receh.
"Sehat darimana? Saya pusing tujuh keliling ngurusin kalian berlima! Kenapa kalian bisa telat?!" omel Bu Juju yakni sudah naik darah menangani siswinya ini yang sudah nakal kelewat batas.
"Yaelah Bu bukannya udah biasa? lagian siapa yang nyuruh ibu ngurusin kita?" ketus Marsya. Marsya yang paling ketus diantara mereka berlima.
"Bu, kita ini kan udah biasa telat. Pasti ibu udah bosen kan kalo mau hukum kita, tolonglah Bu jangan dihukum. Kita kan anak baik, rajin menabung, tidak sombong, dan unyu-unyu." candaan Amara membuat Bu Juju semakin murka, guru killer itu berkacak pinggang menggambarkan bahwa guru itu tengah marah.
"Sudah-sudah saya bisa mati berdiri kalo terus-terusan ngurusin kalian! Berdiri didepan tiang bendera sekarang sampe jam istirahat selesai!" perintah Bu Juju.
"Yah Bu, gak bisa nego?" kata Veronica memelas memohon pada gurunya. Bu Juju sudah hapal kriteria mereka seperti apa.
"Gak ada nego-negoan!"
"Yaudah Bu, diskon deh delapan puluh persen, jadinya cuma sampe jam pelajaran pertama doang Bu, ya ya ya?" mohon Agatha dengan puppy eyesnya.
"Cepat turuti perintah saya atau kalian saya laporkan pada guru BK!" marah Bu Juju.
"Yaudah Bu gapapa daripada saya harus panas-panasan dilapangan, mending saya dengerin ceramah dari Bu Indah. Mana ruang BK adem, gapapa Bu saya ikhlas kok," kata Veronica seraya tersenyum jahil.
"Iya Bu, tolong lah.." kata Freya memohon.
"Ikut saya ke ruang BK!" perintah Bu Juju membuat Agatha dan teman-temannya menyengir seperti tidak ada dosa.
"Oke Bu siap!"
***
"Sudah saya bilang berapa kali, kalian ini sudah mau kelas dua belas seharusnya kalian jangan sampai telat lagi dan belajar datang lebih pagi!" perlu kalian tau, Bu Indah sudah sangat lelah meladeni lima muridnya ini. Mereka sudah tercatat dalam buku hitam yang dimiliki wakil kepala sekolah.
Surat panggilan orang tua sangat tidak mempan bagi mereka, sudah beberapa kali sekolah telah mengajukan surat tersebut guna melakukan bimbingan konseling terhadap siswi nakalnya itu bersama orang tuanya. Tetapi tetap saja.
Orang tua mereka adalah donatur terbesar disekolah sehingga untuk mendrop-out mereka pihak sekolah tidak bisa. Jadi, semua guru sudah kewalahan menangani lima muridnya tersebut. Bisa-bisa struk mendadak jika setiap hari melayani muridnya yang suka membuat masalah itu.
Kalau kata Agatha, "Kalau mau ngurusin kita sekalian aja Bu kasih saya makan, uang jajan, ongkos pulang gak nanggung,"
Agatha, Veronica, Amara, Marsya dan Freya diam saat Bu Indah berbicara kepada mereka. Walaupun mereka terkenal sangat nakal, mereka masih menghargai apa yang disampaikan oleh guru BK-nya itu. Walaupun kadang masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...