Veronica menopang dagunya diatas meja, memainkan spidol yang ada ditangannya.
BRAK!
"Bangsat, Marsya!" Veronica terpenjat kaget. "Apaan sih?" tanya Veronica kesal.
"Gak apa, bete gue. Gak ada kerjaan." balas Marsya, lalu duduk disamping Agatha.
"Lo sih, dateng kepagian. Gak dihukum kan jadinya," ujar Freya pada Agatha.
"Lama-lama di rumah empet gue." kata Agatha acuh. Pasalnya, Milka selalu datang kerumahnya pagi-pagi, membuatkan ia sarapan dan lain-lain.
Pencitraan.
"Ketua kelas, dipanggil guru piket tuh dikantor." kata teman sekelas Agatha.
"Ngapain?"
Yang ditanya menggidikkan bahunya, "gak tau."
"Kuy."
"Yang dipanggil satu orang, yang keluar satu rt." sahut Farel.
"Bodo," jawab Agatha dan teman-temannya kompak.
Lalu Agatha dan teman-temannya berjalan santai menuju kantor.
"Dek, bagi duit dong!" kata Veronica memalak adik kelas. Agatha menoyor kepala gadis itu, "malak tuh kakak kelas, jangan adek kelas, ngadu." cibir Agatha.
"Oh iya, ada permen karet gak?" tanya Veronica pada anak itu.
Anak itu mengangguk, lalu mengeluarkan permen karet dari dalam sakunya. "Nih, Kak." katanya sembari menyodorkan permen tersebut.
Veronica mengambilnya, lalu tersenyum alay, "Makasih ya dedek emes!" katanya lalu menyusul teman-temannya yang sudah jalan duluan.
Mereka sudah sampai di depan kantor, lalu masuk dengan santai.
"Assalamualaikum!" Veronica berteriak.
Plak
"Ini kantor, bukan bazar make up!" kata Amara.
Agatha sudah duluan menghampiri guru piket, yakni Pak Ben.
"Ada apa, Pak?" tanya gadis itu.
"Hari ini, kelas kamu siapa saja yang tidak masuk?" tanya Pak Ben.
"Sini pak, saya tulis." katanya lalu merebut pulpen yang berada di tangan Pak Ben.
11 IPA 1
1. Niko
2. Faren
3. Ely
4. Gio
5. Ara
6. Zihan
7. Ava
8. Erick
9. Rikani
10. Ijul
11. Tifa
12. Kayla
13. AndreAgatha menaruh pulpen tersebut, lalu memberikan kertas itu kepada Pak Ben. Pak Ben memelototkan matanya.
"Ealah, kok banyak banget?"
"Gak tau, Pak. Males kali." ujar Agatha santai.
"Unggulan kok kayak gini!"
"Pasti dulu bapak pernah kan males sekolah? yaudah Pak, makhlumin aja." jawab Agatha.
"Sudah-sudah, habis ini kalian pelajaran siapa?" tanyanya.
"Fisika, Pak." jawab gadis itu.
Dan tepat sekali, guru Fisika baru saja datang, Bu Neti.
"Liat nih Bu, IPA satu yang gak masuk tiga belas orang. Dari tiga puluh murid." adu Pak Ben pada Bu Neti.
"Bu, kita jadi kuis kan Bu?" tanya Amara membuat teman-temannya mendelik kesal kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...