36. Terharu

3.4K 185 8
                                    

Senin, hari keramat yang sangat di benci oleh semua siswa. Dasi? wajib. Ikat pinggang? wajib. Topi? wajib. Kaos kaki putih diatas mata kaki? wajib. Hal itu yang membuat Agatha, Veronica, Amara, Marsya dan Freya sangat gerah. Mereka jarang sekali ikut upacara, bisa dihitung jari.

"Heh, pinjem topi dong!" sentak Freya pada adik kelas.

"Tap–tapi kak.."

"Lo bantah gue?" sengit Freya.

"Nih..kak.." kata anak itu seraya memberikan topinya pada Freya. Hal itu membuat Freya tersenyum miring, "gitu dong." katanya.

Anak tadi hanya terdiam menunduk, Alex yang melihat itu langsung merebut topi itu dari Freya, dan memberikan topi miliknya kepada Freya.

"Jangan gitu, dosa." kata Alex.

Frey yang melihat itu hanya terdiam mengikuti alur gerak tangannya, ia terdiam melihat Alex lalu gadis itu berpaling wajah dan menyusul teman-temannya yang sudah baris.

Bu Juju bungkam, mulutnya terbuka lebar melihat Agatha dan teman-temannya. Lalu Bu Juju menghampiri mereka, "Kalian.." gumam Bu Juju.

"Kenapa Bu?" tanya Veronica.

"Ibu terharu kalian ikut upacara, apalagi.." Bu Juju menggantung ucapannya karena sepertinya ia sudah kehabisan nafas.

"Apa Bu?" tanya Agatha.

"Kalian.. Baris paling depan.. Ibu terharu.." lirih Bu Juju.

Agatha, Veronica, Amara, Marsya dan Freya hanya saling bertatapan. Mereka menghambuskan nafasnya kasar secara berbarengan. "B aja dong Bu." ucap Marsya tak santai.

"Tau," sahut Amara. Dan satu hal.. Mereka jadi pusat perhatian. Tetapi, itu hal biasa bagi mereka.

Upacara pun berjalan lancar, Agatha dan teman-temannya sangat aman, damai, dan tentram mengikuti upacara. Hal itu menjadi sumber tanya oleh semua orang.

Upacara pun selesai, semua siswa-siswi diperkenankan untuk masuk ke dalam kelas. Dan diberi waktu untuk membeli makanan di kantin.

Peraturan SHS memang ketat, tetapi jarang sekali siswa-siswi yang benar-benar menjalankannya. Terutama Agatha dan teman-temannya. Sangat mustahil untuk mereka menaatinya.

"Kantin, kuy." ajak Marsya.

Saat ingin pergi ke kantin, Veronica mendapatkan pesan. Entah dari siapa. Pesan itu membuat ia sangat terkejut. Hal itu membuat teman-temannya ikut memberhentikan langkahnya, lalu menghampiri Veronica.

"Kenapa?" tanya Freya.

"Gak apa, lanjut kantin."

"Yakin?"

"Hm." jawab Veronica singkat.

Mereka pun pergi ke kantin, tatapan sinis memancar pada Veronica. Hal itu membuat teman-temannya tidak tinggal diam.

"MAU GUE COLOK MATA LO HAH?!" bentak Amara pada salah satu murid yang melihat Veronica sinis dari atas sampai bawah.

Mereka pun duduk di kantin, meja kesayangan mereka. Dan.. tatapan sinis, bisikan maut terdengar di telinga kelimanya. Hal itu membuat telinga Veronica sangat panas.

Amara tak sengaja membaca artikel di google, sempat terkejut, ia menutup ponseonya. Mulutnya sedikit terbuka, dan melihat ke arah Veronica. "Bokap lo.." Amara membuka suara.

"Gue salah.." potong Veronica, lalu ia menghembuskan nafasnya gusar. Ia sekarang berada diposiso yang seharusnya anak muda tidak alami. Posisinya cukup rumit, berat baginya, Veronica gelisah atas masalah yang ia alami ini.

Twiwers [tahap revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang