Tida ada yang menyangka, bahwa perasaan datang pada siapa saja. Dan tidak ada yang bisa menduga, bahwasanya hati tidak bisa berbohong.
Mau sesingkat apapun pertemuannya, sesingkat apapun obrolannya yang namanya hati tidak bisa dibohongi.
Lupakan, balik ke topik.
"KALIAN TELAT LAGI?!"
"SAYA CAPEK YA NGURUSIN KALIAN!"
"Ya gak usah diurusin Bu," jawab Amara.
"Saya akan mengajukan surat panggilan orang tua, dan besok, orang tua kalian harus datang!" kata Bu Indah.
"Iya Bu, selow." jawab Agatha enteng.
"Ya sudah, keluar kalian!"
"Ngusir Bu?" tanya Veronica yang menjurus ke arah meledek. Membuat Bu Indah naik pitam lagi, untuk yang keseribu kali.
Kini, Agatha dan teman-temannya berjalan menuju kelasnya. Hari ini adalah hari Sabtu. Dan setiap hari Sabtu, jam pulang siswa-siswi SHS-J cepat.
"Weh, bruh!" sapa Keenan pada yang lainnya.
Veronica mendelik, "Ngapa lo?" tanya gadis itu ketus.
"Bawa buku gedenya?" tanya Keenan pada Veronica.
"Gak." jawab Veronica singkat.
"Kenapa sih lo?" Keenan bertanya pada Veronica.
Veronica mendecak kesal, "Php!" katanya.
Keenan mengernyitkan dahinya, apa salahnya?
"Php?" ulang cowok itu.
"Lo nge-Line gue mau jemput!" kata Veronica kesal. Keenan hanya terkekeh melihat gadis itu.
"Sorry, gue kelupaan." kata Keenan menampilkan cengirannya.
"Btw, cie mau berangkat sama gue." ujar Keenan menggoda. Veronica menginjak kaki cowok itu, membuat cowok itu meringis kesakitan.
"Hati-hati, OSIS lagi mencar kemana-mana." kata Rey.
"Lah?" Keenan kebingungan.
"Apalagi lo, baju dikeluarin, kaos kaki pendek, sepatu warna. Kena lo." peringat Alex.
"Bodoamat sih ya, liat noh, OSIS," tunjuk Freya pada salah satu anggota OSIS yang menurutnya melanggar aturan. "Patut dicontoh? apa mereka udah bener?" kata Freya.
"Udah, yuk. Ada pr." alibi Agatha. Tentu saja ia berbohong soal PR. Gadis sepertinya mana mau mengerjakan PR. Ia hanya ingin menghindari Rey saja.
"Lo bener mau ngejauhin gue?" tanya Rey tiba-tiba membuat langkah Agatha terhenti. Gadis itu menghela nafasnya sejenak. "Demi keselamatan orang yang gue sayang." ujar Agatha lalu melanjutkan langkahnya.
"Itu anak hebat bro, ngorbanin perasaannya." kata Keenan pada Rey. Keenan menepuk pundak Rey, "gue yakin, dia yang terbaik." kata Keenan. "Kejar." kata Keenan memperingatkan.
Rey pun berlari mengejar Agatha. Ia tidak ingin jauh dari gadis itu, entah kenapa, perasannya menjadi jauh. Apalagi, setelah Agatha mengungkapkan perasaannya dilapangan kemarin saat ia tengah dilabrak oleh Yuannike.
"Agatha!" Suara Rey yang memanggilnya justru membuat Agatha semakin mempercepat langkahnya. Air matanya semakin tidak bisa dicegah untuk terus meluruh membasahi pipi gadis itu.
Namun, siapa tau, laki-laki selalu lebih unggul kekuatannya dibandingkan perempuan. Termasuk kecepatan.
Rey berhasil meraih tangan Agatha hingga langkah Agatha terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...