Gadis cantik bernamakan lengkap Amara Thalia Keihl ini berjongkok disamping gundukan tanah, dengan lembut ia mengusap-usap nisan milik sang Bunda.
"Maafin Amara Bun kalo Amara belum bisa jadi anak baik untuk Bunda."
"Maafin Amara selama hidup Bunda Amara nyusahin Bunda. Tapi asal bunda tau, Amara sayanggg banget sama Bunda." gadis itu terus saja mengoceh, mengeluarkan isi hatinya, tanpa mempedulikan teman-teman yang ada disampingnya itu.
Untung saja dan suatu keberuntungan berada ditangan Agatha dan teman-temannya, olimpiade yang mereka ikuti diundur jadi hari esok. Dan hari ini mereka berlima izin tidak masuk sekolah karena ingin menemani Amara. Mereka membaca info baru tadi, padahal sudah diinfokan oleh pihak panitia sejak kemarin siang. Namun, lima gadis ini enggan untuk membuka isi grub yang sangat ramai itu. Mungkin mereka tidak membaca karena mungkin mereka pikir anggota yang ada didalam grub adalah orang-orang gabut saja, ternyata ada info lain.
"Mar, kita pulang yuk.. udah mendung," ajak Marsya pelan.
"Kalo kalian mau pulang, gapapa. Gue disini sendiri." kata Amara dengan suara serak.
"Gue tungguin lo sampe lo mau pulang." ucap Freya.
"Bun.." panggil Amara lirih, sangat lirih.
"Amara kangen.."
"Egois ya Bun kalo Amara minta Bunda untuk kembali?"
"Amara jahat ya Bun udah paksa Bunda untuk bertahan?"
"Amara minta maaf Bun.. Amara janji gak akan nakal lagi tapi tolong jangan kasih Amara hukuman seperti ini Bunda hiks.."
"Nanti yang ngambil rapot Amara siapa? yang bangunin Amara siapa? yang ngomelin Amara siapa kalo Amara bangun siang? yang ngocehin Amara siapa kalo Amara belum sholat? Amara butuh Bunda hiks.."
Veronica mengelus punggung Amara, "lo harus ikhlas, nyokap lo tenang disana gak ngerasain sakit lagi." ujar Veronica.
"Thanks ya kalian udah nemenin gue, sorry ngerepotin."
"Apa gunanya kita-kita kalo disaat lo kaya gini kita gak ada?" ucap Agatha.
"Udah mendung, sekarang kita pulang." ajak Marsya.
Teman-teman Amara sukses membujuk Amara untuk pulang.
Diperjalanan, keheningan terjadi. Semua larut dalam masalahnya.
Kembali kerumah, itulah yang mereka tidak suka. Dimana mereka menemukan orang-orang yang membuatnya patah semangat.
"Gue masuk, thanks udah nemenin gue segala macem." kata Amara.
"Oke, kita balik ya. Hati-hati dirumah. Kalo ada apa-apa langsung hubungi kita," ucap Marsya.
***
"Untung aja olimpiade di undur besok, kalo sekarang? belom belajar gue." ucap Shefta.
"Sok belajar lo, baca buku ditengah-tengahnya juga hape." kata Keenan.
Shefta menoyor kepala Keenan, "Itu mah lo dablek." kata Shefta.
"Gue? gue mah gak usah pake acara belajar segala juga udah pinter bos!" ucap Keenan.
"Belagu banget lo nyet, nilai anjlok tau rasa," ledek Shefta.
"Nilai anjlok gak menurunkan reputasi gue sebagai cogan disekolah." kata Keenan sok kecakepan.
"Najis najis najis!"
"Liat noh si Reynand, lagi belajar bro." kata Shefta
"Baca buku kuping disumpelin emang masuk?" tanya Keenan konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
أدب المراهقينTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...