Sesampainya di Villa dimana tempat mereka akan menginap, Agatha dan teman-temannya merapihkan barang-barang mereka. Untuk tidak membuang-buang waktu, Agatha dan teman-temannya mulai mendekor sebagus mungkin.
Mereka mengambil halaman yang luas untuk dijadikan tempat acara.
Butuh waktu seharian untuk mereka menata dan menyusun rapih barang-barang disana.
Agatha dan teman-temannya sangat puas melihat hasil kerjanya.
"Yeay selesai!" teriak Freya heboh disusul kekehan dari teman-temannya.
"Makan dulu yuk, kita belum makan dari tadi," ajak Agatha.
"Iya ayuk! perut gue udah demo season lima nih!" kata Veronica tidak sabar.
"Ck, dasar busung." gumam Keenan membuat Veronica mendengus kesal. Ia pun memutar bola matanya jengah, tanpa berniat sedikitpun membalas perkataan Keenan.
Agatha dan yang lainnya berjalan menuju mobil sembari menenteng camilan yang mereka pegang masing-masing. Saat itu, Agatha Veronica Amara Marsya dan juga Freya melihat 3 anak kecil tengah mengemis dipinggir jalan. Sungguh, mereka tidak tega. Agatha dan teman-temannya itu pun menghampiri anak tadi.
Rey dan teman-temannya melihat itu.
"Mau kemana woi?" teriak Keenan tanpa dibalas oleh Agatha dan teman-temannya.
Agatha dan teman-temannya mengumpulkan makanan yang mereka pegang masing-masing, lalu menjadikannya menjadi satu plastik. Lalu memberikan makanan itu pada 3 anak itu.
"Nih, untuk kalian makan." kata Agatha pada anak itu.
"Apa ini, Kak?" tanya anak itu.
"Makanan, dimakan ya. Gak banyak, tapi Kakak yakin cukup untuk kalian bertiga." ucap Veronica yang kini tengah menunduk mensejajarkan tubuhnya pada anak tersebut.
Anak tersebut mengangguk dan tersenyum, "Makasih kak!" katanya berbarengan.
"Sama-sama, nama kalian siapa?" tanya Amara.
"Aku Ferdi, ini adik aku Danil, dan satu lagi ini Roni kak." kata anak yang bernama Ferdi itu.
Amara mengangguk, "Kalian usia berapa?" tanya Amara.
"Tujuh, Kak."
"Kalian sekolah?" kini Marsya bertanya.
Mereka menggeleng, "kami berhenti karena ibu kami butuh biaya rumah sakit." jelas Ferdi.
Marsya menatap nanar anak-anak tersebut, ya, ia miris, ia masih beruntung memiliki keluarga yang utuh, harta yang berlimpah, tidak seperti anak tersebut.
"Ibu kalian sakit apa?" tanya Freya.
"Kanker, Kak."
"Kalian, tinggal dimana?" tanya Veronica.
"Di daerah sana Kak." tunjuk Ferdi ke ujung jalan.
Rey dan teman-temannya menghampiri Agatha dan teman-temannya.
Marsya menyodorkan enam lembar uang seratus ribu dan memberikannya pada anak tersebut. "Nih, untuk tambahan biaya ibu kalian. Inget, jangan dibuat jajan."
"Kak, jangan. Kata ibu, kita harus kerja sendiri Kak." ujar Danil.
Veronica pun mengambil uang dan memberikannya pada anak tersebut.
"Kami ikhlas, diterima ya?" kata Veronica.
"Makasih, Kak. Kalau gitu kita pulang dulu untuk menebus obat ibu!" kata anak itu lalu pergi berlari sembari meneriaki Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...