Kini, Agatha dan teman-temannya berada diruang BK.
"Buka headset kamu, Marsya!" omel Bu Indah yang kini sudah naik pitam.
Marsya menarik benda itu lalu mengantonginya dengan malas.
"Sudah berapa kali saya bilang, jangan terlambat, jangan terlambat!" kata Bu Indah.
"Ribuan kali Ibu bilang begitu." jawab Veronica.
"Ngejawab kamu?!"
"Iya Bu, setiap pertanyaan pasti ada jawaban Bu. Sebagai murid yang baik saya harus menjawab pertanyaan Ibu Indah yang cantik." kata Veronica, mendapat cubitan kecil dari Marsya.
"Goblog!" pekik Marsya berbisik.
Bu Indah hanya menggelengkan kepalanya, "Emm, Ibu ingin minta tolong sama kalian." kata Bu Indah tiba-tiba, membuat mereka benar-benar terkejut.
"Apa Bu?" tanya Agatha heran. Pasalnya, jarang sekali Bu Indah seperti ini.
"Tolong tutup kasus pembullyan kamu, Agatha." ujar Bu Indah.
"Saya gak pernah mempermasalahkan itu Bu, saya tau ini semua hanya masalah remaja masalah perasaan." kata Agatha terus terang.
"Maksud kamu?"
"Yuannike dalangnya Bu. Dia suka sama Rey dan dia gak suka saya dekat-dekat dengan Rey." ujar Agatha.
"Saya tidak ingin sekolah terlihat jelek Agatha jika media tau." kata Bu Indah.
"Iya, saya ngerti. Dan saya gak akan memperpanjang ini. Toh Yuannike sudah diskors kan Bu seminggu sama temen-temennya?"
Ya, sejak kejadian dimana Agatha diperlakukan tidak baik dan pelakunya sudah diketahui, teman-teman Agatha langsung bergerak cepat untuk menangani kasus ini pada pihak sekolah.
"Masalah ini bisa diselesaikan." ujar Agatha.
"Kalau sewaktu-waktu kamu mendapat perlakuan seperti itu lagi, bagaimana?" tanya Bu Indah.
"Saya akan mencegah hal-hal itu sebelum terjadi." kata Agatha.
"Dengan cara, saya menjauhi Rey." lanjut gadis itu.
Bu Indah mengangguk, "saya berjanji, jika Yuannike dan teman-temannya membuat masalah sekecil apapun, saya akan mendrop-out dia dan teman-temannya." kata Bu Indah.
"Iya Bu."
"Yasudah, terima kasih Agatha. Kalian boleh kekelas." ujar Bu Indah pasrah.
"Kita gak jadi dihukum Bu?" tanga Veronica.
"Tidak, silahkan kekelas. Mumpung saya sedang berbaik hati."
"Yeayyyy! makasihhhh ibuuu!"
Bu Indah menghela nafasnya sejenak lalu menggelengkan kepala.
***
Ditengah teriknya matahari, siswa-siswi kelas 11 IPA 1 berolahraga dilapangan. Mereka mengeluh pada Pak Jordi selaku guru olahraga karena hari ini panas."Aelah pak, panas!" pekik Rikani yakni teman sekelas Agatha yang menjabat sebagai Sekre dikelas.
"Tau pak, gak adil banget ah yang cowok dikelas!" gerutu Agatha.
"Ayo cepat pemanasan, jangan banyak ngeluh. Gak berkah ilmu kamu," ujar Pak Jordi.
"Pak! Amara pingsan!" teriak Veronica membuat semua pandangan menoleh kearahnya.
"Astaga, Amara!"
"Bawa ke UKS sekarang!" perintah Pak Jordi, Agatha dan teman-temannya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...