"Salah gak sih, gue baper sama Shefta?" tanya Amara tiba-tiba.
Dahi Agatha berkerut, "Lo nyaman sama 'dia?" tanya Agatha lalu menyeruput coffe yang ada ditangannya.
"Gue gak ngerti Tha, yang jelas, dia selalu ngejaga gue. Dia selalu ada kalo gue susah. Apalagi, gak tau kenapa Angel selalu nyerang gue tiba-tiba." ujar Amara pelan, namun dapat didengar oleh alat pendengaran Agatha.
"Gini, ya. Mungkin, ada yang bisa menganggap itu sebuah perhatian. Dan kadang, kita larut sama hal itu buat kita sadar kalo dia kayak gitu bukan cuma sama kita, tapi kesemua orang." penuturan Agatha membuat Amata menatap kearah lain. Gadis itu mengusap wajahnya gusar.
"Tapi, perasaan gak ada yang tau, Mar. Siapa tau dia emang bener-bener care sama lo." kata Agatha menenangkan. "Gue harap, lo bisa bersikap dewasa nanganin ini." ucap Agatha.
Amara memeluk Agatha dari samping, "makasih banyak, Tha." kata Amara tulus. Ia memang benar-benar merasa aman jika didekat sahabatnya.
"Yaudah, kita ke UKS yuk, nyamperin Vera." kata Agatha dibalas anggukan dan senyuman oleh Amara.
Veronica yang sedari tadi memegang perutnya menjerit-jerit kesakitan dibrankar UKS. Untung saja Agatha dan Amara menghampirinya. Kalau tidak, bisa pingsan mendadak kalau harus menunggu Marsya dan Freya kembali.
"Enakan?" tanya Agatha. Veronica menggeleng, "tambah sakit." katanya.
"Yaudah tiduran dulu, lo udah dapet bulan ini?" tanya Agatha.
"Belum." jawab Veronica.
"Mungkin aja karena lo mau dapet, jadi begini." kata Amara.
"Iya kali, ya?"
"VERA IM COMING!" teriak Marsya kencang lalu mendapat toyoran dari Amara.
"Gak boleh noyol pala orang," kata Marsya kesal.
"Lah? abisan suara lo itu menganggu banget." ucap Amara.
"Masa?"
"Kalo gue lagi megang hape juga gue rekam tuh suara, gue masukin YouTube gue." ujar Amara.
"Yeuh! jahat amat." keluh Marsya. "Lo udah enakan?" tanya Marsya pada Veronica.
"Hm, mendingan sih. Gak separah tadi." kata Veronica.
"Lo sih parah banget gue ditinggal sendiran." adu Veronica. Agatha menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lebay." singkat, padat, dan jelas. Jelas membuat nyes dihati.
"Yaudah kekelas yuk," ajak Marsya. "Ayuk."
"Sini, gue bantu." ujar Agatha lalu membantu menurunkan Veronica dari brankar.
"Berat banget, berat badan lo berapa sih?" tanya Agatha.
"Empat-empat." jawab Veronica.
"Hu kalah gue," kata Agatha.
"Gak nanya."
"Jalan sendiri!" pekik Agatha kesal.
"Eh-eh iya Agatha cantik, anak baik, tolongin tuntun gue. Gue takut jatoh. Gue minta maaf okay?" kata Veronica memohon. Agatha hanya berdehem saja lalu memapah Veronica sampai kelas.
Mereka berjalan beriringan menuju kelas dengan langkah pelan.
"Rey, please.. temenin.." rengek gadis itu yang tengah bergelayut dilengan Reynand.
"Gue bilang gak bisa ya gak bisa, Ke." jawab Reynand.
"Kenapa gak bisa?"
Agatha yang mendengar perdebatan itu hanya memutar bola matanya malas. Ia setia memapah Veronica menuju kelasnya dan pastinya akan melewati Reynand dan juga teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twiwers [tahap revisi]
Teen FictionTawa bisa menutupi segudang masalah, dimana seorang pemain memerankan perannya sebagai seseorang terbahagia sedunia, nyatanya tidak. "Gue lebih percaya sama mata lo daripada senyuman indah lo." "Kenapa?" "Karena senyuman lo bisa ngebohongi apa masal...