Prolog

10K 396 15
                                    

Aku menatap penampilanku di depan cermin. Bibir tipisku tersenyum, saat aku menyadari bahwa hari ini adalah hari pertamaku mengajar di sebuah TK.

Rasanya sangat tidak percaya, jika seorang Evren Rubina Alzan bisa menjadi seorang guru, ya walaupun hanya guru TK. Tapi, aku benar-benar bahagia. Semoga ilmu yang kuberikan bisa memberi manfaat untuk anak-anak di sana.

Aku beranjak keluar kamar setelah waktu menunjukkan pukul tujuh.

“Pagi, Ma,” sapaku sembari duduk di meja makan. Di sana ada Mama yang sudah menyiapkan makanan untuk sarapanku.

“Pagi, Ev.”

“Papa udah berangkat kerja?” tanyaku.

”Udah. Tadi barengan berangkatnya sama Fachri.”

Fachri adalah adikku. Dia masih duduk di bangku SMP kelas 2.

Aku menyuapkan sesendok nasi goreng buatan Mama. Rasanya selalu sama; enak. Tidak pernah ada tandingannya. Rasanya aku iri, kapan aku bisa masak seenak masakan Mama? Memang, aku tidak bisa memasak—ralat, maksudku belum pandai.

Setelah sepiring nasi goreng habis, aku meneguk segelas air putih sampai tandas. “Alhamdulillah,” ucapku.

“Mau berangkat sekarang, Ev?” tanya Mama.

“Iya, Ma. Udah mau jam setengah 8 nih. Ya kali hari pertama ngajar harus telat. Aku kan harus jadi guru yang baik dan tepat waktu hehe.” Aku nyengir dengan khasku, membuat Mama tersenyum geli karena melihat tingkahku.

“Ya udah. Hati-hati ya bawa motornya. Jangan ngebut!”

“Siap, Mamaku.” Aku mencium punggung tangan Mama terlebih dahulu sebelum berangkat.

“Assalamualaikum, Ma,” pamitku.

“Waalaikumussalam.”

Setelah Mama menjawab salamku, aku beranjak keluar rumah, di halaman rumah sudah ada Bronson—motor hitam kesayanganku yang selalu terlihat tampan. Aku memang selalu merawatnya dengan baik. Dia sudah menemaniku selama dua tahun terakhir ini.

Aku menaiki Bronson, menyalakan mesinnya, kemudian melajukannya keluar dari halaman rumah menuju tempat pertamaku mengajar.

Aku, Evren Rubina Alzan, gadis 20 tahun, akan membuka halaman yang baru di sini. Di tempatku mengajar. Melupakan semuanya yang telah berlalu.

Ya. Kau harus bisa melewati yang telah berlalu, Evren. Ingat, masa depan yang indah selalu menantimu. Jangan terlarut dengan masa lalu yang sama sekali tidak perlu kau sesali. Ikhlaskan saja. Allah sudah menyiapkan yang terbaik untukmu.

***

A/n;

Assalamualaikum warahmatullah.

Prolog yang pendek. Wkwk😬

Semoga suka😊

Jangan lupa tinggalkan vote & komentarnya!

Salam sayang,
Nidiasfitaloka❤

Halal With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang