16. Sah

2.2K 147 30
                                    

Evren.

Deg-degan.

Perasaan itulah yang sedang menggambarkan hatiku. Besok adalah waktunya. Hari di mana aku akan melepas masa lajangku.

Siang tadi, di rumahku diadakan acara pengajian, kemudian dilanjut dengan acara siraman adat sunda. Sungguh, aku masih tidak percaya, bahwa besok aku akan segera menikah dengan seorang Azril Fauzan Rashya. Pria aneh yang dulu menyebalkan, sekarang pun masih menyebalkan sih.

Perihal Mas Reifal semuanya sudah selesai. Aku mengatakan yang sejujurnya, bahwa aku akan segera menikah. Awalnya dia tidak terima, dia ngambek, namun akhirnya dia pasrah saja. Dia bilang, mungkin kita tidak berjodoh. Aku mengundangnya di acara pernikahanku, juga mendoakannya agar segera dipertemukan dengan jodohnya.

“Kak Evren...” pintu kamarku terbuka, menampilkan sosok sepupuku yang cantik. Umurnya baru menginjak 18 tahun.

“Sini, Sal.” Aku menyuruhnya untuk duduk di sebelahku. Sekarang aku sedang duduk bersila di atas ranjang yang sudah dihias ala pengantin.

Salsa ikut duduk di sampingku. Dia memeluk tubuhku. “Ih, gak nyangka, Kak Evren udah mau nikah aja,” ujarnya.

“Alhamdulillah, Sal.”

“Salsa kira Kak Evren bakal nikah sama Bang Reifal, ya berhubung Kakak pernah cerita bahwa Kakak lagi deket sama dia.” Salsa melepaskan pelukannya.

“Kakak pikir pun begitu, tapi jodoh siapa yang tau, Sal.”

“Itu boneka dari Bang Reifal, kan?” Salsa menunjuk boneka tedy bear yang aku simpan di sudut kamar.

Ah, iya, harusnya aku tidak menyimpan boneka itu di kamarku. Tapi, mau disimpan di mana? Apakah harus di gudang? Kalau ketahuan sama Mas Azril bahwa aku masih menyimpan boneka pemberian Mas Reifal pasti dia akan, akan apa ya? Sepertinya dia akan sedih atau cemburu. Ya, semacam itulah.

“Iya, Sal.”

Salsa turun dari ranjang, dia mengambil boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya.

“Lucu, Kak, bonekanya,” katanya sambil memeluk boneka itu. Kemudian dia naik lagi ke ranjang, dengan boneka yang masih tidak lepas darinya.

Salsa terlihat suka dengan bonekanya. Apa aku kasih saja kepada Salsa? Ya dari pada aku simpan boneka itu di gudang, lebih baik diberikan saja bukan?

“Kamu suka gak sama bonekanya, Sal?” tanyaku padanya.

“Suka, Kak. Udah gitu gede banget lagi bonekanya.”

“Ya sudah, bonekanya buat kamu aja, Sal.”

“Hah?! Beneran, Kak?” teriaknya dengan wajah tak percaya.

Aku mengangguk. “Ih, beneran lho, Kak? Ini kan pemberian dari Bang Reifal, masa dikasih ke aku sih?”

“Gak pa-pa, Sal. Buat kamu aja.”

“Beneran nih?” Dia mencoba meyakinkanku.

“Iya, Salsaaa.” Aku jadi greget sendiri.

“Ih, makasih banget lho, Kak.” Salsa menyimpan bonekanya di lantai. Kemudian dia memeluk lagi tubuhku. Raut wajahnya benar-benar memancarkan rasa senang.

“Sama-sama, Salsa.” Aku membalas pelukannya.

***

Hari ini. Hari di mana statusku akan berganti menjadi seorang istri. Aku tak bisa menyembunyikan senyumku saat sang MUA—yang tak lain adalah tanteku sendiri—sudah selesai merias wajahku. Kebaya putih dengan hijab senadanya sedikit longgar di tubuhku yang memang mungil. Tak lupa juga dengan hiasan kepala khas adat sunda ini dipakaikan kepadaku. Ini bukan seperti diriku. Aku merasa cantik, hehe.

Halal With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang