9. Masak

1.7K 122 0
                                    

Biasanya jika hari Jum'at seperti ini anak-anak akan membuat kerajinan atau cooking class. Tapi hari ini Bu Yuli memilih untuk cooking class saja.

Semua anak-anak disatukan dalam kelas yang sama, mereka duduk di lantai. Semua meja dan kursi dipindahkan ke kelas sebelah. Di kelas biasa tempatku ngajar, hanya ada dua meja saja yang sengaja dirapatkan agar menjadi panjang. Disana sudah ada kompor dan perlengkapan lainnya. Hari ini kami akan membuat puding.

Anak-anak disuruh untuk memperhatikan apa yang Bu Yuli lakukan. Pertama-tama, Bu Yuli memasukkan susu sapi murni ke dalam panci, lalu memasukan bubuk agar-agar rasa coklat, tidak menambahkan gula karena memang dalam bubuk tersebut sudah memiliki rasa manis. Kemudian Bu Yuli mengaduk-aduk puding yang belum jadi itu.

Sementara itu, aku dan Kak Ayu disuruh untuk memberi sepotong roti tawar kepada anak-anak. Roti itu harus dipotong kecil-kecil oleh mereka dan dimasukan ke dalam mangkuk yang mereka bawa.

Setelah adonan puding mendidih, Bu Yuli menyuruh Bu Ella untuk menuangkan dua sendok besar puding itu ke dalam mangkuk anak-anak yang sudah diisi roti tawar tadi.

Bu Yuli mengambil satu panci lagi, ukurannya lebih kecil. Beliau memasukan lagi susu sapi murni, kali ini ditambah dengan tepung maizena, susuk bubuk dan sedikit garam. Ternyata itu untuk vla, agar puding tersebut rasanya tidak hanya manis saja. Bu Yuli terus mengaduk vlanya agar tidak mengental dalam panci.

Setelah puding anak-anak beku, Bu Yuli menyuruh untuk menumpahkan puding itu ke piring, biar bisa kelihatan bentuknya. Dan bagusnya tidak ada yang gagal. Semuanya terlihat berhasil. Kini tinggal giliran Bu Dina yang menambahkan vla ke puding anak-anak.

Anak-anak bersorak saat puding mereka sudah jadi. Bu Yuli menyuruh mereka untuk memakannya, tapi sebelum itu mereka disuruh untuk berdoa terlebih dahulu.

Saat anak-anak sudah menghabiskan puding masing-masing, Bu Yuli menyuruh mereka untuk membereskan alat-alatnya. Memasukan mangkuk dan piring ke dalam plastik, kemudian dimasukan ke dalam tas masing-masing.

Jika hari Jum'at memang hanya satu pelajaran saja. Setelah selesai, mereka dibolehkan untuk pulang.

Setelah anak-anak sudah pulang, Bu Yuli mengajak kami—guru-guru—untuk memakan sisa puding yang ditaruh di cetakan puding. Aku mencobanya, rasanya enak.

“Bu Evren beneran belum punya calon?” tanya Bu Dina tiba-tiba.

Sebelum menjawab, aku meletakkan piring bekas makan puding di atas meja. “Hm, gimana ya?” Aku bingung ketika ditanya seperti ini. Apakah Mas Azril itu termasuk calon suamiku? Ya, bisa jadi.

“Gimana coba?” tanyanya lagi.

“Saya sih lagi ta'aruf dengan seseorang, Bu.” Dan ketika aku berkata seperti itu, respons mereka benar-benar heboh.

“Yah, padahal tadinya saya mau comblangin bu Evren sama saudara saya. Dia juga belum menikah,” kata Bu Dina yang membuatku benar-benar menjadi kikuk seketika.

“Bu Dina telat sih,” komentar Kak Ayu.

“Tapi gak papa. Semoga jodoh Bu Evren pria yang baik dan bertanggung jawab.”

“Aamiin.”

Aku mengaminkan doa Bu Dina. Aku berharap memang Mas Azril orangnya.

“Oh iya, Bu Rika gak masuk?” Aku baru menyadari jika Bu Rika tidak terlihat daritadi.

“Enggak, dia izin, katanya anaknya lagi sakit.” Bu Yuli yang menjawab.

“Pantesan gak keliatan dari tadi. Semoga anaknya cepet sembuh.”

“Aamiin.”

***

Sepulang mengajar, aku mampir ke supermarket terlebih dahulu. Hari ini, entah mengapa aku kepikiran untuk belajar memasak. Aku sudah bilang ke Mama, katanya kalau belajar masak mulailah dari yang mudah dulu. Kalau hanya masak telor, tahu dan tempe goreng aku sudah bisa.

Ideku saat ini adalah memasak ayam teriyaki. Aku hanya perlu membeli daging ayam, saus teriyaki dan bawang bombai saja. Bahan lainnya sudah tersedia di rumah.

Selesai membeli bahannya, aku segera menuju kasir.

Sesampainya di rumah, aku menyimpan belanjaanku di dapur. Lantas berlalu ke kamar dan bersih-bersih untuk melaksanakan shalat Dzuhur.

Setelah melaksanakan shalat, aku segera ke dapur. Aku ditemani Mama. Peran Mama disini hanya menontonku saja, dan memberitahu jikalau aku ada kesalahan saat memasak.

Pertama-tama, aku memotong daging ayam hingga bentuknya menjadi kecil-kecil. Lalu mencucinya hingga bersih.

Setelah itu, aku mengupas 2 siung bawang putih dan mencencangnya. Kemudian dilanjut dengan memotong bawang bombai juga beberapa cabai hijau dan merah.

Sekarang sudah waktunya untuk memasak. Aku memasukan cencangan bawang putih ke dalam wajan untuk ditumis. Lalu masukan potongan daging ayam, tunggu hingga dagingnya berubah warna. Kemudian masukan bawang bombai dan cabai. Selanjutnya aku menambahkan setengah sendok makan kecap asin, setengah sendok makan saus tiram, satu sendok makan saus teriyaki dan satu sendok makan kecap manis. Tidak lupa aku memberi gula dan merica, juga beri air secukupnya.

Aku dan Mama menunggu hingga bumbunya meresap ke dalam daging.

Hanya membutuhkan waktu tak sampai 20 menit, ayam teriyaki sudah matang. Bumbunya meresap dengan sempurna—ini menurutku ya. Aku bangga dengan hasilku sendiri.

Aku mencicipi hasilnya sebelum diserahkan ke Mama. Rasanya enak. Pas dilidahku.

Sebelum diserahkan ke Mama, aku memindahkan ayam teriyaki ke piring. Aku juga menaburkan sedikit wijen di atasnya.

“Taraaa...” Aku dengan bangga menyerahkan hasilnya ke Mama.

Mama menerima piringnya. Dia duduk di meja makan, dan mencoba ayam teriyaki buatanku.

“Gimana, Ma?” tanyaku saat Mama sudah selesai menelan satu suapan.

“Mama beri nilai. Nilainya 80,” sahut Mama sambil tertawa.

“Kenapa gak seratus aja?”

“80 aja. Biar kamu makin semangat buat belajar masak.”

“Ah Mama, mah.”

“Ya udah, yuk kita makan bareng-bareng,” ajak Mama.

Saat aku dan Mama hendak makan, Fachri tiba-tiba datang. Dia baru saja pulang sekolah, tapi penampilan terlihat masih segar. Mungkin karena dia sudah selesai shalat Jum'at.

“Ganti baju dulu, Ri. Terus gabung sini buat makan,” kata Mama.

“Oke, Ma.” Fachri lari ke dalam kamarnya.

Aku menyuapkan sesendok nasi ditambah dengan ayam teriyaki buatanku.

Fachri sudah keluar dari kamarnya, dia gabung bersama kami untuk makan siang.

***

A/n:

Assalamualaikum.

Jangan lupa tinggalkan vote & komentarnya...

Salam sayang,
Nidiasfitaloka❤

Halal With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang