Al-kisah

146 7 1
                                    

📚 Kisah Kesabaran Wanita yang Tak Kunjung Hamil, Hingga Allah Mencabut Nyawanya

KAPAN GILIRANKU?

Bismillah. Semoga menjadi ibrah bagi kita semua. Cerita dari seorang sahabat, seorang teman, seorang ibu, yang sangat tegar. Inspirasi bagi kita untuk selalu menggantungkan harapan kepada Allah, raja' (berharap) serta khauf (takut), dan berserah diri hanya kepada Allah atas seluruh ketetapan-Nya dan takdir dari-Nya. 

Sedih. Tertekan. Depresi rasanya menikah selama ini belum dikaruniai keturunan. Bingung setiap kali ada pertanyaan "Ummu belum hamilkah?"... Atau saat berkumpul bersama keluarga, ada saja yang usil bercanda... Tapi cukup masuk ke hati. Tidak nyaman dengan keluarga besar suami, terutama ibu mertua, maklum suamiku adalah satu-satunya putra mereka, sekaligus yang diharapkan keluarga. Fashabrun jamiil. Kesabaran adalah jalan yang terbaik. Sesungguhnya akhir dari kesabaran adalah kebaikan. 

🔙 Flashback 25 tahun silam.

Saat hari pernikahan kami. Sungguh sangat bahagia, harapan indah serta rasa syukur memenuhi hati kami. Sebagaimana suami istri yang lain, kami sangat ingin segera punya anak. Kami merencanakan untuk tidak membatasi kelahiran, ingin punya anak lebih dari 7. he,he. 

Hari demi hari telah berlalu, sebulan, dua bulan, bulan demi bulan berlalu, setahun, lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, 24 tahun... Kami selalu menantikan buah hati.

Tidak bisa kami ceritakan bagaimana kerasnya kami berusaha. Tidak mampu kami ceritakan bagaimana kami mencoba, mulai dari herbal hingga secara medis. Tidak kami pungkiri bahwa semua itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. 

Waktu dan pikiran serta tenaga terkuras. Beberapa kali mencoba untuk bayi tabung, hingga badan terasa sakit semua karena banyaknya terapi. Qadarullahu wa maa syaafa'ala, Allah belum berkehendak. Alhamdulillah ala kulli hal, manusia hanya berusaha, berikhtiar sekuat tenaga, namun pada akhirnya di saat kami berada pada titik terendah, kami pasrah dengan ketetapan-Nya, kami ridha dengan takdir-Nya. 

Usia kami telah memasuki usia kepala empat, sudah tidak lagi muda. Masa-masa produktif telah terlampaui, namun sungguh selama 24 tahun ini, doa yang tidak pernah terputus, tiada pernah berhenti. Setiap sepertiga malam terakhir aku selalu berharap agar bertepatan dengan waktu yang mustajab (terkabulnya doa).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala maha berkuasa atas segala sesuatu. Allah yang Maha memegang urusan seluruh hamba-Nya. Demikian kami hingga mengerti faedah besar yang terselip, yang selama ini tidak kami sadari. Bahwa Allah apabila mencintai seseorang hamba-Nya, maka Dia akan memberikan ujian untuk hamba-Nya tersebut. Sesuatu yang akan mengangkat derajatnya serta menghapus dosa-dosanya selama dia mampu bersabar, bertakwa kepada Allah, serta ridha dengan ketetapan Allah.

Seberapapun kami berusaha, jika Allah tidak berkehendak maka kami tidak akan pernah mendapatkannya. Sebaliknya, jika Allah telah berkehendak, maka pasti kami akan dikaruniai keturunan. Meski menurut manusia mustahil. Meski menurut mereka impossible. Meski di luar nalar manusia.

Apa yang tidak mungkin bagi Allah? Apabila Allah berkehendak, bisa saja aku dikaruniai seorang anak lelaki atau perempuan, atau lelaki dan perempuan. 

Setiap datang bulan, menstruasi, selalu menangis sedih. Selalu takut dan despresi menantikan mens. Padahal hal tersebut adalah nikmat Allah yang sangat besar. Kenapa kita tidak pandai bersyukur? 

Sedih, akan tetapi selalu ku tepis perasaan tersebut. Dan selalu berusaha optimis. Dan yakin kepada Allah, percaya dan husnudzon (berprasangka baik) kepada Allah. Aku yakin Allah telah merencanakan sesuatu yang indah untuk kami. Semua pasti akan indah pada waktunya. 

Our Life Is DakwahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang