Bagian 8 | Segaf dan Mae

261 23 4
                                    

Happy reading guys :)

Pertemuan kita terencana, tapi aku harap ini tidak akan terulang atau bahkan sekalian berakhir.

Segaf mencoba melampiaskan emosinya dengan memacu kencang motornya di jalanan yang lumayan lenggang malam ini.

Seseorang yang paling tidak ingin dia lihat datang kerumahnya tanpa izin.
Dengan senyum khasnya yang paling tidak ingin Segaf lihat, ia muak.

Segaf memacu motornya lebih kencang saat kejadian itu terus terputar di ingatannya, ia tak peduli dengan apa yang terjadi nanti, ia hanya ingin melampiaskan amarah yang semakin menumpuk di dadanya hingga membuatnya merasa sesak.

Entah kemana tujuannya, ia hanya mengikuti arah jalanan yang terus lurus.

Ckiiiit!

Segaf mengerem motornya mendadak saat seorang anak kecil melintas dengan tiba-tiba di depannya, untung tak ada acara tabrakan dan darah yang tercecer, ia berhasil menghindari anak itu dengan ban belakang motornya yang sedikit terangkat.

Anak itu berdiri kaku di pinggir jalan, ia terlihat pucat dengan sekotak susu di genggamannya.

Segaf turun dari motornya, ia melembutkan tatapannya saat melihat anak itu menatapnya dengan ketakutan.

"Gak ada yang luka kan, dek?" Tanya Segaf sambil memeriksa bagian tubuh anak itu.

Segaf tersenyum saat melihat tak ada reaksi apapun dari anak itu, ia mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil di hadapannya "Lain kali kalau mau menyebrang hati-hati ya." Katanya sambil mengelus puncak kepala anak itu.

Anak kecil itu mengangguk "Ghani minta maaf, kak." katanya sambil tersenyum "Mau kemana, kenapa menyebrang sendirian?" Segaf bertanya dengan hati-hati.

Anak itu tetap diam sambil terus menatap Segaf, tak lama seorang perempuan paruh baya datang menghampiri mereka dengan sedikit berlari.

Ia langsung memeluk Ghani yang kembali menangis di pelukan perempuan itu, Segaf terenyuh melihat mereka berpelukan sampai tak sadar Segaf membentuk lengkungan senyum di bibirnya.

"Ibu udah bilang jangan lari-lari tapi kamu gak denger, untung kamu gak ketabrak" Perempuan itu kemudian melepas pelukannya dengan Ghani lalu beralih menatap Segaf.

Segaf tertegun saat perempuan itu memeluknya, ia diam membisu. Tidak menepis atau membalas pelukan itu sampai akhirnya perempuan itu mengurai pelukannya dan mengelus bahu Segaf "Terima kasih karena mau bertanggung jawab." ucapnya sambil tersenyum lalu melangkah pergi menjauhi Segaf dengan menggandeng tangan Ghani.

Segaf tak percaya ini, seorang ibu dari anak laki-laki yang hampir di tabraknya memeluknya. Pikirannya mendadak kosong, lututnya terasa lemas samping ia merosot kebawah rumput pinggir jalan.

Ia tetap membisu dalam keheningan malam, sampai sebuah tangan menyentuh pundaknya dan berhasil membuatnya tertarik dari kebisuannya. Ia spontan menepis tangan itu dipundaknya lalu berdiri.

Ia menoleh lalu mendapati gadis berambut sebahu tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan, ia merasa tak asing dengan wajah orang ini. Ya, dia adalah Mae, orang yang sempat bertemu dengannya karena insiden tabrakan di koridor sekolah.

"Kok lo bisa di sini?" Mae menatap heran Segaf saat cowok itu tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Kenapa lo bisa di sini?" Tanya Mae sekali lagi.

"Bukan urusan lo" Jawab Segaf ketus.

Mae semakin menatap heran Segaf "Kok lo bisa sampe duduk di pinggir jalan gitu tadi?" Tanya Mae membuat Segaf kesal.

"Bukan urusan lo!" Jawab Segaf tajam.

"Gue nanya baik-baik ya, ngeselin banget sih lo!" Sahut Mae dengan raut kesalnya.

"Terserah" Balas Segaf lalu berjalan ke arah motornya yang ternyata berada di tengah-tengah jalan, untung saja malam ini tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Mae menatap punggung Segaf yang berjalan ke arah motornya, "kenapa juga tuh orang nyasar kesini" pikirnya .

Segaf hendak menstater motornya, lalu kembali teringat gadis yang masih memandanginya dari pinggir jalan.

"Sini lo!" Panggil Segaf pada Mae yang masih terus menatap Segaf.

"Cepetan sini!" Panggil Segaf sekali lagi.

Mae berjalan ke arah Segaf lalu berhenti di samping motornya.

"Rumah lo dimana?" Tanya Segaf.

"Ujung kompleks ini" jawab Mae.

Segaf mengernyitkan dahinya lalu menatap sekitar jalan.

"Ini kompleks apa?" Segaf bertanya dengan tetap memperhatikan sekitarnya.

"Kompleks Ratulangi." Jawab Mae sambil memperhatikan Segaf yang terlihat bingung.

"Heee?!" Segaf terkejut saat mengetahui bahwa ia sudah terlalu jauh dari rumah, kenapa ia tidak menyadarinya.

"Kenapa sih, lo kek bingung gitu." Mae menepuk bahu Segaf pelan.

Segaf langsung mengalihkan perhatiannya pada Mae dan menatapnya tajam. "JANGAN SENTUH GUE!" Segaf refleks membentak Mae yang menatapnya terkejut.

Mae terkesiap atas respon yang diberikan Segaf, apakah itu sebuah kesalahan besar saat ia menyentuhnya.

"Gue gak bisa antar lo pulang" Segaf tiba-tiba berbicara memecahkan lamunan Mae.

"Gue juga gak minta diantar sama lo." Jawab Mae bersungut-sungut, mengapa orang didepannya ini sangat percaya diri?

"Bagus." Segaf lalu menstater motornya dan bersiap untuk pergi, sejenak ia mengalihkan pandangannya pada Mae yang terdiam.

"Btw makasih udah sadarin gue tadi." Segaf berlalu pergi meninggalkan Mae yang terlihat bingung dengan situasi ini.

📚📚

Follow @Hafsahdhiaf

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang