Bagian 24 | Kembali

147 23 10
                                    

Happy reading teman-teman.
Nikmati bacanya ya :)

"Ku hargai khawatirmu, tapi itu tidak baik untukku."

-Segaf-


"

Kamu yakin mau ke sekolah?" Kalimat pertama yang terlontar dari mulut Aubree saat memasuki mobil. Segaf menjemputnya pagi ini untuk berangkat bersama.

Segaf mengangguk, manjawab pertanyaan Aubree.

"Udah dibolehin emang?"

"Udah."

"Om Rama bilang apa?"

"Harus deket kamu terus."

"Dih apaan banget."

Segaf terkekeh sambil mengelus surai gadis itu.

Lima belas menit kemudian, mereka telah sampai di parkiran sekolah, Aubree keluar terlebih dahulu diikuti Segaf.

Setelah mengantar Aubree sampai ke kelasnya, Segaf menaiki tangga menuju kelasnya. Tidak ada Bima bersama Segaf pagi ini karena cowok itu telah sampai duluan di sekolah.

Menaiki tangga menuju lantai tiga, seruan namanya menghentikan langkahnya. Segaf berbalik, mendapati seorang gadis yang sepertinya pernah bertemu dengannya.

Segaf menaikkan alisnya menyuruh gadis itu untuk segera menyampaikan maksudnya dengan tetap menjaga jarak yang cukup jauh.

Merasa tidak biasa berbicara dengan jarak sejauh ini, Sofia berjalan mendekat dan Segaf sontak menaiki beberapa anak tangga.

"Bicara di situ aja," kata Segaf. Dengan posisi Segaf di anak tangga ketujuh dan Sofia di anak tangga kesatu.

Menghela napas pelan, Sofia kemudian mengangguk "Lo kemana satu pekan gak masuk sekolah?" Gadis itu melontarkan pertanyaan yang dari seminggu lalu ia tahan agar tak bertanya pada sepupu cowok itu, Bima.

"Apa urusannya sama lo?" Pertanyaan Segaf menyentak Sofia. Menyadarkan gadis itu bahwa ia tak pernah ada di mata Segaf.

Dengan senyum getir yang berusaha ia lenyapkan, Sofia kembali berkata "Gue khawatir, Gaf."

"Kita bukan teman dekat, lo juga bukan teman sekelas gue, dan gue gak tau lo siapa. Tapi, makasih untuk rasa khawatir lo. Dan gue mohon jangan pernah temui gue lagi." Setelah mengatakan itu Segaf pergi berlalu.

Rasa sesak mengiring Sofia kembali ke kelasnya. Sementara Segaf berusaha menekan kuat sakit yang ia rasa. Keputusan untuk kembali sekolah mungkin tidak tepat hari ini.

Segaf membelokkan langkahnya menuju UKS yang berada tepat di hadapannya.

Berbaring di brankar menjadi pilihan Segaf. Merogoh celananya kemudian memberitahu Bima bahwa ia berada di UKS.

Bersamaan dengan bunyi bel, Segaf memejamkan mata guna meredakan sakitnya.

__________________________

Bima bergerak gelisah di kursinya. Setelah mendapati pesan dari Segaf ia hendak langsung menuju ke UKS tetapi dipatahkan dengan bunyi bel masuk dan guru mata pelajaran yang sudah berjalan menuju kelas.

Tinggal menunggu satu jam pelajaran menuju jam istirahat. Bima semakin tidak sabar, satu jam terakhir benar-benar tidak membuatnya tenang.

Setelah guru keluar kelas, Bima segera berlari kencang menuju UKS tempat Segaf berada.

Pintu ia buka, di tirai pertama yang ia buka ia mendapati Segaf sedang memejamkan matanya. Tidak ada yang aneh dengan cowok itu, tapi Bima paham betapa sakitnya Segaf saat itu.

Segaf mengatakan jika penyakitnya kambuh bahwa ia akan merasakan panas dari perut hingga dadanya, kepalanya yang pening luar biasa, dan nafasnya yang terasa satu-satu.

Segaf tidak menyembunyikan itu dari keluarganya, tapi tetap menutupinya dari orang-orang yang terasa asing.

Bima berjanji dalam hatinya, ia tidak akan membiarkan Segaf berjalan sendiri menuju kelas. Di sekolah terlalu banyak hutan duri bagi Segaf.

Bersamaan dengan Aubree membuka pintu UKS, Segaf membuka matanya.

"Makan roti dulu!" Aubree menyerahkan roti isi coklat kepada Segaf, isi sarikaya kepada Bima, dan isi keju untuk ia makan.

"Nanti mau masuk ke kelas?" Tanya Aubree sambil memasukkan sampah bekas roti dan susu ke dalam kantongan plastik.

"Iya" jawab Segaf. Aubree mengangguk setelahnya.

Memilih mengikuti jam pelajaran, Bima setiap berapa detik sekali akan menoleh menatap Segaf membuat Segaf  jengah dibuatnya.

"Sekali lagi lo natap gue, gue colok tuh mata!" Ketus Segaf. Bima membulatkan matanya, dasar sepupu gak tau diri!

Segaf tau Bima menghawatirkannya, tapi tetap saja ia risih pada Bima yang tidak sampai semenit akan selalu menoleh menatapnya.

Guru masuk menyampaikan pengumuman lalu keluar setelah memberi tugas. Merdeka.

"Lo naik apa tadi berangkatnya, Bim?" Segaf memulai obrolan sambil menyalin.

"Dijemput Gio,"

"Tumben,"

"Heh ini hari nyapu gue, dari semalam udah diteror gue sama mama buat datang pagi biar nyapu." Jelas Bima.

Mama yang dimaksud Segaf bukan mama yang orang tua tapi seorang siswi di kelas mereka bernama Mayang yang bersifat seperti ibu, oleh sebab itu Bima dan teman-temannya memanggilnya mama.

"Trus kenapa Gio jemput lo?" Tanya Segaf.

"Ya kan hari nyapu gue sama si Gio sama. Gio gak pernah nyapu juga soalnya." Jawab Bima. Gio yang duduk di belakang mereka tertawa mendengarnya.

"Nanti pulang bareng ya," ucap Bima.

"Lo yang bawa mobil tapi ya." Kata Segaf. Bima mendengus mendengarnya.

____________________________

Gadis cantik dengan seragam di balik sweater rajut biru muda sudah bersandar di mobil Segaf. Gadis itu terlihat sibuk memainkan ponselnya, tidak menyadari kedatang Segaf dan Bima yang berjalan mendekat ke arahnya.

Gadis itu terpekik saat Segaf tiba-tiba merebut ponselnya.

"Heh balikin!" Seru Aubree galak.

"Eh eh siapa yang ajarin bilang heh heh gitu?" Segaf mengernyit melihat gadis di depannya yang tersenyum salah tingkah.

"Aku gak suka ya kamu bilang gitu kalo bukan sama teman sebaya kamu." Tegur Segaf.

"Iya maaf, tapi balikin hape aku dong." Aubree menatap penuh harap.

Tak ada tanggapan dari Segaf selain gestur bahwa ia menyuruh gadis itu masuk ke dalam mobil.

Aubree jalan mendekat lalu memeluk Segaf yang dibalas elusan tangan kiri Segaf pada surai coklatnya.

Dirasa Segaf sudah lengah, ia kemudian melompat lalu mengambil ponselnya yang diangkat tinggi Segaf dengan tangan kanannya.

"Yes!!" Seru gadis itu saat berhasil mendapatkan ponselnya kembali. Segaf tersenyum manis lalu mengecup sekilas puncak kepala Aubree setelahnya ia membukakan pintu bagian tengah untuk gadis itu. Setelah gadis itu masuk, ia duduk di samping Bima yang berada di balik kemudi.

Pemandangan itu terlihat jelas di netra hitam milik Mae yang entah harus merasakan apa. Ia senang Segaf baik-baik saja setelah pertikaian dengannya dan merasa sesak saat Segaf tidak bereaksi berlebihan seperti saat di dekatnya, Segaf justru terlihat sangat menyayangi gadis itu.


Gak tau mau ngomong apa lagi. Aku cuma mau ngucapin terima kasih yang sebesar-besarnya buat kalian yang vote cerita ini, buat kalian yang nanya kapan cerita ini lanjut, buat kalian yang masih nunggu cerita ini. Pokoknya terima kasih banyak teman-teman, komentar kalian dan vote kalian buat aku ngerasa lebih baik di sela padatnya tugas sekolah, masalah-masalah yang datang, dan di tengah kondisi pandemi ini.

Terima kasih banyak teman-teman atas supportnya.

Salam
Hafsah.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang