Bagian 20 | Mencari pelaku

178 15 0
                                    

"Resiko dari jatuh cinta adalah jatuh sendiri tanpa cinta"
-Assegaf-

"Kenzie saya gak mau tau ya,"

"Aku, Aubree."

"Iya. Pokoknya aku gak mau tau. Pulang sekolah kita pergi. Harus dan wajib."

"Harus dan wajib apa bedanya?"

"Beda tuh,"

"Apanya? Pemborosan kata ih."

"Ish Kenzie."

Dua sejoli itu mengawali hari dengan berdebat di parkiran sekolah. Mengundang tatapan para siswa yang juga memarkirkan kendaraan mereka.

"Kalau aku gak mau gimana?" Segaf menatap jahil gadis yang tengah memberenggut di hadapannya.

"Tapi kemarin sama tadi malam kamu sudah janji sama sa- aku." Aubree kini tengah menundukkan kepalanya. Bisa-bisanya Kenzie mengingkari janjinya.

"Kan itu udah berlalu." Segaf tak berhenti menggoda gadis itu. Menurutnya wajah kesal Aubree sangat menggemaskan.

"Yaudah. Terserah deh." Setelah mengatakan itu, Aubree berlalu dari hadapan Segaf sambil mengoceh pelan.

Segaf terkekeh pelan melihatnya. Tak berniat menyusul gadis itu, biarkan saja dia merajuk dan Segaf akan menikmatinya.

"Segaf"

Segaf berbalik kala seseorang menyebut pelan namanya.

Mendapati gadis yang biasa membuatnya mimpi buruknya datang, sontak ia memundurkan kakinya beberapa langkah.

Menatap tajam gadis itu dan tetap diam menunggu kalimat yang keluar dari mulut gadis di depannya itu.

"Aku mau nyampein sesuatu." Mata gadis itu berkeliaran menatap sekeliling, saat matanya bertabrakan dengan netra tajam milik Segaf, ia segera memalingkannya.

Merasa Segaf tak kunjung bersuara, gadis itu menghela napas pendek.

"Kamu kenal aku, kan?"

"Bisa langsung intinya aja? Gue ngerasa gak nyaman sekarang" Ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Segaf.

Gadis di depannya itu, Mae berusaha meredakan sesak yang tiba-tiba melandanya. Haruskah Segaf sejujur itu?

"Aku..-"

"Ada apa nih suasana di sini masih pagi tapi udah gak enak aja?" kedatangan Bima memotong perkataan Mae, tapi itu sebuah pertolongan bagi Segaf. Tak sadarkah Mae bahwa kepalan tangan Segaf gemetar?

"Ayo, Bim." Segaf beranjak lebih dulu meninggalkan Bima yang menatap bingung pada Mae.

Sepeninggal Segaf dan Bima, Mae menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa Bima harus datang di saat yang tidak tepat seperti tadi.

🥀🥀

Cinta bisa melukaimu.

Tiga kata itu terpampang jelas di surat berwarna hitam yang didapati Segaf di dalam laci.

"Kekonyolan macam apa ini?" Segaf membatin sambil memandang aneh surat di genggamannya.

"Surat lagi?" Suara dari arah belakang membuyarkan fokus Segaf. Cowok itu mendengus kemudian mengangguk sebagai jawaban.

"Mau cari tau pelakunya?" Terdengar nada jahil dari pertanyaan itu yang dibalas senyuman miring oleh Segaf.

"Mau yang alami atau buatan?"

"Lebih cepat yang mana?"

"Kita coba dua-duanya."

Kekehan pelan keluar dari mulut Segaf, Bima menepuk bahunya lalu mengangguk.

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang