Bagian 10 | Kekacauan

212 21 1
                                    

Happy reading 💛
Vote dan comment jangan lupa!!

Seandainya bisa, segala tentangmu ingin aku lupakan.
Kamu luka terhebat dihidupku.

Segaf berjalan dengan tenang menuju parkiran sekolah. Tak ada Bima disampingnya, cowok itu pulang duluan dengan mengatakan ada urusan urgent.

Koridor cukup sepi, di karenakan jam pulang sekolah telah lewat sejak setengah jam yang lalu. Segaf memilih jalan di koridor yang sepi sendirian dibanding jalan bersama para siswa lainnya.

Segaf melirik arloji di tangan kirinya, jam telah menunjukkan pukul tiga lewat sepuluh. Ia mempercepat langkahnya menuju parkiran untuk dapat pulang sesegera mungkin.

Sesampainya ia di parkiran, hanya tinggal beberapa motor yang tersisa, milik anak-anak yang menjalani ekskul sore ini.

Segaf mengeluarkan motornya dari parkiran dan melajukannya menuju luar sekolah, ketika hendak keluar dari gerbang sekolah, tanpa sengaja ia melihat Mae dan Sofia tengah duduk didepan pos satpam dengan Mae yang menunduk dan Sofia yang mengelus bahu Mae.

Tanpa memedulikan itu, Segaf terus mengendarai motornya melewati Mae dan Sofia.

📚📚📚

Plak!!

Suara itu lagi, suara yang mungkin akan terus ia dengar ketika ibunya pulang ke rumah. Mae termenung didepan pintu, rasanya terlalu menyesakkan untuk sekedar masuk ke dalam rumah.

Punggungnya naik turun dan tangannya terlihat gemetar ketika hendak memegang handle pintu. Belum sempat ia membuka pintu, seseorang dari dalam membuka pintu terlebih dahulu. Didi, papa Mae terkesiap saat melihat anaknya berdiri didepan pintu dengan berlinang air mata.

"Gak tau diri!" Ujar seorang wanita sambil keluar dari dalam rumah dan berlalu pergi.

Perkataan wanita itu membuat Mae semakin menitikkan air matanya.

Tangis Mae tumpah saat Didi membawa dirinya kedalam pelukannya. Suara tangis Mae menyayat hati Didi, ini pertama kalinya Mae terlihat serapuh ini sampai membuat Didi ikut menitikkan air matanya.

"Sudah nak." Ucap Didi sambil mengusap rambut Mae, bukannya berhenti Mae malah semakin memecahkan tangisnya dan membuat Didi semakin mengeratkan pelukannya.

"Kenapa, Pa?" Tanya Mae dengan suara yang terdengar gemetar, Mae terus mengulang kata kenapa dan papanya menggeleng sambil terus mengusap kepala Mae yang berada didadanya.

Mae mendongak menatap wajah papanya ia kemudian melepas pelukannya setelah di rasa sudah terlalu lama menangis sambil berdiri. Didi melepaskan pelukannya lalu menghapus sisa-sisa air mata di pipi Mae menggunakan tangannya, Didi lalu tersenyum ke arah Mae sambil menggiring anaknya kedalam rumah.

🕊️🕊️🕊️

"Ayah!" Segaf berteriak memanggil ayahnya sambil mengecek beberapa ruangan.

"Ayah di dapur!" Ujar Rama balas berteriak.

Segaf berjalan kearah dapur dan mendapati ayahnya menggunakan apront tengah membuat omelette.

"Ayah ngapain masak?" Tanya Segaf sambil mengambil susu dalam kulkas.

"Kalau Ayah gak masak kita mau makan apa?" Balas Rama sambil memecahkan telur.

"Bu Risa?" Tanyanya heran "Pulang kampung" Rama menjawab sambil mengiris daun bawang.

"Heh! Kok gk tanya aku kalau mau pulang kampung?"

"Lah emang kamu siapanya?" Ucap Rama enteng, Segaf mendesis sambil menatap sinis ayahnya.

"Sini bantuin ayah!" Segaf mendengus tapi tetap melangkah mendekati ayahnya.

"Ngapain nih?" Tanya Segaf ketika melihat banyak bahan makanan di atas meja.

"Liatin ayah aja, biar sekalian kamu belajar masak" Rama mulai memasukkan omelette kedalam wajan yang berisi minyak panas.

"Itu kebanyakan minyaknya, Ayah" Segaf mendelik pada Rama "Gak apa, biar makin enak" Sahut Rama.

"Itu api kompornya kebesaran, Yah"

"Gak apa biar cepat masak"

"Itu omelettenya di balik oy gosong"

"Itu gak gosong Segaf"

"Ayah itu omelettenya udah mau gosong"

"Kamu ribut, sini bantuin Ayah"

"Astagfirullah Ayah itu omelettenya udah gosong!!" Segaf memekik membuat Rama panik lalu dengan cepat mematikan api kompor.

Segaf menatap nanar omelette yang dibuat Rama, berwarna hitam di bagian bawah karena tidak dibalik.

"Apa dah tuh?" Segaf bertanya hati-hati pada Rama yang terlihat sedih sambil memandang omelette buatannya.

"Kok bisa gosong sih, Gaf ?" Rama memindahkan omelette itu keatas piring "Kan Segaf udah bilang omelette mesti dibalik, Ayah gak percaya sih.".

"Kok kamu malah nyalahin ayah sih?" Rama melirik kesal pada Segaf.

"Astagfirullah, Ayah." Segaf menatap jengah ayahnya yang tidak mau disalahkan.

"Terus ini mesti kita apain?" Rama menunjuk omelette yang terlihat mengenaskan itu "Ya dibuanglah" Jawab Segaf.

"Mubadzir" Ucap Rama tak enak hati.

"Ya terus gimana, siapa emang yang mau makan itu, Ayah?" Rama menggeleng mendengar perkataan Segaf setelah itu berjalan kearah tempat sampah dan membuang omelette.

"Ayo kita bikin lagi, Gaf" Ucap Rama dengan nada bersemangat.

"Enggak!!" Tolak Segaf.

"Kenapa? Ayah udah tau cara masaknya ini." Rama berjalan kearah kulkas untuk mengambil telur.

"Gk usah, Ayah." Rama memandang Segaf yang menolak untuk memasak lagi, seolah mengerti dengan reaksi ayahnya "Mending delivery aja ah." lanjutnya.

"Yakin?" Rama seolah meyakinkan Segaf "Yakin seratus persen." Segaf menjawab dengan mantap.

"Yaudah" kata Rama akhirnya sambil menyimpan kembali telur yang sempat di ambilnya kedalam kulkas lalu berjalan kearah ruang tengah bersama Segaf.

"Mau pesan apa?" Tanya Segaf setelah duduk diatas sofa lembut berwarna cream itu.

"Terserah," Rama menjawab sambil menyalakan TV.

Segaf berdecak kesal mendengar jawaban ayahnya "Ya terserah itu apa?" Tanya Segaf lagi.

"Ya apa aja terserah kamu, samain ajalah." jawab Rama membuat Segaf menghela nafas kasar.

"Oke, terserah Segaf loh, Yah." Segaf lalu membuka hpnya dan memesan makanan, setelahnya ia larut dalam tontonan TV sambil sesekali berbincang pada Ayahnya.

Sekitar tiga belas menit kemudian bel rumah Segaf berbunyi, membuat Segaf dan Rama terkesiap lalu Segaf berjalan ke depan untuk membuka pintu.

"Totalnya seratus lima puluh ribu, Mas."

Segaf menyerahkan selembar uang seratus ribu dan Lima puluh ribu, kemudian kurir itu melenggang pergi.

"Ayo ayo!" Rama berseru semangat membuat Segaf memutar bola matanya, dengan tak sabaran Rama membuka plastik tersebut dan terdiam setelah melihat isinya.

"Kenapa?" Tanya Segaf heran.

"Kok kamu pesan makanan ini sih?" Segaf menautkan alisnya bingung melihat makanan khas Jepang di atas meja. Apa yang salah? Pikirnya.

"Ayahkan gak pengen makan ini"

"ASTAGFIRULLAH AYAH, TADI AYAH SENDIRI YANG BILANG TERSERAH! KENAPA KAYAK ANAK PERAWAN AJA SIH!"

__________________________

Marhaban ya Ramadhan bagi yang menjalankan ibadah puasa :)
Semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik di bulan yang penuh berkah ini, hamasah!!! 💛💛

@Hafsahdhiaf

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang