Bagian 5 | Mimpi buruk

318 28 2
                                    

Jangan lupa Votment guys!!
Happy Reading😊😊

Bunga tidur itu selalu menghantuiku, kamu penyebabnya tapi aku yang merasakan efeknya.

"Dari mana, Gaf?" Tanya Rama pada Segaf yang hendak menaiki anak tangga dengan masih memakai seragam sekolah, padahal jam sudah menunjukkan pukul 19.49 WIB.

"Dari rumah Tante Karin, habis main sama Sarma." Jawab Segaf sambil berjalan ke arah sofa tempat Rama duduk.

"Lain kali kabarin Ayah dulu kalau mau pulang malam." Ujar Rama, tatapan khawatir yang tersirat di mata Rama terlihat jelas oleh Segaf meski pria paruhbaya itu menunjukkan wajah yang nampak tenang.

"Maaf, Yah. Btw Ayah dicariin Tante Karin, disuruh ke sana katanya." Ujar Segaf.

"Dih si Karin gak tau diri emang, malah Ayah yang di suruh ke sana. Harusnya kan dia yang ke sini." Cerca Rama.

Segaf hanya menganggkat bahunya sebagai respon, seteleh itu hanya keheningan yang melanda mereka.

Segaf yang terlarut dengan pikirannya dan Rama yang terlihat serius menonton berita.

Segaf menghela nafas berat, helaan nafas itu bahkan sampai terdengar oleh Rama.

"Kenapa My Boy?" Tanya Rama sambil merangkul bahu Segaf.

"Segaf tadi ketemu Dia, Yah." Jawab Segaf terlihat sedikit lesu.

"Who?" Tanya Rama memastikan, meski kini di benaknya telah terlintas sebuah nama.

"You know, Dad. Orang yang paling gak ingin aku temui di dunia." Jawab Segaf dengan wajar datar.

Rama terdiam dengan jawaban Segaf, tebakannya bahkan tak melenceng.
Rama paham apa yang di rasakan Segaf saat bertemu dengan wanita itu.

"Ayah boleh bertanya lagi?" Izin Rama pada Segaf dengan hati-hati.
Melihat raut wajah Segaf yang terlihat keruh, Rama mencoba bertanya dengan hati-hati.

"Iya." Jawab Segaf sambil menganggukkan kepalanya pelan.

"Dimana kamu ketemu Dia?" Tanya Rama.

"Di sekolah" Jawab Segaf dengan cepat.

Rama menyerngitkan dahinya, tanda ia kebingungan saat ini.

"Kok bisa ada di sekolah kamu?" Tanya Rama.

"Gak tau, Yah. Aku bahkan kaget banget liat dia di sekolah aku." Jawab Segaf.

Rama terdiam, bingung harus merespon apa atas peryataan Segaf.

"Yaudah, kamu bersihin badan kamu aja dulu. Udah sholat Isya kan?" Tanya Rama.

"Iya" Jawab Segaf sambil menganggukkan kepalanya.

Segaf pun beranjak dari duduknya, menaiki anak tangga untuk sampai ke kamarnya.

🕊️🕊️🕊️

"Jangan, Bunda!!" Teriak anak berusia 5 tahun yang sedang meringkuk di bawah lantai.

"Kamu jangan ngebantah!!" Teriak wanita yang mengenakan dress merah darah dengan amarah.

"Ampun, Bunda. Ampun." Rintih anak itu dengan kesakitan saat wanita itu terus saja menghantamnya dengan selang.

"Saya belum puas, kamu masih nakal!!" Bentak wanita tadi.

"Ampun, Bunda. Ampun. Aku janji gak bakal nakal lagi " Kembali terdengar rintihan yang sangat memilukan keluar dari mulut anak tadi.

Hosh
Hosh
Hosh

Segaf terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu saat bunga tidur itu kembali terputar, keringat bahkan mengalir dari pelipisnya serta badannya yang tengah bergetar.

Segaf tak habis pikir, kenapa kenangan buruk itu terus saja datang padanya. Kesalahan apa yang ia perbuat sampai kenangan itu seperti sebuah hukuman untuknya.

Klik..

Segaf menyalakan lampu tidur di atas nakas tepat di samping tempat tidurnya.

Segaf bersandar di kepala ranjang dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, lalu menjambak rambutnya.
Mimpi itu terus terputar dalam ingatannya.
Segaf sangat benci hal ini.

Ia mencoba merilekskan badannya dengan bernafas secara perlahan dan dibuang juga dengan perlahan.
Setelah merasa agak tenang, ia melirik jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 02.28 WIB.

Ia lalu beranjak dari atas kasur menuju kamar mandi dengan menyalakan lampu kamar terlebih dahulu.
Hendak melaksanakan sholat malam yang bisa membuatnya merasa tenang.

Tepat jam 03.00 WIB, Segaf menuju meja belajar yang terlihat rapi dengan rak-rak kecil untuk menyimpan buku.
Ia mulai membuka dan membaca buku paket yang menjadi mata pelajaran pagi nanti di sekolah.

______________________________________

"Gaf!" Panggil Bima saat melihat Segaf hendak menaiki tangga menuju lantai tiga.

Segaf menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya ada apa.

"Tungguin elah." jawab Bima saat sampai di samping Segaf di sertai dengan kekehan tanpa dosanya.

Segaf langsung menjitak kepala Bima sesaat setelah mendengar jawabannya lalu menaiki anak tanga.
Entah ada apa dengan sepupunya itu.

Bima berjalan cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Segaf.

"Kebiasan bat sih, Gaf." Ujar Bima

"Paan?"

"Jitak pala gue."

"Itu biar otak lo berfungsi."

"Otak gue emang udah dari dulu berfungsi keles."

"Gue baru tau sih, Bim."

"Si kampret dasar."

Segaf dan Bima berjalan ke arah kelas mereka yang terletak di ujung koridor lantai tiga.

"Kelas unggulan, tapi letaknya paling ujung, heran." Ujar Bima.

"Lo perasaan bahas itu mulu dari kemarin." Balas Segaf.

"Ya gimana gak coba, capek juga keles ah naik tangga sampai lantai tiga. Trus mesti jalan lagi sampe ujung."
Keluh Bima.

"Yodah sih, nikmatin aja." Sahut Segaf.

Sesaat hendak berbelok masuk ke dalam kelasnya, Segaf mendengar namanya di panggil oleh seseorang.

Ia spontan berhenti saat namanya di panggil

"Assegaf!" Teriak perempuan berambut ekor kuda dengan aksen pita merah.

Segaf mengernyitkan alisnya tanda ia bingung dengan orang ini.

Saat melihat Segaf berhenti, perempuan itu lantas berlari kecil menghampirinya.

Terlihat raut kesal yang kentara dari wajah Bima saat mengetahui perempuan yang memanggil Segaf tadi

"Kenapa?" Tanyanya.
Bukan, bukan Segaf yang bertanya, melainkan Bima yang berdiri tepat di samping Segaf.

"Gue mau minta maaf."

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang