Bagian 14 | Perasaan Mae

165 14 1
                                    

Happy reading guys 💙
Don't forget to vote and comment!!

"Setelah ku pikir berkali-kali, jatuh cinta padamu bukan kesalahan. Kalaupun nanti berujung sakit, itu memang karena hatiku, bukan kamu"

"Segaf!" Mae menyebut nama Segaf saat cowok itu melintas di depannya.

Segaf menghentikan langkahnya, berbalik menghadap Mae yang terlihat terkejut karena tak menyangka Segaf akan berhenti.

"Lo Segaf kan?" Mae mengutuk dirinya, mengapa harus pertanyaan bodoh itu yang keluar.

Segaf mengangguk menjawab pertanyaan Mae.

"Anak Ipa 3 kan ya?" Sudah terlanjur bodoh, mending sekalian saja selanjutnya pertanyaan bodoh.

Segaf sekali lagi mengangguk atas pertanyaan Mae.

Mae terlihat kikuk dengan situasi ini sedangkan Segaf hanya menatap datar Mae yang berdiri didepannya.

"Oy oy" Sofia datang dari arah belakang Mae lalu merangkul gadis itu.

Segaf lalu membalikkan kembali badannya meninggalkan 2 gadis itu yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda.

Kedatangan Sofia membuat semangat Mae lenyap seketika, padahal tadi adalah kesempatan Mae untuk melihat Segaf dari dekat.

Sejak kapan Mae ingin dekat dengan Segaf?

"Kenapa lo?" Tanya Sofia yang melihat perubahan raut wajah Mae.

"Gak apa-apa. Kelas kuy, nanti telat." Ucap Mae lalu membalas rangkulan Sofia dipundaknya.

🌐🌐🌐

"Gaf, tadi gue liat lo ngobrol sama cewek yang lo tabrak waktu itu," Ujar Bima sambil meminum jus alpukatnya.

"Dia yang manggil gue." Jawab Segaf yang sedang memainkan sedotan stainless digelasnya.

"Eh udah kenalan tah?" Tanya Bima menatap Segaf penuh.

"Gue gak pernah kenalan sama dia, gak tau dia tau nama gue dari mana." Jelas Segaf lalu meminum jus apelnya.

"Wah aroma-aroma love nih keknya"

Segaf hanya menatap malas Bima yang tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Lagian gue juga gak tertarik." Ungkap Segaf.

"Awalnya emang gak tertarik, Gaf. Lama-lama lo juga bakal jadi bucinnya"

"Terserah"

Kemudian mereka kembali mengobrol dan sesekali Segaf tertawa pelan akibat cerita konyol Bima.

Segaf tidak menyukai kucing terlebih anak kucing, mendengar anak kucing mengeong saja sudah membuatnya merinding. Segaf tidak menyukai kontak fisik dengan perempuan yang tidak ia kenal kecuali tanpa sengaja, Segaf akan marah jika sesuatu yang ia anggap berharga disepelekan oleh orang, Segaf tidak suka jika ada orang asing yang berbicara dengan nada tinggi padanya, tetapi Segaf suka anak-anak yang memiliki mata bulat besar seperti Sarma.

Sekitar jam setengah empat cuaca sudah tidak terlalu panas, pohon pohon rindang yang berjejer dipinggir lapangan membuat udara semakin sejuk. Segaf dan Bima tidak langsung pulang setelah jam pulang sekolah, melainkan menghadiri kegiatan ekskulnya yaitu futsal.

Mae berjalan ke arah parkiran, ia habis melakukan ekskul PMR yang mengakibatkan ia baru pulang setelah jam menunjukkan angka lima lewat delapan belas.

Langkahnya terhenti di pinggir lapangan, matanya tertuju pada Segaf yang sedang tertawa bersama anak futsal lainnya yang telah selesai latihan.

Mae menelan salivanya perlahan, pemandangan itu membuat pipinya memanas, Segaf terlihat tanpa cela dimatanya. Rambut hitam legam yang sedikit basah karena keringat, hidung yang mancung, kulit bersih yang berkeringat, bibir merah muda yang tak pernah menyentuh rokok dan mata tajam yang menyipit karena tertawa, semuanya terlihat sempurna dengan senja yang ikut menghiasi langit.

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang