Bagian 11| Sayang

216 15 0
                                    

Happy reading sayangku 💛
Jangan lupa untuk vote dan comment!

Tawamu meredakan luka di hatiku, tidak sampai menghapus, tapi kamu penawar yang manjur.

"Pa aku mau jalan-jalan keluar dulu ya" Mae berjalan kearah Didi yang sedang mencomot roti selai nanas sambil membaca koran.

"Mau kemana?" Didi meminum air hangatnya sambil menatap Mae yang telah berdiri di depannya dengan pakaian santainya.

"Keluar aja, pa. Di rumah suntuk." Didi mengangguk mengizinkan Mae disambut senyuman manis oleh gadis itu, ia lantas berjalan keluar rumah tak lupa menyalim tangan ayahnya terlebih dahulu.

"Hati-hati, Mae!" Didi berteriak memperingatkan.

Masih belum terlalu panas, jam dipergelangan tangan Mae menunjukkan pukul 06:22 membuat gadis itu memilih berjalan menuju taman kompleks.
Tak terlalu jauh, taman kompleks terletak di dekat pintu masuk kompleks Ratulangi.

Sesampainya gadis itu di taman, ia menuju gazebo untuk duduk. Angin sepoi-sepoi membelai lembut wajahnya hingga ia memilih untuk memejamkan matanya menikmati semilir angin.

Mae sontak membuka matanya saat merasa ada sesuatu yang menabrak kakinya, ia melihat kebawah dan menemukan mobil-mobilan yang dikendalikan melalui remote, tak lama seorang anak kecil datang menghampiri Mae dan langsung mengambil mobil mainannya "maaf kak" ucapnya lalu berlari pergi.

Mae manatap anak itu yang sudah berlari menuju orang tuanya dengan senyuman kecil.

Tak terlalu banyak orang di taman ini, hanya ada beberapa sepasang suami istri dan anaknya dan beberapa lansia.

"Mae!" Teriak seorang gadis di pinggir taman memanggil namanya, ia lantas berbalik saat mendengar seruan namanya dan mendapati Sofia memakai training dan kaos, terlihat telah selesai joging.

Mae malambaikan tangannya bermaksud memanggil Sofia mendekat dan dituruti oleh Sofia.

"Sendiri aja lo?" Sofia duduk disamping Mae lalu menggerakkan tangannya dengan gerakan seperti mengipas.

"Iya" Sofia sedikit terbahak mendengar jawaban Mae "Ngenes amat,"

"Lo juga sendiri usus koala." Mae menatap sebal Sofia yang duduk disampingnya.

"Dih ngegas amat neng," Mae memutar bola matanya "Betewe lo kenal Segaf gak?" Sofia bertanya sambil menatap Mae.

"Ha yang mana tuh?" Mae mengernyitkan alisnya "Lah lo gak tau?" Mae menggelengkan kepalanya menatap polos Sofia.

"Allahu, yang lo teriakin di kantin, yang kemarin nabrak lo didekat tangga sampe jatoh itu Segaf" Sofia mendelik kearah Mae yang tercengang.

"Betewe, Fi. Kok lo tau gue kemarin jatuh dekat tangga?" Mae menatap Sofia dengan tatapan menyelidik.

"Gue kan jadi salah satu penonton kemarin." Sofia menyengir tanpa dosa kearah Mae.

"Dih kambing jahat amat gak nolongin gue" Mae memberenggut kesal menatap Sofia yang terbahak disampingnya "Enak aja gitu liat lo kemarin jatuh kea orang dungu mana pake muka berharap bakal ditolongin Segaf lagi" Sofia semakin terbahak atas ucapannya.

••••••••••••••••

"Sarmaaaaaaa!" Teriakan itu memenuhi seisi rumah, orang yang namanya diteriakkan hanya tertawa sambil berlari kearah wanita paruhbaya yang sedang membuat brownies di dapur.

"Sarma jangan lari-lari!" ucap Karin memperingati Sarma yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Sarma mengacuhkan perkataan bundanya sambil terus memeluk wanita itu.

Tak lama, Bima datang sambil memasang wajah garangnya pada Sarma yang tengah berlindung pada bundanya.

"Buku kakak mana?" Bima menyodorkan tangannya pada Sarma yang terlihat salah tingkah.

"Gak tau kak," Sarma menjawab dengan nada ragu-ragu.

"Jangan bercanda, itu buku tugas kakak jadi kembaliin sekarang!" Bima terus menatap Sarma dengan tatapan menahan kekesalan.

"Ada apa sih ini, kenapa Bima?" Karin menengahi Bima dan Sarma.

"Buku tugas aku dibawa Sarma gak tau kemana, Bun. Itu buku udah mau aku kumpul besok buat ambil nilai." Bima menjelaskan sambil terus menatap Sarma yang hanya diam menunduk.

"Sarma, dimana buku kak Bima kamu taruh?" Karin menundukkan badannya agar sejajar dengan Sarma.
Sarma menggelengkan kepalanya lalu tak lama kemudian ia menjawab "Tadi malam aku taruh di taman belakang Bunda" mendengar jawaban Sarma, Bima membulatkan matanya "Semalam kan hujan, Sarma!" Bima segara berlari kearah taman dan mendapati bukunya yang terletak di dekat ayunan taman dengan kondisi yang sangat basah, bahkan tulisan didalamnya sudah tak jelas.

"ALLAHU AKBAR, SARMA!!" Bima berteriak mengungkapkan kekesalannya, ingin rasanya ia menangis mengingat bagaimana perjuangannya mengerjakan tugas yang tidak sedikit itu.

Bima berjalan masuk kedalam rumah ingin memberi pelajaran untuk adiknya itu, Sarma yang melihat Bima berjalan kearahnya berdiri ketakutan sambil menundukkan kepalanya.
Sebelum Bima sampai didepan Sarma terdengar orang mengucap salam dari arah ruang tamu lalu muncullah Segaf yang berjalan kearah dapur.

Sarma yang melihat sosok Segaf segara berlari kearahnya dan ditangkap Segaf lalu menggendongnya, Segaf mengusap kepala Sarma yang menyembunyikan wajahnya diceruk leher Segaf.

"Kenapa heum?" Tanya Segaf sambil terus mengusap kepala Sarma. Sarma tak menjawab pertanyaan Segaf dan hanya melingkarkan tangannya di leher Segaf.

Bima yang melihat kejadian didepannya ini hanya menatap Segaf dan Sarma kesal, bagaimana bisa Segaf datang diwaktu yang tidak tepat seperti ini, pikirnya.

Karin hanya tersenyum melihat tingkah anak-anak itu, Karin akan membiarkan Bima menghukum Sarma sesuai dengan kesalahan yang ia buat, tetapi kedatangan Segaf membuat Sarma mendapatkan perlindungan untuk saat ini.

"Kenapa sih Tante?" Tanya Segaf pada Karin yang tengah memanggang kue.

"Ituloh Sarma naro buku tugas Bima ditaman belakang rumah semalam, nah semalamkan hujan, jadinya bukunya basah." Karin menjelaskan.

"Tugas apa, Bim
?" Segaf beralih ke Bima.

"Tugas fisika yang tiga bab ituloh yang bakal diperiksa besok," Bima menjawab dengan lemah.

Segaf menatap miris kearah Bima "Liat punya gue aja nanti" dan dibalas Bima dengan "Ok".

Bima melangkah keruang tengah diikuti Segaf yang masih menggendong Sarma.

Segaf mendudukkan dirinya diatas sofa tepat disamping Bima lalu memperbaiki posisi Sarma yang duduk dipangkuannya.

"Udah dong, kak Bima gak marah lagi kok sama Sarma," ucap Segaf, Sarma tetap tidak mau menatap Bima.

"Gak apa-apa, sayang." ucapan lembut Segaf berhasil membuat Sarma mendongakkan kepalanya menatap Segaf.

"Ayo sekarang minta maaf sama kak Bima." perintah Segaf yang langsung dituruti oleh Sarma.

"Kak Bima, Sarma minta maaf." Sarma menjulurkan tangannya didepan Bima dengan posisi masih dipangkuan Segaf.

Bima menyambut uluran tangan Sarma "Minta maaf kenapa?" Tanya Bima sambil tetap memegang tangan Sarma.

"Minta maaf karena sudah buat buku kak Bima rusak gara-gara Sarma." anak berumur tiga setengah tahun itu menjawab dengan polosnya dan berhasil membuat Bima tersenyum lalu mengacak pelan rambut adiknya itu.

"Sini peluk sama sayang kak Bima dulu." Bima merentangkan tangannya lalu Sarma memeluk Bima lalu mencium pipinya sambil tetap diatas pangkuan Segaf, Segaf berdehem melihat adegan kakak-adek itu didepannya.

"Kak Segaf gak disayang juga?" Segaf menatap Sarma sambil menaikkan alisnya.

Refleks Sarma melepas pelukannya pada Bima beralih memeluk Segaf dan mencium pipinya beberapa kali, Segaf lalu tertawa dan balas mencium pipi Sarma yang merona.

Ig: @hafsahdhiaf

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang