Bagian 21 | Emosional

234 20 36
                                    

Happy reading!!

"Aku butuh kamu"
-Assegaf-

"Jadi lo yang dari kemarin-kemarin kirim surat ke gue?"

Tubuh di depannya menegang, tidak ada pergerakan semenjak Segaf membuka suara.

"Apa maksud lo kirim-kirim surat kayak gitu?" Nada dingin itu menambah kesan tegang dalam kelas. "Gue bukan artis." Tambah Segaf.

"Sekarang surat apa lagi yang lo masukin di laci gue?" Segaf berjalan mendekati mejanya, maraba lacinya dan menemukan surat dengan pita berwarna merah.

"Konyol banget," ucapnya menatap surat itu sambil tersenyum miring.

Tangannya bergerak membuka surat itu dengan cepat, melepas pita yang melekat lalu membuangnya sembarangan.

Dear Assegaf.
Matamu meneduhkan, meski ku tau bahwa ada luka yang berusaha kau sembunyikan.
Duniamu terlihat gelap, mungkin itu yang terkadang membuatmu kalap.
Dirimu tak tersentuh, padahal sudah berulang kali aku meluruh.
Lalu seorang gadis datang bagai putri dari kayangan, secara perlahan membuat diriku merasa kehilangan.
Senyum, tawa dan bahkan pelukan secara rela kau persembahkan.
Tidak sama dengan diriku, yang berulang kali kau acuhkan.

Salam hangat,
M.N

"Kita cuma beberapa kali ketemu, dan lo segampang itu jatuh cinta." Segaf menatap datar perempuan di depannya.

"Hati gak ada yang tau, Gaf." Balas perempuan itu dengan lirih.

"Surat konyol kayak gini gak bisa buat gue tertarik," surat itu diremas Segaf lalu membuangnya ke tempat sampah di dekat pintu.

"Lalu apa yang bisa buat lo tertarik?!" Suara perempuan itu naik beberapa oktaf. Namun, Segaf tak terkejut sama sekali.

"Surat gue lo bilang konyol!"

"Gue deketin lo tapi lo selalu menghindar!"

"Gue cari tau tentang lo, tapi lo gak pernah peduli!"

Kilatan emosi terpancar di mata perempuan itu.

"GUE GAK SENGAJA NYENTUH LO TAPI RESPON LO BERLEBIHAN, SEOLAH GUE HAMA YANG GAK PANTAS BUAT DEKET SAMA LO!" Suara itu terdengar lantang karena kondisi kelas yang sepi.

"Karena lo emang gak pantas nyentuh gue,"

"Lo pikir, lo siapa?"

Ada jeda sejenak dari kalimat Segaf.

"Lo gak punya hak buat nyentuh gue, lo gak punya hak buat cari tau tentang gue, lo gak punya hak buat dekat sama gue, dan lo gak boleh buat punya perasaan ke gue!" Segaf seolah melakukan penekanan pada setiap kata yang ia lontarkan.

"Gue cuma tau nama lo, Mae. Terus apa yang lo harapkan dari gue? Lo sering ngikutin gue, berusaha lakukan kontak fisik ke gue, bahkan caper dengan cara yang norak!" Tidak ada bentakan, tapi siapapun tau bahwa nada suara itu tersirat akan rasa terusik yang amat sangat.

"Lo terlalu berlebihan, Gaf. Gue cuma megang tangan lo, gue cari tau tentang lo karena gue pengen kita dekat, gue caper karena cuma itu yang bisa gue lakuin!" Maelie Nadezhda, perempuan itu mengeluarkan segala unek-uneknya pada laki-laki yang disukainya.

"Lo bertindak seolah lo gak punya harga diri," pelan namun menusuk tepat di hati Mae.

"LEBIH GAK PUNYA HARGA DIRI MANA SAMA CEWEK YANG MELUK LO DI KORIDOR, CEWEK MANJA YANG BERGANTUNG SAMA LO, HA?!" Mae berucap dengan menggebu-gebu.

BRRAAKKK!!

Segaf menendang meja di dekatnya, wajahnya memerah sarat akan amarah, rahangnya mengeras dan tangannya terkepal.

Dengan cepat ia melangakah mendekati Mae, mencengkram kerah baju cewek itu.

"LO GAK PUNYA HAK BUAT NGATAIN AUBREE KAYAK GITU, LO GAK AKAN PERNAH SAMA BUAT SETARA DENGAN POSISI AUBREE!" Segaf berteriak, melampiaskan emosinya pada Mae yang kini menangis ketakutan. Tidak peduli, Segaf kembali melanjutkan.

"LO GAK TAU BETAPA TERSIKSANYA GUE KALAU LO SENTUH SECARA SENGAJA MAUPUN ENGGAK, LO GAK PERNAH TAU BETAPA SENGSARANYA GUE SETIAP DIDEKETIN SAMA LO, LO GAK AKAN PERNAH TAU BETAPA TERSIKSANYA GUE! LO GAK AKAN PERNAH TAU, BRENGSEK!" Tak peduli dengan lawan bicaranya perempuan atau laki-laki, Segaf tetap mencengkram erat kerah seragam Mae. Tak peduli bahwa Mae sudah menangis ketakutan bahkan bergetar.

"Astagfirullah, Segaf udah, Gaf." Bima yang datang langsung melepas cengkraman Segaf pada Mae.

"Kita pulang!" Tanpa memperdulikan Mae, Bima menggiring Segaf keluar kelas.

🥀🥀

Beruntung Bima membawa mobil hari ini, dan Segaf yang memang berangkat dengannya hingga cowok itu tidak membawa kendaraan apapun.

"Aubree udah pulang?" Segaf memecah keheningan. Anggukan dari Bima menjawab pertanyaan Segaf.

"Gue mau ke rumah dia dulu."

Dan di sinilah Segaf sekarang, di depan rumah Aubree tanpa melakukan apapun. Bima tidak ikut, dia harus menjemput bundanya dan Sarma di rumah teman bundanya.

Menghela napas, Segaf mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tak lama, gadis dengan celana pendek selutut dan kaos abu-abu membuka pintu. Aubree.

Mata Segaf memancarkan sesuatu yang sangat Aubree paham maknanya. Setelah menyuruh Segaf masuk, tanpa aba-aba Aubree memeluknya.

Segaf terisak pelan, mencoba menahan sekuatnya. Tapi di depan Aubree Segaf tidak perlu menahan apapun yang Segaf rasakan saat ini.

Elusan lembut di surai hitam oleh Aubree selalu membuat Segaf merasa diperhatikan.
Dengan beberapa kata menenangkan yang keluar dari mulut gadis itu mampu membuat Segaf hanya berpusat kepadanya.

Bagaimana bisa Mae selancang itu mengatai Aubree padahal hanya gadis itulah yang bisa menenangkannya pada saat seperti ini.

Aubree tidak bertanya apa yang terjadi pada cowok di pelukannya, biarlah Segaf yang memulai semuanya. Tugasnya hanya menenangkan cowok itu, Aubree tidak sanggup melihat kerapuhan dan luka dari manik mata milik Segaf.

Segaf yang nyatanya tidak pernah baik-baik saja.

"I'm here."

Dan Segaf memang datang di orang yang tepat.

"Bantu aku buat lewatin semua ini, bantu aku buat terlihat baik-baik saja, bantu aku buat bangkit dari jatuh. Aku butuh kamu." dengan suara lirih Segaf berkata, Aubree mengangguk. Apapun untuk Segafnya.

Kembali lagi heheh.
Part ini saya buat khusus untuk @messywit
Semoga suka ya Id.
Semoga masih ingat ceritanya.
Bahagia selalu ya semuanya.
Stay safe.

Salam
@hafsahdhiaf
💙

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang