Bagian 13 | Musibah

187 16 7
                                    

Happy reading guys 💙
Don't forget to vote and comment!

"Tidak ada yang tau kedepannya akan seperti apa kecuali Tuhan, maka jangan melakukan sesuatu yang bisa membuat Tuhan mengubah jalan baikmu"

"Apa sih ah" Segaf menoleh kesal pada bima yang baru saja menoyor kepalanya dari belakang.

"Kok lo gak nelpon gue sih kalau udah pergi, gue jadi terlambat tadi gara-gara tungguin lo." Cecar Bima menatap kesal Segaf yang berjalan disampingnya.

"Kek gak pernah terlambat aja" Ujar Segaf santai.

"Si Bambang, gitu juga gue malu"

"Biasa juga gak punya malu"

Plak!

Bima memukul keras belakang Segaf lalu kemudian berlari menghindari Segaf yang terlihat kesal.

Segaf berlari menyusul Bima yang mengarah ke parkiran, Bima terlihat terburu-buru mengambil sepedanya lalu menaiki dengan gaya yang belum siap hingga hampir terjatuh. Segaf juga segera mengambil sepedanya kemudian mengayuhnya mengejar Bima.

"Bima kampret, awas lo ya!" Segaf berteriak dari arah belakang Bima.

"Ampun woy ampun, tadi itu refleks, Gaf." Bima semakin mengayuh kencang sepedanya ketika Segaf hampir berhasil sejajar dengannya.

"Qifa awas dek!" Bima berteriak memperingati anak berusia 4 tahun yang akan menyebrang.

"Tante Lina, awas Tante!" Bima kembali meneriaki seorang wanita berusia empat puluhan yang baru saja keluar dari rumah.

"Bima jangan kencang-kencang bawa sepedanya!" Tante Lina kembali meneriaki Bima.

"Segaf Astagfirullah!" Tante Lina kembali kaget saat Segaf ikut menyusul Bima melajukan sepedanya.

"Maaf Tante!" Balas Segaf sambil melihat ke arah belakang sebentar.

Segaf tak lagi melihat Bima di depannya. Ia menghentikan sepedanya di depan penjual bubur ayam.

"Cepat banget si Bima" Gumam Segaf sambil melihat keseliling.

"Mang Akbar lihat Bima gak, Bang?" Tanya Segaf pada Mang Akbar, penjual bubur ayam di komplek perumahan Segaf dan Bima.

"Tadi sih terus, Gaf. Sempat sapa Mamang juga, tapi itu dianya bawa sepedanya kayak yang dikejar warga" Balas mang Akbar.

"Yaudah makasih ya, Mang"

"Sama-sama dek"

"Besok aja ya Mang Segaf beli buburnya, soalnya sekarang lagi gerah banget. Belum mandi abis latihan," ucap Segaf sambil mengipas wajahnya dengan tangan.

"Siap, Gaf. Yang kayak biasa kan? Yang banyak kecapnya" Balas Mang Akbar.

"Okelah" Ucap Segaf lalu tertawa.

"Permisi Mang, duluan ya." Pamit Segaf pada penjual bubur yang berusia hampir berusia lima puluh tahun itu.

"Hati-hati, Gaf." Kata Mang Akbar yang dibalas anggukan oleh Segaf.

Segaf kembali melajukan sepeda, kali ini dengan santai, tidak kencang seperti tadi. Ia juga tidak berniat mencari Bima "Mungkin udah sampe rumah" Pikir Segaf.

Rumah Segaf dan Bima terletak di kompleks perumahan yang sama, hanya saja rumah Segaf berada di Blok C dan rumah Bima di Blok F, sedangkan sekarang Segaf masih berada di Blok A.

"Segaf!" Panggil seorang perempuan cantik yang sedang kuliah semester akhir.

"Kenapa, Mbak?" Tanya Segaf ketika berhenti di depan perempuan itu.

AssegafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang