Hari ini adalah hari terakhir MOS untuk siswa kelas X di SMA Taruna. Tapi mereka sedih ketika harus berpisah dengan teman satu regu mereka yang sudah cukup akrab.
Disini teman satu regu berbeda dengan teman satu kelas mereka untuk 3 tahun. Jadi banyak siswa yang sedih karena itu.
"Ayo adek-adek segera menuju lapangan untuk upacara penutupan MOS. Oh iya jangan lupa atribut dipakai." Kak Riska pendamping regu 2 selama masa orientasi sekolah ini memberi pengumuman di depan kelas.
"Ayo Nat nanti keburu kena hukuman." Hara segera memakai atributnya dengan tergesa-gesa.
"Iya iya ayo." ajak Natasya segera
"Eh Nat, tunggu bentar!" Gery memanggil Natasya saat akan melangkah pergi meninggalkan bangkunya.
Natasya menoleh cepat dan menautkan alis nya pertanda bingung.
"Itu di pipi lo ada apa?" ucap Gery sambil menunjuk pipi Natasya. Dia segera mengambil HP nya di saku untuk melihat ada apa dengan pipinya.
"Esem mu (senyum mu)," Ah ternyata Gery menggombal.
"Senyum lo manis." ujar nya dengan senyuman khas nya dan siapapun yang melihatnya akan terpesona.
"Cie ciee Natasya." teriak semua siswa yang berada di kelas.
"Tembak Ger tembak." ucap Mika teman sebangku Gery.
Ada semburat merah di pipi Natasya. Dia sangat malu melihat semua temannya menggoda dia dan Gery.
Bahkan Hara juga ikut menggodanya, menyebalkan."Apaan sih. Ayo Ra!" Dia segera menarik Hara menuju lapangan yang sudah dipenuhi siswa kelas X.
Upacara penutupan MOS terasa sangat lama bagi Natasya, karena dia masih merasa malu memikirkan kejadian tadi dan ingin segera pulang ke rumah.
"Silahkan pulang dan hati-hati di jalan semua." ucap ketua osis di atas podium.
Semua murid segera berhamburan menuju kelas masing masing dan segera pulang.
"Nat tunggu bentar!" Gery berteriak saat Natasya sudah berjalan keluar kelas.
Natasya tak peduli dan segera mempercepat langkahnya.
Gery segera menghadang jalan Natasya di depan kelas. "Lo apa-apaan sih," sangat menyebalkan.
"Gue pengen foto berdua sama lo, siapa tau gue nggak satu kelas lagi sama lo, hehe." ucap Gery sambil terkekeh.
"Ishh," Natasya mendesah pelan. Ah seandai nya Hara disini, dia pasti bisa meminta bantuan pada temannya itu.
"Ayolah Nat, ya? Ya?" bujuk Gery
"Lo diam tanda nya iya," Gery segera memanggil Mika untuk mengambilkan gambarnya dengan Natasya.
"Senyum dong Nat, lo aslinya cantik tau nggak kalo senyum." jujur saja jantung Natasya sudah tak karuan sedari tadi, tapi dia mencoba biasa biasa aja.
"Bacot!" Natasya segera tersenyum kecil dan ingin segera mengakhiri ini semua karena ini tak sehat untuk jantungnya.
Gery tertawa pelan melihat Natasya marah menurutnya itu sangat menggemaskan.
Mika segera mengambil gambar mereka berdua, dan tak sedikit yang menggoda mereka di depan kelas."Makasih Nat buat kenang kenangan nya."
"Hm," Natasya menjawab singkat dan segera berjalan meninggalkan teman-temannya yang masih menggodanya di depan kelas.
***
"Natasya cantik ya sebenarnya tapi cuek banget parah." Mika berjalan disamping Gery menuju parkiran motor.
"Iya, makanya gue tertarik gitu sama dia,"
"Tapi kayaknya Natasya tuh nggak cuek menurut gue, soalnya gue pernah liat dia ketawa lepas banget waktu itu sama si Hara." Mika berbicara sok serius.
"Iya sih, menurut gue juga gitu. Makanya gue pengen buat dia nggak cuekin gue lagi, dengan cara ya deketin dia gitu," jelas Gery panjang lebar.
"Lo mau mainin dia? Kayak cewek-cewek yang pernah lo deketin dulu?"
Mika menjadi teman Gery sejak mereka masih berumur 7 tahun. Karena orangtua mereka bersahabat jadi mau tidak mau suka tidak suka, mereka dekat dan Mika sudah tau sifat Gery yang suka main main dengan banyak cewek.
"Tergantung," jawab Gery dengan kekehan
"Maksut lo?"
"Nggak, udahlah gue mau balik," tanpa mendengar jawaban Mika ia melenggang pergi menuju parkiran.
"Nyet tungguin gue elah."
Sampai rumah Natasya segera berganti pakaian kemudian turun ke ruang makan untuk makan siang karena perutnya sedari tadi sudah berteriak minta diisi.
"Ma, Bang Zen belum balik?" Natasya bertanya pada sang Mama (Mona) yang sedang memasak di dapur.
"Ya kalau nggak ada di rumah ya belum pulang, Nat."
"Buset, kalem Ma kalem. Lagi PMS ya?" tanya Natasya heran. Memang Mona itu terkadang cuek tapi juga kadang enak diajak bercanda. Mama nya kayak ABG labil.
"Assalamualaikum," teriak Zen yang baru pulang dari kampus.
Jika Zen di rumah maka rumah tersebut tidak akan sepi karena ia selalu ribut dengan kedua adiknya. Yang terkadang membuat Mona bertanya tanya. Mengapa hanya fisik Zen yang terlihat dewasa tapi tidak dengan kelakuannya?
"Waalaikumsalam, baru pulang lo Bang?"
"Udah tau pakek nanya lagi, ogeb lo!" ejek Zen pada Adik perempuannya itu.
Natasya melotot tak terima. "Basa basi doang Bang."
Mona segera melerai kedua anaknya itu agar tidak ada perang dunia. Ia mengajak mereka untuk makan siang bersama.
Selesai makan siang Zen bermain game online di handphone nya sambil tiduran di sofa ruang keluarga.
"Winner winner chicken dinner," teriak Zen tiba-tiba.
Natasya yang sedang berjalan melewati Zen memandang risih.
"Apasih lo Bang, berisik!"
"Mulut mulut gue napa lo yang repot ha?"
"Inget umur, udah kuliah juga."
"Bodo, udah pergi sana lo ganggu aja."
Natasya berniat pergi tapi sebuah ide muncul dikepalanya. Ia mendekati Zen dan menekan tombol kembali di handphone Zen.
"Adek durhaka lo!!" maki Zen pada adik perempuannya.
Natasya tertawa keras dan segera berlari menuju kamarnya di lantai dua.
***
Ini karya pertama saya:)
Mohon dukungannya teman teman, jangan lupa vote dan komennya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE GIRL [END]
Teen Fiction^o^Follow dulu sebelum baca^o^ [COMPLETED] Natasya Shafira. Cewek absurd, cewek jadi-jadian, banyak tingkah, aneh, mungkin sebagian orang akan mengira dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa jika ia sedang kumat. Tapi terkadang ia juga galak...