Dengan tergesa-gesa seorang gadis dengan seragam SMA itu menuruni tangga rumahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 lima belas menit lagi bel masuk sekolah berbunyi.
Secepat kilat, ia menyambar roti yang sudah di isi selai cokelat dan susu cokelat kesukaannya di meja makan.
"Ghina, makannya santai aja bisa nggak?" tanya Natasya galak melihat anak gadisnya makan seperti kesetanan.
Gadis itu segera menelan roti terakhirnya. "Nggak sempat, Ma!"
"Makanya, kalau malam tuh tidur jangan asik nonton anime mulu. Jadi kesiangan gini kan. Contoh tuh Abang kamu udah berangkat dari tadi."
"Lagian Ghani nggak mau bangunin aku, kan jadi kesiangan."
"Ghani Ghani itu Abang kamu tau."
"Halah selisih 5 menit doang, Ma. Udah ah aku berangkat dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Natasya menggeleng-gelengkan kepalanya heran, anak gadisnya itu menurun dari siapa hingga sifatnya menjadi seperti itu.
"Anak kamu si Ghina tuh nurun siapa sih sifatnya kayak gitu?" tanya Natasya kepada suaminya yang baru keluar dari kamar mandi.
Mendengar pertanyaan istrinya, Fero menimpuk kepala istrinya dengan handuk kecil.
"Kamu dari dulu nggak sadar diri ya?"
Natasya berkacak pinggang. "Sadar lah aku kan manusia."
"Bukan itu, kalau itu mah semua orang di dunia juga tau," ujar Fero menahan kesal sambil mengelus rambut istrinya.
Pasalnya, Natasya dari dulu tidak sadar diri kenapa anak gadisnya yang bernama Ghina berperilaku kasar, galak, dan tomboi. Padahal, kalau di ingat-ingat masa muda Natasya kan persis seperti Ghina, iya kan?
Terus kenapa Natasya sendiri belum sadar sampai Ghina sebesar sekarang?
"Terus aku harus sadar tentang apa, sayang?"
Fero mengibaskan tangannya. "Auk ah, nggak usah dibahas. Yuk sarapan aja."
Akhirnya Natasya mengalah, berjalan ke meja makan untuk sarapan bersama suami tercinta.
"Kamu nggak ada pasien pagi ini?" tanya Natasya di sela-sela sarapannya. Karena tumben sekali Fero tidak tergesa-gesa saat sarapan pagi.
Fero menggeleng lantas melanjutkan sarapannya. Natasya mendengus kesal. "Masih aja cuek sama istri sendiri."
Mendengar perkataan istrinya membuat Fero langsung menatap lurus ke depan memandang istri cantiknya dengan lembut. "Nggak ada, sayang."
Pipi Natasya merah merona mendengar kata 'sayang' keluar dari bibir suaminya. Pasalnya, hampir 17 tahun pernikahan mereka, bisa dihitung jari Fero memanggil Natasya dengan embel-embel sayang.
"Ih apaan sih jangan bikin baper anak orang deh," ujar Natasya malu sambil memegang kedua pipinya.
Laki-laki itu menatap Natasya heran. "Kamu kan udah jadi istri aku, lupa?"
"Oh iya!" Natasya menepuk dahinya keras.
"Padahal sebentar lagi hari ulang tahun pernikahan kita yang ke-17," jelas Fero. Jangan heran kenapa laki-laki itu masih ingat, karena di keluarga ini peran suami dan istri terkadang berkebalikan.
Fero sangat telaten, suka bersih-bersih, dan sangat teliti. Khas sekali dengan peran istri di dalam sebuah keluarga. Sedangkan Natasya suka membuat rusuh, sering bangun kesiangan alhasil Fero yang memasak untuk sarapan, dan sering menyetir mobil jika sedang pergi bersama keluarga, karena wanita itu suka menyetir mobil. Khas sekali dengan peran suami di dalam sebuah keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE GIRL [END]
Teen Fiction^o^Follow dulu sebelum baca^o^ [COMPLETED] Natasya Shafira. Cewek absurd, cewek jadi-jadian, banyak tingkah, aneh, mungkin sebagian orang akan mengira dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa jika ia sedang kumat. Tapi terkadang ia juga galak...