Dua sejoli itu memasuki pekarangan rumah yang terlihat asri dan terawat. Ada bermacam pepohonan disana juga bunga-bunga di dalam pot yang tertata rapi di teras, bahkan juga digantung di dahan pohon.
"Makasih," ucap cewek berambut acak-acakan itu saat turun dari motor. Maklum, dia tidak memakai helm karena rencana awalnya ia pulang sekolah naik angkot, lagian jarak antara sekolah dan rumahnya cukup dekat.
"Hmm." Cowok berhelm full face itu menjawab dengan gumaman.
"Oi! Pulang juga lo? Kirain di culik om-om."
Seorang cowok keluar dari rumah itu dengan rambut basah, seperti selesai mandi.
"Iya nih diculik tapi dibalikin lagi," jawab cewek itu sekenanya.
"Ngapain di balikin dah? Ambil aja ambil." Dasar Abang tidak berperikeadikan.
"Ngrepotin dia, Bang." Cowok itu turun dari motornya hendak menyalami Abang dari cewek yang ia angkut tadi.
Cowok berambut basah itu tertawa ngakak.
Cewek yang sedari tadi digosipin oleh dua lelaki kampret itu menatap Abangnya aneh.
"Selera humornya sampah banget dah," batin cewek itu.
Ngaca oi!
"Btw, kenalin gue Zen, Abangnya cewek ini nih, sebenarnya nggak gue anggap adek sih dia tapi ya kasihan aja siapa lagi coba yang mau punya adek kek dia," jelas Zen sambil menunjuk Natasya yang wajahnya sudah merah padam menahan emosi.
Fero hanya tersenyum tipis menanggapi. "Gue Fero, Bang."
"Temennya Natasya?"
Fero menggeleng singkat.
"Jadi lo nggak anggap gue temen hah?!" bentak cewek itu emosi.
"Emang kita temenan?" tanyanya polos.
"Ya kan kita sekelas, bego. Ya temen lah."
"Emang kalo sekelas pasti jadi teman?"
Natasya mendekati Fero, lalu memegang tangan kanan cowok itu dan ia menjabatkannya dengan tangan kanannya sendiri.
"Sekarang kita teman! Puas lo?"
Fero hanya menjawab dengan dehaman kecil, dasar.
"Udah-udah malah jadi ribut lo pada. Solat maghrib sana!" lerai Zen.
"Fer, lo pulang apa solat disini sekalian?" tanya Zen pada cowok berjaket hitam itu.
"Pu–"
"Solat sini! Dan Abang harus obatin tuh memar di pipi Fero setelah solat," potong Natasya segera.
"Kok gue sih?" Zen tak terima.
"Karena udah bikin kesel gue, perintah ini tidak bisa diganggu gugat, bye!"
Natasya segera berjalan memasuki rumah dengan wajah bersungut-sungut.
***
"Woi, Nat!" teriak Zen saat Adiknya menuruni tangga.
Natasya menatap malas.
"Kompres Fero nih, ogah gue," ujar Zen.
Natasya tak menjawab malah melenggang pergi ke dapur.
"Nat! Ogah gue, lo kira gue homo!" seru Zen sambil mengikuti cewek itu ke dapur.
"Emang cowok sembuhin cowok itu homo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE GIRL [END]
Teen Fiction^o^Follow dulu sebelum baca^o^ [COMPLETED] Natasya Shafira. Cewek absurd, cewek jadi-jadian, banyak tingkah, aneh, mungkin sebagian orang akan mengira dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa jika ia sedang kumat. Tapi terkadang ia juga galak...