"Lo mau nggak nemenin gue beli kado buat kakak gue?"
"H—ah?"
"Lo mau nggak nemenin beli kado buat kakak gue? Soalnya dia nagih terus minta kado," jelas Fero lagi.
Wah, dia tidak peka atau bagaimana?
"Hah?" Otak Natasya masih kelu karena halunya yang terlalu tinggi dan ternyata tak seperti yang diharapkan.
"Woi!" teriak cowok itu tepat di telinga Natasya, membuat cewek itu kaget.
"Apa sih lo? Kok lo jadi aneh gini?" tanya Natasya sambil melotot.
"Telinga lo masih berfungsi kan?" Fero menjewer telinga sebelah kanan Natasya.
"Bangke! Sakit tau!"
"Lagian juga, lo mau nggak?"
"Mau-mau aja sih, siapa sih yang nggak mau kalau diajak jalan sama lo."
Fero memutar bola matanya malas.
"Modus kan lo sebenarnya mau ngajakin gue jalan tapi bingung ngomongnya, terus lo pakai alasan beliin kado kakak lo. Ya kan? Ya kan?"
Tau aja sih lo sebenarnya pengen ngajakin lo jalan.
"Halu jangan ketinggian mbak, jatoh ntar." Fero menoyor kepala gadis itu pelan.
"Kasar ya lo sekarang," ujar Natasya kesal sambil merapikan rambutnya yang berantakan.
Fero mencibik. "Bodo, nanti gue jemput jam 7 malam."
"Siap sayangkuuu," jawab Natasya sambil tersenyum manis
"Geli."
🐽🐽🐽
Pukul 6.50 Natasya sudah siap di ruang tamu, ia memainkan ponsel sembari menunggu Fero datang.
"Ceileehh, mau kemana lo? Tumben malam minggu dandan," goda Zen saat melihat sang Adik duduk cantik di sofa.
"Jomblo diem aja."
"Mau gue jahit tu mulut, heh?!"
Apa salahnya jomblo sih? Gini gini gue jomblo terhormat
"Berisik banget sih, Bang? Kayak cewek aja," ujar Natasya kesal.
"Lo nggak tau dulunya gue cewek?"
"Iyuuuhh."
"Ada apa sih ribut banget. Loh Natasya mau kemana?" tanya Afran–Papa Natasya.
"Mau jalan sama temen, Pa. Tadi udah bilang Mama kok."
Natasya memang lebih dekat dengan Mona karena Afran bekerja di luar kota dan pulang hanya seminggu sekali bahkan satu bulan sekali, jadi hubungan antara anak perempuan dan Papa itu sedikit renggang.
"Teman apa teman?" goda Afran, kemudian duduk di sofa tepat di depan Natasya.
"Pacar tuh, Pa. Papa nggak di rumah, Natasya berani bawa pacarnya ke rumah," adu Zen. Bilang saja iri.
"Sembarangan banget sih ngomongnya!" Natasya mendekati Zen yang duduk agak jauh darinya dan mencubit pinggang cowok itu.
Zen meringis. "Jadi cewek jangan bar-bar kenapa sih? Pa, waktu Mama hamil Natasya nyidam apaan sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRANGE GIRL [END]
Teen Fiction^o^Follow dulu sebelum baca^o^ [COMPLETED] Natasya Shafira. Cewek absurd, cewek jadi-jadian, banyak tingkah, aneh, mungkin sebagian orang akan mengira dia orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa jika ia sedang kumat. Tapi terkadang ia juga galak...