{2} Keluarga

831 52 63
                                    

"Ketika keluarga menjadi alasan dibalik kita mengeluarkan air mata. Percayalah rasa sakitnya sangat terasa."

~Agatha~

Suara kicauan burung dan cahaya matahari mampu membuat seorang cewek terbangun dari mimpi indahnya.

Agatha berjalan ke kamar mandi setelah merapikan tempat tidurnya sebentar. Tak butuh waktu lama cewek itu sudah rapi dengan seragam kebanggannya.

Agatha menuruni tangga untuk memulai sarapan. Jika di rumah teman-temannya yang lain, pagi seperti ini suasana rumah sangat berisik dan wangi akan masakan, berbeda dengan rumahnya.

Sepi

Satu kata yang menggambarkan keadaan rumah. Hati Agatha mencelos melihat orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan tanpa memperdulikan keadaan anakanya.

Agatha segera mengambil roti di kulkas lalu memakannya. Selang lima menit Agatha selesai dan langsung keluar rumah.

Walaupun Agatha mempunyai mobil tapi dia memilih untuk jalan kaki. Alasannya karena jarak antara sekolah dan rumah tidak terlalu jauh.

Cewek itu berjalan di koridor yang sepi karena belum terlalu banyak siswa yang berangkat.

Saat sampai dikelas Agatha melihat Alfin sedang duduk dikursinya sambil bermain ponsel.

"Ngapain lo ke kelas gue?" tanya Agatha ketus.

Alfin yang menyadari kehadiran Agatha terkekeh pelan. Lalu cowok itu beranjak dari posisi duduknya.

"Lo nggak mau bilang makasih sama gue soal kemarin?"

Agatha memutar bola matanya malas. Cowok di depannya ini sudah membuat moodnya tambah buruk.

"Jadi lo nggak ikhlas bantuin gue?" Agatha tersenyum miring. Cewek itu segera mengambil uang di tasnya, meletakkannya di atas meja.

"Ambil! Terus pergi dari kelas gue!"

Alfin terkekeh pelan. "Gue cuma mau lo bilang makasih apa susahnya? Kemarin gue ikhlas bantuin lo," ucap Alfin lalu melenggang pergi dari kelas Agatha.

Sedangkan Agatha yang melihat kepergian cowok itu menjadi merasa bersalah. Seharusnya ia tidak bersikap seperti itu pada Alfin, mengingat kemarin cowok itu telah membantunya.

Agatha menghela nafas kasar, mungkin nanti ia akan meminta maaf pada Alfin.

"Pagi Tha," sapa Febby yang baru saja datang dengan Devi di belakangnya.

"Pagi juga, kok baru dateng?" tanya Agatha karena biasanya cewek itu paling awal kalau berangkat sekolah.

"Tuh gara-gara Febby dandannya lama banget. Udah kayak mau kondangan aja," gerutu Devi kesal sendiri.

"Kok gue sih? Lo aja yang datengnya pagi banget, kan gue belum siap-siap," ucap Febby mengelak.

"Halah ngeles aja lo kudanil!"

"Apa lo upil unta!"

Agatha yang melihat kelakuan sahabatnya itu hanya terkekeh pelan. Setidaknya moodnya sedikit membaik melihat hal itu.

***

Hari ini SMA Andalas dipulangkan lebih awal karena ada rapat penting. Hal itu membuat para muridnya bersorak senang. Tak terkecuali Agatha.

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang