{16} Berakhir

298 33 23
                                    

"Lepaskan atau pertahankan ketika keduanya sama-sama menyakitkan?"

~Agatha~

Kadang permainan yang kita anggap seru justru mampu memberikan rasa sakit pada pemainnya. Apalagi sampai melibatkan perasaan. Karena jika batas waktu itu usai, semua hal yang kamu genggam ikut terlepas.

Tak terasa sudah sebulan hubungan Agatha dan Alfin berjalan. Itu artinya setelah ini mungkin keduanya tidak akan terlihat bersama lagi.

Sedari tadi Agatha sibuk mencari Alfin yang entah berada di mana. Ia harus bicara dengan cowok itu sekarang.

"Lo duduk deh Tha. Gue capek liat lo mondar-mandir dari tadi," ucap Devi sedikit kesal dengan tingkah sahabatnya itu. Sejak tadi cewek berambut panjang itu mondar-mandir di depan kelas.

"Enggak. Gue mau cari Alfin," ucap Agatha pelan.

"Emang lo mau ngomong apaan sih?" tanya Febby ikut jengah.

"Adalah sesuatu. Gue mau cari Alfin dulu ya!" ucap Agatha lalu keluar kelas tanpa menunggu jawaban dari kedua sahabatnya.

Agatha menyusuri koridor yang sedikit ramai karena waktu istirahat memang sedang berlangsung. Langkahnya terhenti di depan pintu kelas Alfin.

"Alfin mana?" tanya Agatha, menatap ketiga sahabat Alfin yang duduk di sudut kelas. Cukup lama terjadi keheningan di antara mereka membuat Agatha mengernyit bingung.

"Kalian denger kan gue nanya apa?" tanya Agatha sekali lagi. Mati-matian menahan kekesalannya.

"Rooftop," ucap Levan singkat. Lalu ketiganya lanjut ngobrol tanpa menghiraukan keberadaan Agatha di depan sana. Cewek itu menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan mereka.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Agatha berjalan menuju rooftop. Dirinya tak mau memikirkan apa-apa tentang kejadian tadi. Baginya yang penting sekarang adalah keberadaan Alfin.

Langkah Agatha memelan seiring dengan jarak pintu rooftop yang semakin dekat. Tangannya sudah keringat dingin. Ia belum siap bertemu Alfin. Apalagi membahas hal yang tidak ia inginkan sekarang.

Anggap saja ini adalah kebodohannya karena sudah berani jatuh cinta dengan cowok itu. Padahal sudah jelas sejak awal kalau hubungan keduanya hanyalah mainan semata. Dan rasanya Agatha sedikit kecewa akan kenyataan itu.

Cewek itu berdiri di depan pintu rooftop. Memutar knopnya dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun. Ia tidak mau mengagetkan Alfin.

Namun saat pintu terbuka dengan lebar, tubuh Agatha mematung saat itu juga. Dadanya terasa sesak seperti tidak menghirup udara sama sekali.

Sungguh, bukan ini yang Agatha inginkan. Cewek itu mengelap kasar air matanya yang tiba - tiba saja jatuh membasahi pipi. Ia tidak boleh menangis.

Agatha memejamkan matanya sebentar. Nyatanya rasa sesak itu masih ada. Sebenarnya apa yang ia inginkan? Kenapa dia harus cemburu melihat Alfin tertawa bersama cewek lain?

"Agatha." Suara Alfin terdengar begitu pelan di pendengarannya. Cewek itu masih terdiam di tempat. Kakinya enggan untuk beranjak sedikit pun.

Namun saat Alfin melangkahkan kakinya mendekati Agatha, cewek itu dengan refleks mundur. Tidak ingin memberi celah Alfin mendekatinya.

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang