{28} Mengikhlaskan

231 20 7
                                    

Suasana pemakaman mendiang Gyta berlangsung dengan khidmat.Semua orang sudah meninggalkan area pemakaman.Hanya tinggal Albar dan para sahabat-sahabatnya.

Albar duduk didepan makam Gyta.Tak memperdulikan bajunya yang kotor terkena tanah.

"Al,kita pulang yuk.Ini udah hampir sore lho."ucap Agatha sambil menepuk bahu Albar.

"Kalian duluan aja.Gue masih mau nemenin Gyta."jawab Albar.Tangannya meremas kuat tanah untuk menyalurkan rasa sakitnya.

"Gue tau lo lagi sedih kehilangan Gyta.Tapi jangan nyiksa diri lo sendiri.Kita semua juga kehilangan.Sama seperti lo.Sekarang kita pulang.Bentar lagi hujan."ucap Agatha membujuk Albar.

Dan benar tak lama kemudian hujan turun dengan derasnya membasahi mereka.Hujan seakan ikut meraskaan kesedihan yang dialami Albar sekarang.

"Kita pulang."ajak Agatha.

Albar menatap sebentar gundukan tanah yang berada dihadapannya dan beranjak untuk pergi.Mereka menuju mobil yang terparkir diluar pemakaman.

"Jangan sedih terus Al,nanti malam gue sama yang lain kerumah lo."ucap Alfin sambil menepuk bahu Albar.

"Thanks.Gue duluan."ucap Albar dan langsung mengendarai mobilnya meninggalkan area pemakaman.

"Yukk kita pulang."ucap Alfin yang diangguki yang lain.

Sekarang ini Agatha sudah duduk didalam mobil Alfin.Keduanya hanya diam.Menikmati lagu Celengan Rindu-yang dilantunkan oleh Fiersa Besari.Ditengah hujan deras yang menguyur ibu kota.Di waktu yang mulai beranjak malam.Keduanya sama-sama diam.

Tak lama kemudian keduanya sampai dirumah Agatha.Alfin mengambil payung dijiok belakang dan segera turun dari mobil.Memutari mobil dan membukakan pintu untuk Agatha.

Keduanya berjalan memasuki rumah.Merebahkan tubuh mereka disofa yang terasa lelah setelah seharian ini tidak beristirahat.

"Nggak nyangka ya.Gyta pergi secepat ini."ucap Agatha memecah keheningan.

"Kita emang nggak bisa memprediksi apa yang akan terjadi.Semua udah diatur sama takdir."ucap Alfin.

Agatha mengangguk membenarkan ucapan Alfin.Saat ia tersadar akan sesuatu,Agatha mencari tasnya.Mengambil surat yang tadi diberikan oleh Tante Mila.Agatha membuka surat itu dengan perlahan.Alfin yang melihat itu menegakkan tubuhnya.Ikut membaca isi dari surat yang ditulis oleh Gyta.

To:Agatha

Saat lo baca surat ini gue udah nggak ada kan?Hehehe jelas lah.Gue udah pergi.Pergi untuk selama-lamanya.

Pertama lo nggak usah merasa bersalah atas kepergian gue.Ini murni kesalahan gue.Gue yang nggak bisa nerima kenyataan kalau perusahaan bokap hancur.Gue nggak bisa nerima kenyataan kalau gue jatuh miskin.Hingga tanpa sadar gue telah melangkah lebih jauh dengan membahayakan orang lain demi kembalinya perekonomian keluarga gue.

Gue minta maaf yang sebesar-besarnya.Gue minta maaf karena telah bantu Michel buat lo jauh dari Alfin.Gue minta maaf karena gue telah menghianati persahabatan kita.Tapi gue nggak yakin kalau loasih anggap gue sahabat setelah gue lakuin ini ke lo.Ditambah kita kenal belum cukup lama.Masih beberapa minggu.Jadi....gue yakin lo nggak anggap gue sahabat.Iya kan?

Sebenarnya nggak masalah lo nggak anggap gue sahabat.Gue cuma mau bilang permintaan maaf gue ini.

Yang kedua gue cuma mau bilang kalau gue memutuskan bunuh diri karena gue nggak kuat sama caci maki teman-teman disekolah.Gue sadar betul memang itu karena kesalahan gue.Tapi apa nggak bisa kalau gue berusaha berubah menjadi baik lagi?Gue nyesel udah lakuin itu ke lo.Bener apa kata orang penyesalan berada diakhir.Dan gue merasakannnya.

Alasan lainnya gue nggak tau lagi mau ngomong apa.Eh bukan ngomong ya?Hehehe

Semakin hari gue merasa bersalah aja sama lo.Gue tertekan dan nggak bisa untuk lari.Gue udah sakitin lo tapi lo malah bales itu dengan perbutan yang baik.Dari situ gue sangat...merasa bersalah.Gue merasa jahat banget ya.

Mungkin itu yang bisa gue sampein.Nggak usah panjang-panjang.Pasti lo juga malas kan baca tulisan gue yang nggak berfaedah ini.

Sekali lagi gue minta maaf sebesar-besarnya sama lo.Gue tetep anggap lo sahabat gue.Walaupun lo masih anggap gue sahabat atau enggak.Gue tetep anggap lo sahabat gue yang paling baik.Agatha Sthepanie Aurelia Putri:)

From:Gyta/Sahabat paling jahat:)

Tanpa sadar air mata Agatha luruh begitu saja.Sesak yang tadinya hilang kini kembali lagi.Alfin yang melihat Agatha menangis segera merengkuh kekasihnya tersebut.Memberi kekuatan dan perlindungan untuk Agatha.

"Aku nggak nyangka Fin.Gyta pergi karena ini."ucap Agatha diiringi dengan tangisan.

Alfin masih diam.Membiarkan Agatha merasa tenang.Bagaimanapun Agatha pasti merasa bersalah.Kematian Gyta masih ada sangkut pautnya dengan Agatha.Walaupun semua orang tidak bilang begitu.Tapi Agatha akan tetap beranggapan demikian.

"Udah ya.Jangan nangis terus."ucap Alfin menenangkan Agatha.

Butuh waktu lama hingga Agatha bisa mengontrol dirinya.Alfin mengusap air mata Agatha dengan ibu jarinya.

"Sekarang kamu mandi.Kita siap-siap ke rumah Albar."ucap Alfin yang diangguki Agatha.

Agatha berjalan dengan lunglai kearah kamarnya.Sedangkan Alfin,ia kan mandi diruang tamu.

▪▪▪

Suasana malam ini terasa dingin.Hujan yang mengguyur ibu kota tadi sore masih memeberi bekas walau tidak sederas tadi.

"Lo udah makan Al."tanya Vano.

Albar diam.Pandangannya kosong.Semua orang tau jika cowok itu sedang terpuruk.Kehilangan cinta pertama bukanlah hal yang mudah.

"Lo harus makan.Jaga kesehatan lo."ucap Alfin memberi nasehat kepada Albar.

Tapi lagi-lagi Albar masih diam.Entah apa yang ada dalam pikiran Albar sekarang.Yang mereka tau sekarang ini hanya keadaan Albar yang kacau.

Tadi mereka sampai dirumah Albar hampir bersamaan.Dan melihat Albar yang biasanya tidak pernah merokok tadi mereka melihat dengan jelas terselip tembakau dibibir Albar.

Alfin yang melihat itu segera merebut rokok Albar dan membuangnya.Bagaimanapun ia harus mencegah perbuatan bodoh sahabatnya itu.

"Apa dengan begini lo bisa nerima kenyataan.Apa dengan begini lo bisa bangkit dari keterpurukan.Gyta masih bisa lihat kita diatas sana,Al.Kalau lo kayak gini lasti Gyta juga sedih.Lo nggak usah khawatir.Gyta disana udah tenang.Ikhlasin Gyta."ucap Alfin.

Albar tersentak mendengar ucapan Alfin.Ya,seharusnya ia tidak boleh seperti ini.Gyta pasti sedih melihatnya terpuruk.

Albar menoleh kearah teman-temannya.Memberi senyuman manis yang jarang ia tunjukkan kepada orang lain kecuali Gyta.

"Gue baik-baik aja."ucap Albar.Ia harus menyembunyikan kesedihannya.Biar ia saja yang merasakan.Tidak perlu orang lain.

"Sekarang kita makan yuk."ajak Levan dengan nada yang kentara antusias.

"Giliran makan aja!! Baris paling depan!"ejek Devi membuat mereka terkekeh.

Dan disanalah.Lembaran baru akan dibuka kembali.Hingga lembaran-lembaran itu penuh akan kisah mereka.Menciptakan kisah yang takkan terlupakan dengan mudah.

✨✨✨


AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang