{3} Truth Or Dare

681 47 85
                                    

"Jika bermain melibatkan perasaan. Bersiap-siaplah untuk merasakan sakit jika cinta tak sesuai harapan."

~Agatha~

Keseharian Agatha di Andalas hanya itu-itu saja tidak ada yang berubah. Mengingat ia tidak suka terikat dengan organisasi sekolah sejak kecil, padahal waktu dirinya kelas sepuluh ia di calonkan untuk menjadi Osis, tapi Agatha menolak.

Cewek itu memasuki ruang seni musik dengan santai. Langkah kakinya membawanya ke depan piano. Ia sering berdiam diri disini kalau moodnya sedang buruk.

Dengan memainkan piano membuatnya merasa tenang. Baginya ketika memainkan piano, ia bisa menyalurkan perasaannya dalam sebuah lagu.

Sekitar satu jam pelajaran Agatha duduk di depan piano. Ia memilih membolos dari pelajaran Bu Rika. Karena merasakan lapar yang sangat menyiksa, Agatha segera pergi ke kantin.

Disaat keluar dari ruang seni musik, bersamaan dengan itu bel tanda istirahat berbunyi. Semua murid mulai berbondong-bondong memasuki kantin.

Agatha mengedarkan pandangannya mencari kedua sahabatnya. Sebelum ke kantin ia memang mengirim pesan kepada Devi agar mereka menunggunya di kantin.

Agatha berjalan ke meja pojok di mana kedua sahabatnya yang sedang mengobrol dengan tenang.

"Pada mau pesen apa nih? Gue traktir kali ini." Agatha duduk di hadapan kedua sahabatnya yang sekarang menatapnya berbinar.

"Wih makan gratis nih!" sorak Febby antusias mendengar kata gratisan.

"Giliran makan gratis aja senengnya minta ampun," ucap Devi yang mendapat cengiran lucu dari Febby.

"Kita samaiin aja sama lo," ucap Febby yang dibalas anggukan oleh Agatha. Ia bangkit dari posisi duduknya dan segera melangkah menuju stand mie ayam yang terlihat ramai.

Sekitar lima menit menunggu, Agatha kembali ke meja mereka dengan nampan yang berisi pesanan ketiganha.

"Silahkan makan tuan putri," ucap Agatha terkekeh pelan sambil meletakkan makanan mereka di meja.

"Makasih ubab ku." Devi tertawa ngakak melihat raut Agatha yang berubah muram.

***

Alfin dan kedua sahabatnya tengah duduk di rooftop sambil merokok. Kebiasan mereka saat bosan dengan pelajaran di kelas.

"Kenapa dah tuh muka? Kayak kurang belaian aja," ucap Vano melihat Alfin yang terlihat memikirkan sesuatu.

"Enggak ada." Alfin menjawab dengan ketus. Menghembuskan asap nikotin itu sambil menatap pemandangan di bawah sana.

"Lagi mikirin Agatha dia mah," ucap Levan membuat Alfin mendengus yang dihadiahi tawa ngakak dari Levan.

Bel pulang sekolah berbunyi, ketiganya segera turun untuk mengabil tas mereka di kelas. Saat di koridor Alfin berpapasan dengan Agatha yang sedang tertawa bersama kedua sahabatnya.

"Tha," panggil Alfin pelan. Agatha yang merasa namanya di panggil pun menoleh dan mendapati Alfin sedang tersenyum ke arahnya.

"Eh? Kenapa?"

AGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang