"Bagaimana dengan perkembangan laporanmu tentang seekor musang Hewan Penyihir yang bernama Nia itu?" tanya Kepala Sekolah kepada salah satu pegawai sekolah di ruangannya.
"Kami masih mengawasinya untuk berjaga-jaga selama beberapa hari ke depan, dan belum ada hal yang mencurigakan terjadi," ujar pegawai tersebut. Kepala Sekolah yang diketahui bernama Soekirman Habirtono itu hanya mengangguk-anggukan kepala.
"Baiklah, kalau situasi tetap terkendali, kita hentikan pengawasannya besok. Kau bisa kembali," ujar Kepala Sekolah.
"Oh ya pak tapi sebelum itu, ada laporan dari bagian administrasi sekolah. Ini tentang anak baru di kelas Kinesis," ujar pegawai tersebut.
"Hmm, apa?" tanya Kepala Sekolah tertarik. Pegawai itu tidak langsung menjawab, membuka arsip yang ada di tangannya.
"Ada yang aneh dengan anak yang bernama Vindha Vinkonna," ujar pegawai sambil menyerahkan selembar kertas ke Kepala Sekolah, yang langsung dibacanya.
"Anak ini..."
"Iya, warna ranah jiwanya berbeda sedikit dari yang lain," ujar pegawai tersebut.
Suasana hening sejenak. Mereka berdua terdiam.
"Pak, apa mungkin--"
"Jangan terburu-buru. Bisa jadi ada kemungkinan lain. Apa kau sudah selidiki latar belakangnya?" tanya Kepala Sekolah.
"Dia adalah seorang pelayan di kediaman Sanjaya, yang dibiayai untuk sekolah disini bersama dengan putri mereka, Sofia Putri Sanjaya," jawab pegawai tersebut.
"Sanjaya? Tumben sekali Sanjaya yang merupakan salah satu dari 3 keluarga terkuat di Indonesia itu mengirim anggota keluarganya kesini. Biasanya anggota keluarga mereka dilatih secara khusus," komentar Kepala Sekolah, kemudian melihat kertas di tangannya lagi. "Pasti akan sulit. Mereka tidak akan membiarkan kita mengetahui apa yang terjadi," ujarnya lagi.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya pegawai tersebut.
"Kau lanjutkan penyelidikan latar belakang gadis itu, sedangkan aku akan membicarakannya dengan Alan Virandika."
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di salah satu kamar di gedung asrama putri, Vindha terduduk di samping jendela sambil mengepalkan tangannya.
"Ada apa? Apa kau tidak bisa tidur?" Vindha menoleh, dan mendapati Sofia menghampirinya.
"Tidak, saya hanya teringat masa lalu. Saya takut, bila kejadian itu terjadi lagi, maka..." Vindha tak menyelesaikan ucapannya. Sofia yang melihatnya merasa kasihan, kemudian merengkuhnya.
"Tenang saja, kau tak perlu takut..."
"Ada aku disini..."
* * * * *
KRIIING...!! KRIIING...!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kinesis
FantasyKinesis? Jaman sekarang mana ada yang percaya dengan hal hal yang begituan. Bayangkan saja! Mengendalikan sesuatu dengan pikiran, sungguh tak masuk akal. Tapi hal itu beneran ada di dunia ini! Arief Virandika, remaja berusia 15 tahun. Saat kem...