Kami semua sudah berada di luar area sekolah. Peraturan keluar dari area sekolah ini tidak seketat sekolah sistem asrama yang lain. Kami hanya harus menitipkan Kartu Pelajar kami ke pos satpam.
"Bentar! Bukankah kau dari bawah gunung? Kenapa kau naik lagi kalau tahu bahwa kami semua akan turun ke bawah?" tanyaku.
"Transportasi" jawab Daniel singkat, malah membuatku bingung.
Kami terus menyusuri jalan besar, kemudian berbelok ke arah jalan setapak. Hal itu membuatku makin bingung. Kalau maksud dari perkataan Daniel adalah menaiki mobil atau sepeda motor, bukankah lebih mudah bila melewati jalan besar tadi?
Kami terus berjalan, kemudian berhenti di satu sisi jalan. Disana sudah terbentang selembar karpet.
"Ayo naik" ujar Daniel.
Tentu saja kami semua kebingungan.
"Apa maksudmu?! Bukankah kita akan pergi ke bawah? Kenapa kau malah menyuruh kami menaiki karpet?" tanya Randy.
"Benar. Kau jangan bercanda, Daniel" timpal Sofia, sedangkan Vindha hanya mengangguk-angguk.
Melihat semuanya kebingungan, Daniel menatap Seila.
"Kau belum memberitahu mereka?"
Yang ditanya hanya nyengir. Daniel hanya menatap malas.
"Cepat kau jelaskan" ujar Daniel.
"Maaf ya" Seila memulai penjelasannya "Maksudnya, Daniel akan membawa kita dengan cara melakukan Telekinesis pada karpet yang kita naiki. Jadi lebih mudah menuruni gunung" jelas Seila.
Beberapa dari kami terkejut mendengarnya.
"Heh?! Yang benar?!" ujar Randi.
"Kalian naik saja dulu, nanti ku tunjukkan," ujar Daniel. Kami semua saling memandang. Yah, lebih baik turuti saja, daripada Seila ngamuk.
"Baiklah, sekarang apa?" tanya Sofia. Daniel terdiam sejenak, kemudian tiba-tiba menunjukkan cengiran khas-nya.
"Oke, ayo!" serunya.
SRAK
Tiba-tiba karpet yang kami naiki terangkat teratas, membuat Sofia dan Viola menjerit pelan. Kemudian karpet tersebut langsung terbang ke atas, meninggalkan SMA Kinesis.
"Kyaa!" seru Sofia sambil berpegangan erat pada Vindha.
"Beraninya membuat nona terkejut seperti ini. Kau akan membayarnya!" tiba-tiba ekspresi Vindha berubah.
"A-Apa yang kau ka-katakan..." ujar Daniel ketakutan.
"WOOOOOO....!!! INI SANGAT MENYENANGKAN..!!!" berbanding terbalik dengan para cewek yang masih terkejut, Randy malah berseru senang. Aku sendiri setelah menenangkan detakan jantungku, melihat ke sekeliling.
"Waw, kita benar-benar terbang..." gumamku, kemudian melihat ke arah bawah. Terlihat olehku jalan raya, rumah, dan orang-orang yang lalu lalang, yang membuatku tersadar sesuatu.
"Daniel, bagaimana kalau ada orang yang melihat kita terbang seperti ini?" tanyaku.
"Tidak perlu khawatir. Kalian pikir aku hanya menguasai Telekinesis? Aku menguasai 3 Kinesis!" ujarnya belagu.
"Heh? Apa saja?" tanya Viola penasaran.
"Telekinesis, Illusionarykinesis, dan Pyrokinesis," ujar Daniel.
"Pyrokinesis? Berarti kau sama denganku?!" tanya Randy.
"Yah, tapi aku baru bisa mengendalikannya, tidak bisa dipakai untuk pertempuran," ujar Daniel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kinesis
FantastikKinesis? Jaman sekarang mana ada yang percaya dengan hal hal yang begituan. Bayangkan saja! Mengendalikan sesuatu dengan pikiran, sungguh tak masuk akal. Tapi hal itu beneran ada di dunia ini! Arief Virandika, remaja berusia 15 tahun. Saat kem...