Hari ini jam pelajaran kedua, cuaca cukup cerah hari ini. Dan juga hari ini kelas Arief dan Ray......mendapat pelajaran Penjaskes.
Cocok sekali bukan?
Tapi bukannya mengikuti anak-anak kelas, terlihat Arief dan Ray berjalan di koridor menjauh dari lapangan.
"Kok bisa terkilir gini sih kakinya?" tanya Ray.
"Mana aku tau, aku tadi cuma lari ngejar bola. Lagipula kau mengantar ke UKS biar gak main bola lagi kan?" duga Arief. Yang ditanya hanya cengengesan.
"Hehehe, biar bisa istirahat," ujar Ray.
"Kemudian habis mengantarku ke UKS, kau akan ngacir ke kantin, bukan?" terka Arief lagi.
"Hehehe, tau aja."
Sesampainya di depan ruang UKS, Ray membuka pintu dan mencoba melihat ke dalam.
"Permisi, ini ada yang terkilir kakinya," ujar Ray.
Hening, tidak ada balasan.
"Gak ada orang," ujar Arief.
"Lagi pergi kali. Tunggu aja di dalam. Oh ya, kalau udah aku pergi dulu. Ya kali nungguin," ujar Ray kemudian meninggalkan Arief.
"Bilang aja mau bolos, sialan!" balas Arief, tapi sepertinya Ray tidak mendengarnya karena sudah keburu jauh. Arief hanya menggelengkan kepala, kemudian dia mencoba masuk ke dalam ruang UKS dengan langkah tertatih-tertatih.
"Permisi..." ujar Arief untuk memastikan apakah ada orang di ruangan ini. Tapi seperti sebelumnya, tidak ada yang menjawab.
"Mungkin memang lagi diluar. Apalagi ini masih jam belajar," ujar Arief sambil berjalan menuju salah satu kasur yang disediakan untuk siswa, kemudian naik ke atasnya. Dia melihat jam dinding.
"Masih 45 menit lagi sebelum bel istirahat bunyi. Aku tunggu disini aja," ujarnya. Dia baru teringat bahwa jam tangannya dia titipkan ke Bobby. Dia akan mengambilnya seusai kembali dari sini.
Beberapa menit berlalu, suara bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Tapi Arief masih tetap di tempatnya. Tiba-tiba suara pintu terbuka menyadarkan Arief dari lamunannya. Seorang siswi masuk ke dalam UKS dan menengok ke arah Arief.
"Eh, kau sudah lama disini?" ujarnya sambil berjalan ke arah dispenser untuk mengambil segelas air kemudian menghampiri Arief.
"Lumayan," balas Arief sambil menerima gelas air, kemudian meminumnya. Sedangkan siswi itu mengambil kursi dan duduk di dekat Arief. Arief menduga bahwa siswi ini adalah salah satu pengurus UKS.
"Ada masalah apa?" tanya siswi tersebut.
"Kakiku terkilir saat bermain sepak bola tadi," jawab Arief.
"Bisa digerakkan?"
"Agak susah, jalan kesini saja dibantu teman tadi," ujar Arief. Siswi itu hanya ber-oh ria, kemudian memegang kaki Arief yang kebetulan sepatu dan kaos kakinya sudah dilepas dari lapangan. Arief sedikit meringis, nanti dia akan menanyakan ke teman sekelasnya perihal sepatu.
"Sudah."
"Oh, sud--Eh apa?!" ujar Arief terkejut. Dia kemudian menatap kakinya dan mencoba menggerakannya. Sudah tidak sakit lagi.
"Heh! Bagaimana bisa? Padahal tadi kau cuma..." perkataan Arief terputus saat mengingat perkataan Hana tempo hari itu.
"Tadi kakiku disembuhkan oleh seorang siswi, sepertinya seangkatan dengan kita. Dia jago banget, kakiku langsung kembali seperti semula, seperti tidak pernah keseleo sama sekali," jelas Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA Kinesis
FantasyKinesis? Jaman sekarang mana ada yang percaya dengan hal hal yang begituan. Bayangkan saja! Mengendalikan sesuatu dengan pikiran, sungguh tak masuk akal. Tapi hal itu beneran ada di dunia ini! Arief Virandika, remaja berusia 15 tahun. Saat kem...