Chapter 3

2K 352 31
                                    

     "Gyu, apa kamu gak suka kalau hyung ada di dekat kamu?" Tanya Yeonjun yang tak terduga. Memang manusiawi, se-sabar-sabarnya Yeonjun, dia pun punya hati dan pikiran. Bertahun-tahun hidup tak akur dengan Beomgyu membuatnya gelisah. Jika memang dia punya salah, setidaknya dia akan berusaha menebusnya. Akhirnya setelah sekian lama, baru kali ini dia memberanikan diri bertanya langsung pada Beomgyu.

     "Gak nyaman gitu bawaannya." Jawab Beomgyu sinis.

     Yeonjun mengintip lewat kaca di atasnya, dia melihat Beomgyu sedang cemberut memandang jalanan.

     Sedikit sakit hati mendengar jawaban Beomgyu. Tapi mau bagaimana lagi itu adalah sebuah Fakta.

     Sampailah di depan rumah Beomgyu, seperti biasa Yeonjun membukakan pintu mobil untuk Beomgyu.

     "Besok gak usah anter jemput lagi deh. Aku minta temen aja buat antar jemput." Ucap Beomgyu sedikit melirik Yeonjun sinis kemudian berlalu meninggalkannya. Yang ditinggal merasa sakit hati untuk kedua kalinya. Yeonjun merasa telah ditolak.

     Mendapat dorongan dari dalam dirinya, Yeonjun mengejar Beomgyu dan menarik tangannya. Terjadilah kontak mata diantara keduanya. Mata Yeonjun terlihat merah dan berkaca-kaca. Ketidakadilan yang ia terima bertahun-tahun kini tak bisa ia toleransi lagi.

     "Gyu, kamu mandang hyung sebagai apa? Musuh kamu? Kalau iya, apa alasan kamu sampai memusuhi hyung?!" Nada bicaranya sedikit meninggi, Yeonjun menatap manik Beomgyu sangat dalam menuntut jawaban yang sejujur-jujurnya.

     Tatapannya mampu mengunci lidah serta bibir Beomgyu. Si manis dibuat bingung untuk menjawab. Di saat seperti ini Beomgyu tak bisa mencari alasan untuk membenci Yeonjun. Memang pada dasarnya Yeonjun tak bersalah sedikitpun. Beomgyu berperang dengan pikirannya sendiri.

     "Tak mampu jawab?"

     Ditanya seperti itu, bertambah lah kebingungan bagi Beomgyu.

     Yeonjun sedikit mendekatkan jarak mereka, ia pegang bahu sempit Beomgyu sambil terus menatap lekat ke dalam maniknya.

     Sebelum berbicara, Yeonjun mengulum senyum dibibirnya. Sangat manis, dan tulus. Sedangkan jantung si manis sedari tadi sudah bertalu-talu.

     "Kalau kamu tidak bisa menjawab pertanyaan dari hyung, lantas bagaimana kamu bisa memusuhi hyung?"

     Beomgyu Speechles. Ia hanya mengerjapkan matanya lucu sehingga memancing senyum di bibir Yeonjun.

     "Besok hyung yang antar jemput kamu. Ibu kamu sudah memberi amanah pada hyung. Tak baik jika hyung mengabaikannya." Ujar Yeonjun pada Beomgyu. Yang diajak bicara hanya mengangguk lucu.

     "Ya sudah, hyung pulang dulu ya." Diusapnya rambut halus Beomgyu, kali ini ia tak menolaknya.

     Setelah pamit, Yeonjun pulang mengendarai mobilnya. Rumah mereka pun sangat berdekatan. Jadi hanya butuh waktu beberapa menit untuk Yeonjun sampai di halaman rumah.

Di kamar.

     "Bodoh bodoh bodoh! Kenapa gua tadi diem aja?!" Oceh Beomgyu seperti seorang gadis.

*tatapan dan senyuman Yeonjun melintas begitu saja

     "Heii! Gak boleh! Yak Beomgyu gak boleh!" Beomgyu menepuk-nepuk pipinya berkali-kali.

     "Gak boleh inget, gak boleh inget!" Ujarnya pada diri sendiri.

     Setelah menarik nafas dan mengeluarkan secara perlahan, akhirnya Beomgyu keluar dari situasi absurd nya itu dan memutuskan untuk mandi.

Cute Hormon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang