Chapter 6

1.7K 283 24
                                    

     Dentingan piano terdengar di seluruh ruang tengah kediaman Yeonjun. Tuts-tuts piano yang ditekan dan berada pada notenya mampu menciptakan sebuah melodi yang familiar. Yaitu melodi dari lagu 'I Need You'

     Yeonjun menikmati permainannya. Jari jemarinya sangat tulus menjamah balok-balok piano yang diselimuti debu tipis. Matanya terpejam dan sesekali terbuka.

     Tiba-tiba wajah Beomgyu terbayang begitu saja. Tak sadar Yeonjun melukiskan senyuman.

     Ting!

     Yeonjun membuat kesalahan. Ia tak sengaja menekan tuts yang salah. Yeonjun memukul tutsnya sehingga menciptakan suara gaduh.

     Kedekatan Beomgyu dan Soobin baru-baru ini membuat hati Yeonjun terluka. Ia tak bahagia melihat kedekatan mereka, disisi lain ia tak ingin egois pada dirinya sendiri maupun orang di dekatnya.

     Namun rasa tak ikhlas selalu saja merasuki hatinya. Ia juga tak mau munafik dengan perasaanya.

     Bagaimana mungkin ia bisa mengorbankan perasaanya yang telah tercipta sejak lama dan mengalah pada Soobin yang baru mengenal Beomgyu beberapa tahun terakhir.

     Sakit yang dirasa. Ia bukan lemah, namun siapa sih orang yang tak akan lemah karena cinta?

     Iri? Dia iri dengan perlakuan Beomgyu yang lebih manis pada Soobin ketimbang padanya. Dia iri karena Soobin bisa membuat Beomgyu tertawa. Dia iri karena Soobin bisa lebih baik membahagiakan Beomgyu dari pada dirinya.

     Yeonjun sudah menundukan kepalanya pada piano di depannya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Seseorang yang telah memperhatikan gelagat Yeonjun yang menyedihkan.

     Yang ditepuk menegadahkan kepala berusaha melihat sosok yang kini telah duduk di sampingnya.

     "Mama..." ucap Yeonjun. Yang dipanggil Mama tersenyum tipis namun terlihat lara.

     "Mengapa berhenti? Mama sedang menikmati alunanya. " basa basi Jungkook pada putranya.

     Yeonjun tersenyum miris. Bukannya menjawab, Ia lebih memilih untuk menggeleng-gelengkan kepala pelan.

     "Ada masalah nak? Tak keberatan jika bercerita pada Mama?" Tanya Jungkook yang diikuti oleh tatapan lirih Yeonjun.

     "Yeonjun hanya rindu piano tua ini Ma..."

     "Tak usah berbohong nak, Eomma tahu persis jika kamu berbohong." Ujar Jungkook sambil menatap ke dalam manik putranya.

     Yang ditatap perlahan berkaca-kaca. Yeonjun ingin sekali memeluk Mama nya seperti dulu ketika ia masih kanak-kanak.

     "Terakhir kali kau seperti ini saat Beomgyu menjahilimu lewat kado Ulang Tahun ke-9. Semalaman kau bermain piano. Lantas apa yang membuatmu seperti ini lagi nak?"

     "Pelakunya masih sama Ma..." Jawab Yeonjun berusaha mungkin agar suaranya tak bergetar.

     "Beomgyu?"

     "Iya."

     Yeonjun kembali memainkan pianonya dengan lagu yang sama. Jungkook yang kadar pekanya sangat tinggi pun bisa menebak jika anaknya sedang patah hati. Ia tak ingin mengorek lebih dalam, biarkan putranya ini bersikap dewasa dan memutuskan sendiri apa yang menurutnya benar.

     Perlahan jemari Jungkook ikut menekan tuts-tuts piano yang senada dengan Yeonjun. Ibu dan anak itu akhirnya memainkan piano bersama-sama.

     Keesokan harinya...

     Pagi-pagi sekali Yeonjun sudah mendapat pesan singkat dari seseorang yang membuatnya tersenyum miris saat membaca pesannya.

     Pagi-pagi sekali Yeonjun sudah mendapat pesan singkat dari seseorang yang membuatnya tersenyum miris saat membaca pesannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Balasan Yeonjun tak di baca oleh Beomgyu. Sepertinya memang dari awal Beomgyu tak berminat untuk berkirim pesan dengan Yeonjun.

     Bertahun-tahun Yeonjun bertahan untuk menyukai Beomgyu walau ia tak pernah dipandang sedikitpun. Yeonjun selalu yakin jika dia bisa merubah Beomgyu jadi menyukainya.

     Namun keadaan berbalik ketika Soobin ikut hadir dalam kisah mereka berdua yang memang sudah hambar.

     "Gyu, tak apa pandanglah hyung walau sebelah mata, dari pada tak dipandang sama sekali." Gumam Yeonjun. Sambil tertawa pelan. Ia menertawakan dirinya sendiri.

...

     "Sami..!!! Hiks hiks.. turun...!" Rengek anak usia tujuh tahun dibawah pohon sambil menangisi kucing kecilnya yang terjebak di atas.

     "Ayah..! Ibu...! Tolong Sami..." teriaknya lagi dan lagi.

     Anak yang lebih tua menghampirinya. Ia sadar bahwa anak itu sedang menangisi kucingnya. Yeonjun kecil tak tega melihat Beomgyu kecil bersedih seperti ini.

      Timbul rasa ingin menolong. Dengan susah payah ia memanjat pohon yang cukup tinggi itu. Beomgyu masih saja menangis. Yeonjun tetap semangat memanjat.

     Tak disangka, sebuah serangga menggigit tangan Yeonjun. Terasa sangat sakit. Ia sempat memekik kesakitan. Selangkah lagi ia meraih kucing kecil milik Beomgyu, ia tak boleh menyerah.

     Berkat semangatnya, akhirnya Yeonjun berhasil membawa kucing kecil itu turun.

     "Ini kucingnya... lain kali jaga baik-baik ya..."

     Beomgyu berhenti menangis. Ia menatap Yeonjun lalu berkata.

     "Aku ingin Ayah yang mengambilnya. Bukan kamu!" Setelah berucap seperti itu, Beomgyu kemudian berlari meninggalkan Yeonjun yang sedang menahan sakit di lengannya.

....

     1-1= 0

     1+1= 2

     Jika aku menyerah, tak akan ada hasil yang aku dapatkan.

     Jika aku terus berjuang, aku pastikan, aku dan kamu menjadi kita.







-Cute Hormon-

Gak tau waktu banget ya malem-malem Update, isinya galauan melulu lagi :v ehe

Maafkeunn...

Cute Hormon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang