0.1) Club Malam

9.2K 236 0
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Bau asap rokok menyebar di sekitar area terbuka itu. Di kursi gantung, terdapat seorang cowok yang sedang meluruskan kakinya sambil sesekali menghisap batang rokoknya.

Tatapannya hanya memandang langit gelap tanpa adanya bintang satu pun. Angin malam sudah semakin kuat karena jam juga menunjukan pukul 22.45 malam. Sudah hampir pukul sebelas malam.

Cowok itu mematikan puntung rokoknya, mengambil batang rokok yang masih utuh lalu menyalakannya. Mengulangi semua aktivitasnya yang hanya menghirup, menghembuskan, menghirup lagi, sampai seterusnya.

Sudah tiga batang rokok ia habiskan malam ini. Cowok itu adalah perokok, tidak dimana saja, ia selalu merokok. Di saku celana atau tasnya pasti ada bungkus rokok entah itu masih baru atau sudah lama.

Meja bulat yang berada di samping kursi gantung itu terdapat asbak berbentuk kura kura. Asbak itu sudah di penuhi oleh abu dan beberapa puntung rokok.

Cowok itu mematikan rokok yang baru ia habiskan setengah. Ia masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ponsel yang sedang di charger lalu kembali lagi ke posisi nyamannya.

Ia membuka password ponselnya dan beralih menuju grup linenya yang sedari tadi menerima chat dari para temannya.

Geng Grendel (private)

Rifai: Oyy lo semua, pada gabut ga?
Kevin: 100% gabut gue, dari tadi cuma nonton tv sambil ngabisin botol wine sisa kemaren.
Putra: Setengah gabut setengah ngga.
Ozzie: Segabut-gabutnya gue hari ini itu liat semut jalan di pinggir amben kamar gue.
Kevin: Ayo laaa keluar, bosen banget gue di rumah. Kaya ayam lagi ngangkremin telornya.
Rifai: Ya emang gue ngajakin kalian ke club yang baru buka di sebelah utaranya toko jaket Villose.
Ozzie: Yakin mau ke club?
Putra: Sekali-kali kek, udah lama juga gue ga ke club.
Rifai: @Deven, mau ikut gak lo?
Kevin: Ke club aja, stok wine sama vodka gue abis di rumah.
Ozzie: Pesta wine aja di rumahnya Kevin.
Putra: Besok sekolah bro, jangan lupa.
Ozzie: Ya udah la kapan-kapan aja.
Rifai: Oke gue otw njemput kalian berempat.
Putra: Deven? Ikut dia?
Rifai: Pasti ikut, udh ya gue otw skrg.
Kevin: Tulisan lo jadi di singkat gitu?
Rifai: Nulisnya cma pake tangan kanan doang. Udah ah, gue berangkat tunggu di depan rumah.
Putra: Okee
Deven: Rif, gue ikut.
Ozzie: Eh bener ucapannya Rifai, wahh lo dilan ya? Suka nebak-nebak, mana tebakannya bener lagi.

Deven, Alfarys Deven Bagaskara anak tunggal dari seorang pengusahawan yang bernama Gaskara. Anak yang paling di sayang oleh kedua orang tuanya. Kini Deven berumur 18 tahun, kelas duabelas SMA di SMA Jodhipati. Deven di berikan kelebihan oleh Tuhan berupa kecerdasan di luar nalar, memiliki tubuh bodygoals, wajahnya yang terkesan tegas, galak, namun berwibawa. Namun hanya satu kekurangan Deven, ia adalah sosok yang sangat brandal. Memiliki jiwa liar, tidak suka dibantah, dan juga emosional.

Deven bangkit dari duduknya lalu menutup pintu yang menghubungkan antara kamarnya dengan balkon. Ia berjalan menuju sebuah ruangan dengan warna pintu yang sama dengan warna dinding.

Deven menggeser pintu itu, di dalamnya terdapat banyak tumpukan baju dan beberapa baju yang di gantung. Deven mengambil jaket hitam yang bertuliskan 'smoker' di bagian punggungnya.

Ia mengambil sepatu berwarna putih polos di bagian bawah lalu memakainya. Menatap dirinya di pantulan cermin sambil menyisir rambutnya dengan jari.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang