2.0) Siapa Dia?!

1.6K 59 2
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Pagi hari, Sora sudah siap mengenakan pakaian sekolahnya. Dengan tataan rambut yang di ikat dua bak anak kecil, menambahkan kesan kekanak-kanakkan.

Sora berjalan menuju sofa depan dan duduk sambil merebahkan badannya ke sandaran sofa. Di lihat jam dinding yang menunjukkan pukul 06.30 pagi.

"Mama, Ardan kapan datengnya? Ntar Sora telat gimana?" Teriak Sora sambil mengenakan sepatu yang ia beli waktu perjalanan pulang ke Jakarta.

"Sora, mana Ardan? Udah kamu telfon?" Tanya Bima yang tiba-tiba muncul dari luar rumah.

Sora mendengus sebal, "Ya elah om, kenapa nanya balik sih. Gini aja, mending om telfon Ardan aku siap siap. Biar ga makan waktu gitu." Tuturnya.

Bima mengangguk, ia mengeluarkan ponselnya mengutak atik sebentar lalu menempelkannya di daun telinga. Belum ada sepuluh detik, terdengar derum motor dari luar rumah.

"Nah tuh Ardan, buruan gih berangkat biar ga telat." Sora mengangguk, ia menyalami tangan Bima lalu berjalan menuju luar.

Di luar sudah ada Ardan yang tengah menunggu sambil memegangi helm berwarna putih.

"Udah lama nunggu ya?" Tanya Ardan dengan suara khasnya yang berat.

Sora mengangguk sambil mengambil helm yang berada di genggaman Ardan lalu memakainya, "Lumayan sih, tapi gapapa kok."

"Maaf ya, tadi gua nganter nyokap dulu ke warung." Tuturnya kemudian, "Ya udah ayo naik, ntar gua telat lagi."

"Biarin." Sora menaiki motor Ardan sambil memegang erat jaket Ardan.

Sora dan Ardan bisa si bilang cukup dekat, Ardan adalah teman masa kecil Sora, jarak rumahnya pun tidak terlalu jauh. Namun, akhir-akhir ini mereka jarang sekali bertemu.

Mengapa?

Ardan tahu jika Deven si musuh bebuyutannya memiliki hubungan tersendiri dengan teman masa kecilnya. Di lubuk hatinya, Ardan memiliki rasa cemburu karena ia juga menyukai Sora melebihi teman masa kecil.

Sora yang hanya gadis polos bercampur kekanak-kanakkan, hanya menganggap Ardan sebagai teman masa kecilnya.

×××

Motor Ardan berhenti tepat di depan sekolah, banyak pasang mata menatap Sora yang tengah turun dari motor milik Ardan.

"Pulang nanti, tunggu di halte ya." Ucap Ardan sambil menerima helm putih yang di pakai Sora.

"Why?" Tanyanya memperbaiki rambut panjang.

"Hidih sok-sokan pake bahasa inggris lo, tau arti aja kagak."

"Sembarangan lo kalo ngomong, gini-gini gua jago bahasa inggris." Komen Sora sambil mencubit pinggang Ardan.

"Aaww, sakit bangke. Kebiasaan lo dari kecil di hilangin lah, bisa abis ni badan gua di cubitin terus." Ardan balik mengomen Sora.

"Bodo, lo mau bilang apa cepetan."

"Gua di amanatin sama Om Bima buat nganter sekalian jemput lo hari ini, ga ada tapi-tapian." Jelas Ardan.

"Lah emang kenapa?"

"Ntar gua ga di beliin kuota, mayan kan 20GB bisa buat ngegame di sekolah wkwk. Udah sana masuk udah dilihatin noh sama temen-temen lo." Sora mengangguk, sedangkan Ardan melajukan motornya menuju sekolah yang sedikit jauh dari sekolah Jodhipati.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang