1.2) Benarkah?

1.8K 66 0
                                    

H
A
P
P
Y

READING
••• ••• •••

Sora sudah siap dengan pakaian hari sabtunya. Memang, di sekolah Sora hari sabtu anak SMA masih berangkat tidak seperti SMA lain yang memang di liburkan.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin besar berbentuk hati. Ia menyisir rambut panjangnya dengan lembut kemudian mengikatnya kucir kuda yang menyisakan beberapa helai di samping kanan depan dan kiri depan. Lalu, ia mengepangnya dan menggabungnya di belakang, Sora memoleskan sedikit bedak bayi ke wajahnya dan siap untuk berangkat sekolah.

Sebelum ia berangkat, Sora mencium boneka yang sekarang masuk ke daftar boneka terfavoritnya. Boneka pemberian Deven semalam, boneka yang membuatnya makin tergila-gila dengan Deven.

"Gue sekolah dulu my bear. Byee" Sora mengambil tas rangselnya dan keluar kamar dengan menutup rapat pintu kamarnya. Sora berjalan turun menuju dapur, dimana orang tuanya sedang berkumpul untuk melaksanakan makan pagi atau dengan kata lain sarapan.

"Morning mam, dad." Sapa Sora duduk di kursinya dan mengambil pisau untuk mengolesi selai coklat ke roti tawarnya.

"Morning baby." Balas sang ibunda tersenyum.

"Aduhh anak papa semangat banget hari ini. Mau di jemput pacarnya yaaa." Goda Wijaya.

"Ih apaan sih pa, Sora belum punya pacar."

"Belum punya kok ada boneka beruang baru. Itu dari siapa?" Tanya Sarah.

"E-anu ma i-itu dari temen. Ah ya dari temen, hehe." Jawab Sora sedikit gugup.

"Temennya Deven ya pasti? Udah lah ngaku aja." Wijaya tertawa kecil melihat pipi anak semata wayangnya yang hampir merah.

"Kok papa tau sih. Ih ya udah ah Sora berangkat dulu. Assalamu'alaikum." Sora meminum susu putihnya sampai tuntas dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

"Anak kita emang lucu ya pa." Ucap Sarah membersihkan gelas dan piring Sora.

Sora berjalan keluar rumah, hari ini ia ingin jalan kaki. Karena hari masih pagi, dan udara masih terasa segar. Sora masih membayangkan senyum Deven kemarin, yang membelikannya es krim kesukaannya dan boneka dengan warna yang ia sukai.

Tinnn!!

Sora terlonjak kaget. Ia memutar tubuhnya dan langsung mengomelinya, "Ehh lo kalo nyetir yang bener dong. Jalan sana masih luas, napa make klakson klakson sini. Kesel gue ama lo."

"Kalo gini masih kesel ga?" Tanyanya dengan nada dingin. Deven membuka helmnya dan membenarkan posisi rambutnya.

"De- Deven?"

Deven mengangguk, "Lo ngapain jalan kaki? Mobil lo mogok lagi?" Tanyanya.

"En-engga, pengin aja gitu jalan kaki. Lah lo sendiri ngapain lewat sini?" Sora tersenyum.

"Yaa pengin aja gitu lewat sini. Ra, nebeng gue aja yuk."

"Beneran?"

"Iya beneran, udah ayo naik ntar lumutan gue nya." Sora tertawa, ia berlari menuju Deven dan menaiki motornya. "Udah siap? Pegangan dong, ntar lo nya jatuh gue yang repot."

Sora memukul bahu Deven, "Paan sih." Deven tertawa, ia memakai helmnya dan mulai melajukan motornya menuju SMA Jodhipati. Eiits, sebelum melajukan motornya, Deven memberikan sebuah helm berwarna merah ke Sora.

Sora menggenggam erat jaket Deven, walaupun belum kenal lama dengan ketua geng yang terkenal galak, Sora sudah begitu nyaman berada di dekatnya. Begitu juga dengan Deven yang mendapatkan cinta pertamanya.

Lost in HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang